Lebaran tanpa terasa sudah di depan mata, suara takbir berkumandang, mengingatkan ku akan satu tahun yang lalu ketika aku melewati masa mudik bersama mas Erix, 'itss kenapa jadi ingat dia sih'.
Single alias jomblo, kegalauan tersendiri untuk besok, ketika di tanya saudara mau jawab apa, harusnya satu minggu lagi aku menikah misal tragedi itu tak terjadi.
Saat ini dekat dengan beberapa pria, aku tak mau mengambil keputusan terlalu cepat karena lebih baik menunggu. Rama, dokter Indra serta mas Doni salah satu manager bank milik pemerintah teman elisa, salah satu teman satu indekos ku.
Rama datang di malam takbir membawa parsel lebaran, bersama putri dari kakaknya, dan aku sampai saat ini sangat penasaran dengan wajah putra Rama, karena sampai saat ini dari hasil stalking belum ku temukan foto putranya yang di unggah oleh Rama, dia lebih sering memposting foto keponakannya ini.
Aku keluar dari kamar menuju ruang tamu, Rama sudah duduk dengan di temani Ayah, karena Bunda sedang sibuk di dapur bersama tante dan bude untuk acara besok hari pertama lebaran.
Melihat ku datang, ayah pamit pada Rama kalau mau ke masjid membantu para Remaja Masjid yang menjadi Amil Zakat.
"Hai ,gendis" sapaku pada putri kakanya Rama.
"Hai, tante" sapanya ceria sambil memakan kue yang di suguhkan di meja.
"Keluar yuk Ra, temenin aku beli baju koko" ajak Rama, yakin seratus persen ini modusnya, sudah tua gini, gue udah hafal cara cowok ngajak keluar cewek itu gimana.
"Kemana?"
"KM ya sekalian gendis minta main game, nyusulin sodara yang dari Surabaya udah pada main disana" tu kan kelihatan, orang di mall aja ada saudaranya ,kenapa nggak sama mereka aja.
"Ya udah aku ganti baju dulu ya" masuk ke kamar mengganti baju, sekalian ke dapur buat pamit sama bunda.
Perjalanan ke mall yang biasanya dari rumah cukup lima belas menit, kali ini menjadi hampir satu jam, benar-benar ibu kota berpindah kesini.
Sesampai di mall ternyata cukup ramai tetapi tidak padat seperti di jalan, segera menuju tempat game mencari rombongan saudara-saudara Rama,
"Cieh,cieh balikan niye"
Tampak jelas sekali godaan saudara-saudara Rama yang hampir seumuran dengan ku, dan mereka adalah geng ku ketika jaman dulu aku masih berpacaran dengan Rama ketika aku di ajakin ke acara keluarganya.
Terlihat Rama salah tingkah dan berguman lirih ke sepupu nya yang samar ku dengar "jangan di godain, entar kabur lagi".
'Dasar', sambil ku tahan tawa, bersalaman dengan para saudara Rama, dan akhirnya menitipkan gendis kepada mereka.
Menuju salah satu toko baju muslim, Rama mencari Koko dan sarung kali ini memintaku untuk memulihkan, 'cieh kayak isteri nya aja nih' batinku. Memilih beberapa dan ku paskan pada tubuhnya, hingga kudapatkan warna soft blue untuk KoKo nya dan sarung warna hitam.
"Kamu enggak pilih Ra?" Tanya Rama ketika aku membawa baju yang kupilihkan untuk Rama kepada SPG .
"Enggak, aku udah belanja banyak kemarin" sambil berjalan menuju kasir, mengikuti mbak spgnya.
"Aku traktir ini" Rama masih mencoba mengajaku berkeliling.
"Mentahnya aja sini" becanda ku, dengan mengatungkan tangan.
"Entar aja kalau udah sah ku kasih mentahnya" ucapnya sambil berlalu memberikan kredit card nya pada kasir.
"Ogah kalau cuma mentah aja, mau nya semuanya sertifikat rumah, BPKB motor,mobil juga buat aku" ujaraku becanda dengan terkekeh.

KAMU SEDANG MEMBACA
Kudapatkan Duda Nya (Tersedia Ebook)
RomanceTak dapat perjakanya, tapi dapat dudanya. https://play.google.com/store/books/details?id=LevbDwAAQBAJ