Membabi buta 3

9.5K 518 7
                                    

"Sempat kau memikirkan harta? Kau sendiri bahkan hampir mencelakai Kirana! Hancur kehidupanku. Semua seperti hancur ketika aku tahu kau bersekutu dengan makhluk tercela itu!"

Dimas menggeleng-gelengkan kepalanya. Dia tidak berani mendekat. Langkahnya bagai ditahan oleh hatinya.

"Kirana, Masuk ke mobil!"

Dengan cepat, Kirana turut dengan apa kata ibunya. Adinda mundur menjauhi Dimas. Sedangkan Renaldhi muncul tiba-tiba dari semak dan menghalanginya. Namun Renaldhi gagal.

"Ikuti mereka berdua, sekarang juga!" Seru Dimas kepada Renaldhi. Tentu saja Renaldhi segera masuk ke dalam mobil dan mengejar Adinda yang sedang bersama dengan putrinya.

Diperjalanan, dua mobil itu saling mendahului satu sama lain. Hingga beberapa meter setelah mereka melewati sebuah gedung besar, mobil milik Dimas mengalami kecelakaan.

Mobil itu menghantam sebuah pohon besar. Dimas dan Renaldhi terluka cukup parah karena kecelakaan itu. Sementara Adinda dan Kirana terus melaju tanpa perduli keadaan mereka berdua.

"Dimana kita akan menyelamatkan diri, bu? Aku takut sekali. Sebelumnya sifat bapak tidak seperti ini. Entah apa yang telah terjadi kepada Bapak. Bagaimana jika Bapak berhasil mengejar kita?"

"Satu-satunya tempat yang aman adalah rumah Pak Kades. Kita akan dilindungi disana. Dimas dan Renaldhi tidak mungkin berani menghampiri kita jika kita berada disana."

"Ibu benar. Kita akan aman disana. Bergegaslah, Bu! Tolong."

Sampai akhirnya mereka tiba di rumah Pak Kades. Adinda berbicara dengan Pak Kades bahwa nyawanya dan Kirana sedang dalam bahaya. Dimas dan Renaldhi akan mencelakai mereka jika mereka berdua tau dimana tempatnya bersembunyi.

"Bagaimana itu bisa terjadi?, Tenanglah dulu." Kata Pak Kades.

"Pria misterius yang membunuh Sekar Mirah adalah Bapak, Pak Kades! Aku melihatnya melakukan ritual itu di gudang dekat rumah." Jawab Kirana.

"Ya, Benar, Pak. Tolonglah kami."

"Saya akan membunyikan kentongan desa. Para warga akan melindungi kalian berdua. Jangan khawatir dan tetap berada disini."

Disisi lain, Dimas dan Renaldhi tiba di desa Warujati. Mereka sudah menduga bahwa Adinda akan mencari perlindungan yang paling aman. Yaitu Pak Kades. Mereka pun bergegas menuju ke rumah Pak Kades.

Sesampainya Dimas dan Renaldhi disana..
"Diam atau kami akan membunuh Anda! Ikut bersama kami sekarang juga!" Teriak Renaldhi.

Pada saat itu Pak Kades tidak membawa senjata apapun. Pak Kades memberi perlawanan kepada mereka berdua menggunakan tangan kosong. Sementara pertengkaran terjadi, Dimas menusuk Pak Kades hingga berlumuran darah.

Tidak berdaya lagi Pak Kades. Diseretlah dia ke sebuah kebun dan ditinggalkan disana. Jasadnya dibiarkan tergeletak di kebun pada saat itu.

"Kurasa kita harus menangani anak dan istrimu sekarang juga. Sebelum mereka berteriak kepada warga desa dan meminta pertolongan mereka."

Dimas mengangguk. Dia masuk kerumah Pak Kades dan menemukan Adinda dan Kirana yang berada di ruang tamu. "Bagaimana kalian bisa berada disini?!" Bentak Adinda.

"Kami kemari menggunakan sebuah motor. Kami membunuh seorang pengemudi dijalan setelah kecelakaan itu terjadi. Lagipula bagaimana cara kami kesini, tidak penting juga. Yang paling penting adalah, kalian harus aku habisi sekarang juga!" Renaldhi berseru.

"Dimana pistolnya, Bu?"

"Sial! Pistolnya berada di mobil." Kata Adinda refleks.

Renaldhi mengangkat tangannya yang menggenggam sebuah pisau. Sementara Kirana mencoba mencari senjata untuk melawan mereka.

Dimas yang melihat Kirana mencari-cari sesuatu, dengan cepat menarik tangan Kirana "jangan seperti itu, Kirana. Kau tidak bisa menyakiti Bapakmu sendiri. Kau tidak bisa menyakiti keluargamu sendiri."

"Tapi kau bisa, Kan?! Kau bukan Bapakku lagi!"

Dimas melihat gunting tergeletak di meja pojok ruangan. Dimas mengancam putrinya sendiri dengan gunting itu. "Kirana tau? Kalau Kirana melaporkan kejadian ini kepada orang-orang, maka Bapak bisa celaka dan masuk ke penjara. Kirana mau Bapak dipenjara?!"

"Jangan berbicara seolah-olah kau adalah Bapak yang aku kenal dulu!"


PRING PETHUK (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang