Helen memperhatikan layar laptop dengan sangat teliti, bukan pekerjaan atau berkas Milyaran rupiah yang tengah dia perhatikan. Namun sebuah kamar yang sudah dua tahun ini dia tempati. Dikamar yang kini tengah tertidur seonggok daging yang sejak kemarin berada di rumahnya.
Helen memang memasang beberapa cctv di apartemennya dan kamarnya juga termasuk salah satu tempat dimana cctv itu di pasang.
Helen meraih ponselnya dan menghubungi seseorang.
"Ke kamar saya sekarang, kamu gantikan perbannya, jangan sampai dia bangun".
'Baik. Nona, suhu tubuh nona Anes tinggi' ucap seseorang disebrang sana.
Helen mengernyit, bukankah tadi gadis itu tidak demam dan semalam saat dia memeluknya juga tidak terasa panas.
"Kamu bisa kasih dia IV lagi buat nurunin demamnya. Jangan lupa naikkin suhu AC nya" ucapnya.
'Baik nona'.
Helen memutuskan sambungan dua arah tersebut, dan kembali memperhatikan layar laptopnya. Dikamarnya sudah ada seorang perawat yang sedang mengganti perban di tubuh Anes. Setelah selesai dia memasangkan infus pada punggung tangan Anes.
Helen meringis sendiri saat melihat jarum itu menusuk kulit putih tersebut. Dia melihat Anes yang berjengit kaget namun tak mampu membuatnya terbangun. Dirasa apa yang di suruhnya sudah berjalan baik, Helen membuka beberapa dokumen dan melanjutkan pekerjaannya.
**
Anes bangun dengan kepala yang sedikit pening, entah berapa lama dia tertidur, namun badannya masih terasa sakit sampai sekarang.
Anes merasa tubuhnya lemas dan dia sangat mual, seolah perutnya di kocok. Dia beranjak namun tangannya tertahan sesuatu, dia mengernyit saat kembali melihat jarum ditangannya. Namun karena rasa mual yang tak bisa ditahan, Anes mencabut paksa jarum tersebut dan berlari kearah kamar mandi.
Hoekkk hoekkk hoeekk.
Anes terduduk lemas didepan wastafel, tubuhnya berkeringat dan sedikit menggigil. Jangan lupakan punggung tangannya yang berdarah, akibat jarum infus yang ditarik paksa sedikit merobek punggung tangannya.
Anes kembali memuntahkan isi perutnya. Namun kali ini ada seseorang yang menggulung rambut panjangnya agar tak terkena muntahan dan memijit tengkuknya dengan pijatan lembut.
Hooekkk hoeek.
Anes membasuh bibirnya, tubuhnya bersandar lemas di lantai dengan mata tertutup rapat.
"Sudah?" Tanya orang tersebut.
Anes hanya mengangguk tanpa berniat membuka matanya. Dia sangat lemas, tubuhnya seperti tak bertenaga sama sekali.
Orang tersebut ikut berjongkok di depan Anes, memperhatikan wajah pucat itu yang seolah kelelahan.
"Ayo ke kamar lagi" ajaknya, namun tak ada jawaban.
"Gak kuat jalan?" Tanyanya.
"Aku lemes banget" ucap Anes pelan bahkan seperti gumaman.
"Sini naik kepunggung saya" Anes tak bergerak sedikitpun "cepetan Anes!".
Akhirnya Anes naik ke punggung tersebut dengan ragu, dengan kepala yang bersandar di bahu itu dengan lemas. Nafasnya memburu mengenai leher orang tersebut.
"Makasih kak" Anes berucap pelan saat tubuhnya sudah kembali berbaring di atas kasur.
Helen memandang Anes dengan khawatir, sebelumnya dia tidak pernah mengkhawatirkan seseorang selain sahabat dan keluarganya. Namun dengan Anes dia berbeda, seolah tak mau gadis cantik itu kesakitan. Dia bahkan rela mengabaikan pekerjaan menumpuknya di kantor karena rasa khawatirnya lebih besar pada gadis ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
KvC
Novela JuvenilSeorang CEO muda dan cantik yang jatuh cinta pada seorang gadis muda yang berstatus sebagai seorang pelajar SMA. Siswi populer dengan jabatan Ketos, idola satu sekolah. Dapatkah Helena si CEO dingin menaklukan gadis muda yang juga memiliki sifat din...