3. Pak dokter ku

21.2K 730 9
                                    

Satu tahun berlalu, saat ini aku sudah bekerja di sebuah perusahan di bidang farmasi terbesar di Asia, dan kini aku sudah bertranformasi menjadi gue hahaha , tinggal di jakarta ngomonya gue tapi medok jowo.

Tambah edan juga, tiap semester ganti pacar. ganti-ganti pacar yang penting tetep perawan.

Ciuman, grepe-grepe monggo kalo aset tetep aman, masih kupegang teguh wejangan ibu, "jauh dari orangtua, jaga diri, jaga kesehatan, hidup di Jakarta bergaul boleh asal jangan di lupakan norma, ibu kota lebih kejam dari ibu tiri nak"

Bekerja sebagai marketing farmasi, menuntut ku berpenampilan sebaik mungkin, dari pakaian, makeup, tas, sepatu dan tempat nongkrong, di tambah masih muda, single (bukan jomblo), gaji gede hahaha

Sekarang status masih single bukan jomblo, dan sedang menjalin hubungan dengan dokter, awal kita bertemu di paguyuban (serasa tua) perkumpulan para perantau dari Jawa Timur.

Dokter Erix, berkulit putih, rambut ala jabrik, penampilan selalu rapi, sholeh tetapi yang iman dan imronya selalu di uji sama pacar cantiknya ini, cowok dewasa yang usianya selisih 7 tahun dari gue (ceileh anak jakarte mekso).

Udah masuk bulan kedua kami dengan status pacar, walaupun kenalnya udah setahun. kata temen-temen sih cinta pandangan pertama si Erix nya sejak awalan aku bergabung di paguyuban. Doi selalu menanyakan keberadaanku, kalau saat kumpul-kumpul aku gak datang.
Kenapa gak telepon adinda aja sih kanda

Dua bulan berpacaran dia pengen ngajak serius, lebaran bulan depan dia pengen kerumah mau ngelamar, katanya gak mau nambah dosa, hahaha
Imanya sih kuat tapi imronya yang cenut-cenut.

Berpacaran dengan pak dokter yang notabenenya cowok mandiri di usianya 29tahun otw 30tahun matenglah untuk berkeluarga.

Pria yang asli dari kota santri ini, sungguh membawa perubahan kebaikan dalam hidupku, membuat ku lebih rajin dalam beribadah, lebih menjaga bicara meskipun kadang lupa, masih aja keceplosan misuh-misuhnya kalau lagi kesel, maklumin ya guys arek bonek, meskipun kasar di mulut tapi hati sehalus pasir ajaib (pasir warna-warni punya anak paud).

Saat weekend sore sebelum kencan kini profesi ku kembali menjadi menjadi bidan (ingat Lo ya bidan bukan biduan) , kata pak dokter biar ilmu jaman kuliahku bermanfaat guys, gak ilang tertelan jaman hihihi jadi asistennya pak dokter Erix yang gantengnya mirip oppa korea. Inget waktu awalan jadian, dia ngasih tawarannya,
"Dek, kalau sabtu sore kamu ke praktekan ya, bantu-bantu disana biar ilmu mu pas kuliah bermanfaat dan gak ilang".

Ilang??? Kayak kucing anggora aja, kalau maen keluar pasti tak akan pulang.

Sabtu sore, sepulang dari kantor sholat dhuhur langsung bobok siang (tidak lupa cuci tangan, cuci kaki pakek sabun dg 6 langkah haaa), biar entar gak ngantuk kalau begadang buat kencanya, bangun tidur beberes kamar kos lanjut mandi dan dandan sambil nunggu sopir grab tak berbayar alias dr.Erix.

Alhamdulillah, masih bisa kuping ini denger deguban Sistol dan Distol Tekanan Darah pasien, injeksi IM lancar, injeksi IV walau agak tremor awalan tadi untung kang mas tersayang Erix ,yang sigap di samping megangin tangan buat cari vena, dan masukin jarum kedalam vena, kemudian di aspirasi, terlihat darahnya lepas turniqet lanjut masukin obatnya.
"Uluhhh , ganteng, rajin sholat, banyak duit, royal, pinter, sabar dan ini bikin dag-dig-dug di pegangin tangan, nyium aroma parfunya, bikin pikiran anak perawan berkelana", untung ada pasien penyelamat iman kami.

Pasien yang antri di ruang periksa sudah habis, tetapi di depan apotek masih menggunung. Dokter satu ini memang baik banget, dia enggak beda-bedakan pekerjaan, selanjutnya si doi pasti bantu-bantu di apotek biar kerjaan cepet selesai semua. Ikut meracik resep, kalau gue yah cuma bagian deplok puyer (menghaluskan obat), mana ngerti baca resep, udah beneran ilang ilmu baca tulisannya abstrak nya si Erix tambah pengen elus-elus tangannya yang nulis. Apa karena dulu gue kuliah main-main aja ya? Jadi inget jaman kuliah dan inget mantan

Flashback

"Beb, jadi kuliah dimana?" Tanya Rama, setelah aku dinyatakan tidak lulus tes kedokteran di UGM, sebenarnya pilihan sekolah di bidang kesehatan adalah kewajiban dari keluarga karena pilihan bagi anak-anak perempuan kalau tidak bidang pendidikan ya kesehatan, hanya saja aku memilih kesehatan kalau pendidikan yang ada nanti murid-murid nya jadi alay kayak aku.

"Nurut bunda aja wes masuk kebidanan, insyaallah ketrima kok"

"Jadi di Poltekkes Malang apa yang Kediri?" Kujawab gelengan

"Aku masuk swasta aja, kalau negeri wajib masuk asrama, aku takut" bayangkan di asrama, dengan peraturan di tambah dengan rumor tentang senioritas yang tinggi, gak kuat hayati bang.

"Syukurlah disini aja kan?" Wajah Rama kembali cerah waktu itu.

Flashback off

"Cepetan gerusnya dek!" Colekan Erix mengembalikan ke dunia nyata.

"Iya mas" sambil ku anggukan kepala.

Tbc

Kudapatkan Duda Nya (Tersedia Ebook)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang