Seminggu sudah berlalu dari acara lamaran, sepuluh hari masa libur lebaran telah selesai, sudah waktunya kembali mencari rezeky di ibukota. Bahkan hari-hari libur kemarin ku isi dengan acara reuni dengan teman-teman dari SD, SMP, SMA, Kuliah, bahkan sempat di ajakin mas Erix kerumah bude, pakdenya.
Kembali ke Jakarta naik kereta api tanpa di temani sudah biasa, tidak begitu ramai karena anak sekolah masih masa liburan, hanya saja orang-orang yang harus kembali bekerja yang memenuhi arus balik mudik ini.
Mas Erix sudah kembali ke Jakarta sejak tiga hari lalu karena memang dia yang lagi ambil spesialis tak lama libur dan juga harus kembali buka praktek.
Dari Kediri sore hari dan sampai Jakarta esok subuhnya, sampai di stasiun Gambir mas Erix sudah tersenyum sumringah menyambut kedatanganku.
"Assalamualaikum" salamku sambil meraih tanganya yang sudah di sodorkan kepadaku.
"Waalaikumsalam, capek yang?" Jawabnya sambil meraih koperku dan beralih menggendong ranselku.
Aku yang tinggal membawa tas selempang masih merasakan kantuk dan rada pusing karena 12 jam di dalam kereta, mengikuti nya sambil bergelayut manja di tangan kirinya karena tangan kanan yang menarik koper.
Sampai di mobil, langsung ku senderkan badan di kursi penumpang, dan ku lepas jilbab segiempat yang ku pakai saat ini.
Mas Erix begitu masuk melihat ku yang sudah melepas jilbab hanya menggelengkan kepala.
"Wah, nyonya gerah ya?" Tanyanya sambil menyalakan mesin mobil.
"Pollll"
Hanya seyum dan usapan di kepala sebagai jawaban dokter ganteng ini.
"Sholat subuh di masjid depan ya yang"ajaknya, dan ku jawab dengan anggukan dengan mata yang masih terpejam.
Sehabis sholat subuh, mas Erix mengajak sarapan bubur ayam di warung gerobak depan masjid, sambil menunggu bubur di racik sepertinya mas Erix yang dalam mode serius mengeluarkan kultum subuhnya.
"Sayang, jangan marah ya, mas cuma mau kasih saran aja" pembukaan kultum nih, wah salah apa ini gue.
"Iya, kenapa mas?" Aku yang udah hafal ,sebelum nasehatnya keluar pasti akan di awali dengan pembukaan jangan marah ya.
"Dek Ara kan udah memutuskan berjilbab, belajar lah dikit-dikit, enggak harus jilbab yang lebar, cuma ya yang Istikomah gitu lo, jangan buka tutup seperti korden warteg gitu" nah ternyata masalah hijab, ku cuma bisa nyengir dan menggaruk rambut yang sama sekali tidak gatal dan tak aku pakaikan kerudung lagi sejak masuk mobil di stasiun tadi.
"Enggak harus yang selalu pakek, cukup kalau keluar di tempat umum seperti inilah setidaknya, kalau di rumah enggak pakek juga gak papa dek" lanjutnya kultum subuh ini.
Ku hanya diam sambil, menerima mangkok bubur dari penjualnya.
"Udah makan dulu, gak usah nangis, jadi kayak bapak-bapak yang marahin anaknya aja aku" katanya pelan sambil ngelus kepala.
Pinter bener ni cowok, kalau di elus dan ngomongnya kalem gini mana bisa mau marah, yang ada meleleh.
Setelah sarapan, lanjut pulang ke kost suasana masih sepi, mungkin para penghuni belum banyak yang balik kesini, kusapa bang Sur yang sedang beberes sampah di halaman kos dan ku lanjut ke atas masuk kedalam kamar, jangan lupakan pak dokter yang setia di belakang ku sambil membawa koper dan ransel ku yang berisi full oleh-oleh dan sedikit baju, karena baju lamaku sudah kutinggal di rumah karena sudah kuputuskan untuk berhijab.
Ku bereskan kamar dari debu-debu, ku sapu dan di lanjutkan lantai di pel mas Erix sedangkan aku menuju kamar mandi untuk menyegarkan badan dalam guyuran air.
Keluar kamar mandi, bergantian dengan mas Erix yang selanjutnya mandi.
Masih capek, sekarang hari Minggu dan besok sudah waktunya masuk bekerja ku putuskan tidur di atas kasur sambil menyalakan TV.
Tak berselang lama pintu kamar mandi terbuka mas Erix ternyata sudah berganti dengan kaos putih polos dan celana pendek selutut, dan ikut bergabung berbaring di atas ranjang bersamaku.
"Andai aja kemarin langsung ijab kobul ya dek, gak usah tunangan segala, sekarang bisa kelonan kita" katanya, yang sedang tidur miring menghadap kearah ku.
"Emang sekarang gak boleh kelonan, kan cuma pelukan doang, sini" lebih dulu ku maju kearah nya dan merangkulkan tanganku melingkari tubuhnya.
"Jangan gitulah, entar kebablasan o, mas ini laki normal lo ya, masih banyak khilaf" elaknya tapi di ikuti membalas memeluku.
"Hahahaha" tawaku pecah sudah."Hmpp" dibungkam mulutku dengan tangannya.
"Mas, mati aku habis nafas" cercaku setelah dia melepaskan bekapan tangannya.
Dengan gemas, mas Erix memeluku sambil menciumi keningku "kangen banget tau nggak sih" katanya sambil mengeratkan pelukan.
" Mas, aku bobok lagi ya, entar anterin ke mall ya, belanja baju kerja muslim sama jilbab" karena memang aku tak banyak baju panjang, yang ada kemarin-kemarin kemeja, blouse lengan pendek serta rok selutut semua.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kudapatkan Duda Nya (Tersedia Ebook)
RomanceTak dapat perjakanya, tapi dapat dudanya. https://play.google.com/store/books/details?id=LevbDwAAQBAJ