DUA PULUH DELAPAN

7.7K 389 27
                                    

Kisah drama reality show telah berlalu, bulan Ramadhan telah tiba ,kini ku fokuskan hanya untuk beribadah dan bekerja.

Hari-hari patah hatiku banyak kusibukan diri dengan bekerja,  join visit dengan para MR ke outlet atau kerumah para user.

Mungkin para bawahanku lah, yang merasakan imbas, akibat hancurnya hati ini, mereka yang seharusnya malam hari istirahat di rumah, ku ajak mereka join visit kerumah para user, pendekatan dengan para dokter-dokter potensial dalam pekerjaanku bukan potensial dalam cintaku, dan imbas baiknya sales pencapaian tim kami melebihi target dan bonus berlipat yang akan kami terima di hari lebaran ada di depan mata.

Satu minggu setelah tragedi di rumah mas Erix waktu lalu, aku pulang ke Kediri, ku katakan pada orangtua ku jika kami belum berjodoh, cukup itu yang kukatakan, masih ku simpan sendiri keburukan yang mas erix berikan padaku.

Aku tak sanggup lagi melanjutkan hubungan dengan mas Erix, tak lupa kusempatkan berkunjung kerumah ibu mas Erix di Jombang, bersilaturahmi, meminta maaf kepada beliau karena tak bisa melanjutkan hubungan dengan sang putra.

Ibu mas Erix terlihat kecewa dengan putranya, mungkin mas Erix sudah mengakui kesalahannya kepada ibunya, dan beliau berharap semoga hubungan ini bisa di perbaiki nantinya.

Sampai saat ini kunikmati kesendirianku, tak menjalin hubungan dengan siapapun, dan hingga saat ini aku pun tak tahu dengan kabar mas Erix, cuma setiap aku membuat story' di WA mas Erix selalu memantaunya, tetapi di sosial media manapun tak pernah ada kabarnya sedang apa, terlihat sosial medianya ikut mati seperti hubungan ini.

Nino terlihat memanfaatkan keadaan ini untuk mendekati ku, tapi aku tak ada rasa lagi dengannya, karena tak lagi sejalan visi misi ku denganya.

Sedangkan dengan Rama hanya sekedar teman curhat dan saling menghibur, dan malam nanti kami akan berbuka puasa bersama karena Rama mengabarkan ada pertemuan bisnis dengan kliennya di Solo dan kali ini bersama keluarga kakaknya.

Jam menunjukkan pukul empat sore, Pertanda jam kepulangan karena hari ini adalah hari Jumat.

Segera ku bereskan meja kantorku, ku matikan Laptop dan kumasukan kedalam ransel. Bergegas, keluar ruangan untuk finger print di loby dan setelahnya menuju parkiran mengambil motorku karena Aris sedang mengantarkan user ke Semarang, jadi hari ini  kukendarai motor matic ku, hasil bonus TW pertama waktu menjadi MR di Jakarta dahulu.

Bersiap-siap sebelum Rama datang menjemput, tak lupa kubawa mukena, jika nanti waktu terawih tiba dan kami masih di perjalan, bisa mengikuti a terawih di masjid sekitar sana. Karena kita akan berbuka di daerah Sukoharjo rumah makan Jawa dengan konsep di tengah telaga buatan.

Terdengar getaran ponsel di atas nakas, segera ku ambil ternyata Rama mengabarkan sudah di depan kost. Segera ku sambar tas di atas kasur, keluar kamar tak lupa mengunci pintu, segera keluar kost.

Rama berdiri berbincang dengan mas Tegar yang sedang duduk lemas di kursi bambu karena puasa.

"Yuk Ra, udah sore" ajak Rama sambil membukakan pintu mobil belakang.

"Araaa" terikan mbak Retno kakak ipar Rama menyambutku memasuki mobil, bersalaman bercipika cipiki dengan mbak Retno yang memang sudah lama kukenal, bahkan sejak waktu aku SMA masih berstatus pacar Rama.

"Apa kabar mas andre" sapaku ketika bersalaman dengan kakak Rama yang duduk di kursi depan, dan Rama di sampingnya, di kursi kemudi.

Perjalanan bisnis Rama kali ini bersama sang kakak, selain bisnis di bidang yang sama, tender yang di dapatkan Rama kali ini cukup besar sehingga mereka harus bekerjasama menanganinya, dan mbak Retno ingin sekalian berlibur, sampai dia rela meninggalkan putrinya di rumah yang tak mau pisah dengan mbah utinya.

Selama perjalanan menuju rumah makan, menanyakan kabar dan membahas banyak hal tentang Solo dan Kediri, kemajuan kota dan masyarakatnya.

Sesampai di rumah makan ternyata sudah memasuki Maghrib, terlihat ramai rombongan orang-orang dengan tujuan yang sama yaitu berbuka puasa, untung saja sudah pesan tempat dan menu, sehingga ketika kami sampai, hidangan pembuka puasa sudah tersaji.

Setelahnya kita sholat magrib di mushola yang di sediakan rumah makan, dan kami lanjutkan makan dengan di selingi ngobrol kesana kemari, di pertengahan makan salah satu dokter residen bedah ortopedi menyapaku.

"Ara ya? Buka puasa disini juga?" Dokter Indra, calon spesialis orthopedi adik dari mbak Ajeng pemilik rumah makan dekat kantor daerah Kartasura yang setahun lalu pernah kusinggahi dengan mas Erix ketika mudik.

Dan dokter Indra inilah salah satu laki-laki yang mendekatiku saat ini, tapi hati belum begitu pulih masih trauma dengan namanya ikatan, hanya saja harapan ku saat ini, aku tak ingin pacaran, kalau memang serius datang lah ke Ayahku, mintalah aku pada beliau.

"Eh iya dokter Indra, sama siapa dok?" Jawabku segera berdiri menyalaminya.

"Sama teman-teman residen" jawabnya, menunjukkan teman-temannya yang kebanyakan juga mengenalku, mereka adalah user potensial masa depan divisi ku, kupamit sebentar dengan Rama dan kakaknya, ku hampiri dokter-dokter yang telah melihat ku untuk bersalaman dan menyapa demi sebuah kesopanan. Selanjutnya ku pamit kembali ke tempat duduku dengan Rama.

"Siapa Ra?"mbak Retno bertanya padaku ketika ku duduk kembali.

"dokter rumah sakit orthopedi yang tadi kita lewati itu Lo mbak, userku calon rezeki tim ku mereka" jawabku menjelaskan pada mbak Retno dan yang lain ikut menyimak.

"Kerja bareng dokter terus ya Ra, pantesan nyantolnya sama dokter juga" mas Andre ikut nimbrung, menggodaku, tak tau aja dia, kalau kandas sudah kisahku dengan dokter yang dia maksud.

Rama yang dari tadi diam, hanya memandang ku dengan tersenyum.

"Tinggal kenangan mas" jawabku biasa memang sudah tak ada lagi sisa rasa dalam hati.

"Wah, kesempatan Ram, kosong si Ara" masih dengan bercanda mas Andre menggoda Rama.

"Ogah aku sama Rama, entar aku di tinggalin lagi" ikut menggoda Rama, biarin dulu aku belum sempat ingin membuatnya malu.

"Aku insaf sekarang Ra, cap sebagai pria Flamboyan udah kutinggalkan" elaknya sambil cengengesan.

"Dah kalian bersatu lagi aja, mau kan kamu sama duda Ra" mbak Retno disini yang masih dalam mode serius.

Seketika pertanyaan mbak Retno juga menyadarkan Rama, langsung seketika Rama menatap ku seperti menunggu jawaban ku.

"Aku sih siapa yang datang memintaku ke ayah, ya itu" masih dengan bercanda dan terkekeh ku menjawab mbak Retno.

Lama kami bercengkrama, hingga adzan isya berkumandang. Mas Andre mengajak untuk berjamaah di masjid.

Setelah kami berjamaah isya' dan terawih, di antarnya aku kembali ke kost dan mereka kembali ke hotel mereka menginap. Rama berjanji nanti akan menghubungi ku.

Sampai di kamar kos, segera ku ganti bajuku dengan daster. Ku rebahkan badanku sambil bermain ponsel. Banyak pesan pribadi khususnya mengomentari apa yang aku upload dalam story' WA.

Foto yang memperlihatkan aku di tengah disamping kiriku mbak Retno dan kanan Rama duduk di kursi masing-masing yang kami dekatkan dan mas Andre berdiri merangkul mbak Retno di belakang mbak Retno, di tempat makan tadi, dengan caption buka puasa, dengan genknya Kediri.

Pesan mas Erix yang membuatku kepo dengan apa komentarnya

Mas Erix
Block aja nomer ku, biar ku tak dapat melihat kebahagiaan mu.

Tanpa ku balas, ku abaikan kalau  tak ingin melihat ya merem sana, atau block aja sendiri.

Dokter Indra
Keluarga nya Ara ya?

Kubalas dengan iya lebih cepat lebih baik daripada pertanyaan semakin kesana kemari.

Mas Rama
Udah sampai hotel ini, besok mbak Retno minta di antarkan belanja , mau ya ikut?

Setelah membalas pesan Rama untuk mengusahakan menemani mbak Retno belanja, ku matikan ponsel dan mengisi daya baterai nya, dan bersiap tidur agar tak kesiangan nanti sahur.




Ada banyak yang meminta case sebagai Ara, Rama, dan Erix. Tapi belum nemu. Kalau boleh sarannya, siapa ya?
.
.
.
.
.
.
Tbc

Kudapatkan Duda Nya (Tersedia Ebook)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang