Dan Hujan Adalah Salah Satu Dari Sekian Juta Alasan Mengapa Aku Masih Mengenangmu Hingga Saat Ini - Nara
Rintik-rintik yang semula hanya sebatas percikan kini berubah menjadi air mata awan mendung yang berhamburan membasahi bumi dengan derasnya. Memberikan asupan air pada Bumi yang sudah cukup lama merindukan tiap tetesan yang membasahi permukaannya.
Awan mendung menggumpal menutupi hampir seluruh permukaan langit, rintihan gemuruh yang terus terdengar setiap beberapa menit, hembusan angin mampu membuat beberapa tanaman bergerak kesana kemari serta hawa dingin dapat membuat orang-orang berpikir dua kali untuk meninggalkan kasur.
Menikmati kehangatan dalam balutan selimut serta makanan maupun minuman hangat menambah tingkat kemageran untuk sekedar beranjak dari kasur.
Namun hal itu tidak berlaku untuk Nara yang lebih memilih menghabiskan senja hari ini bersama hujan. Menikmati sensasi yang masih terasa sama hingga detik ini. Sensasi ketika jiwanya merasa damai dan tenang berada di antara jutaan tetes air.
Sebenarnya gadis itu memiliki trauma ringan terhadap kilat, petir, gemuruh atau apapun yang menimbulkan suara berisik saat hujan. Tapi entah kenapa ketakutan nya itu seakan menghilang karena kerinduannya pada hujan.
Menengadahkan tangan menikmati hujaman air yang mengenai telapak tangan nya kemudian tersenyum simpul. Dirinya mengingat sosok itu, sosok yang selalu ada di kala suka dan duka nya 9 tahun silam.
Sosok yang lebih memprioritaskan Nara dibandingkan dirinya sendiri. Yang selalu tersenyum, mengajarkan banyak hal hingga Nara bisa menjadi pribadi yang lebih baik. Ketulusan dan kasih sayang sosok itu tak akan pernah Nara lupakan.
"Andai kamu masih disini Za" Gumamnya lirih.
Mata sempurna dengan bola mata cokelat terang, alis tebal, bulu mata lentik, hidung mancung dengan tahi lalat di pinggirnya, bibir tipis, pipi sedikit chubby, rambut hitam kecoklatan, serta badan yang tinggi adalah gambaran dari sosok itu. Sosok yang biasa Nara panggil Awan, sahabat kecilnya.
Nara teringat pertemuan terakhirnya dengan cowok itu.
Flashback 9 Tahun Yang Lalu
Nara saat itu sedang asyik memakan ice creamnya bersama seorang anak laki-laki yang akrab dipanggil Reza di teras halaman belakang rumah sang anak laki-laki.
"Rain, hujan nih. Ayo hujan-hujanan lagi!" Seru Reza, mengulurkan tangannya pada Nara.
"Tapi Awan, kalo jantung kamu kambuh lagi gimana? Aku nggak mau lihat kamu tidur terus di atas tempat tidur nyebelin itu terus kamu disuntik terus, aku nggak suka" Nara mempoutkan bibirnya dan mendapapat kekehan dari Reza.
"Nggak kok, lagipula kita bakalan nggak ketemu untuk waktu yang lama" Lirih reza.
"Kenapa? Reza mau pergi?"
"Iya aku mau pergi ke tempat yang jauh, kata mama untuk pengobatan aku. Tapi aku janji sama kamu bakalan pulang, balik sama kamu lagi, dan janji kita bakal hujan-hujanan lagi. Jadi ayo hujan-hujanan" Nara kecil berpikir sejenak kemudian menarik tangan Reza ang sedikit lebih besar dari miliknya itu ke tengah halaman terbuka.
Nara dan Reza adalah sepasang anak manusia yang dipertemukan oleh Tuhan saat playgroup. Saat itu hujan, Reza yang ketika itu sedang duduk sendiri dihampiri oleh Nara yang sedang menjilati chocolate ice cream dan membuat sebagian ice cream ikut memakan dirinya alias menempel di sekitar sudut bibirnya.
Nara mengajak Reza untuk berbagi ice cream dan akhirnya mereka juga berbagi coklat yang dibawa Reza.
"Mama kamu mana?" Tanya Reza.
"Eung? Aku nggak punya mama" Jawab Nara polos. Reza dengan segera berdiri dan menarik tangan mungil Nara ke dekat dua wanita dewasa yang sedang berbincang.
"Mama, cewek ini nggak punya mama" Adu Reza sambil menarik baju milik sang mama. Nara memiringkan kepalanya, mendongak menatap wanita satu lagi yang tadi berbicara dengan mama cowok ini.
"Aku nggak punya mama soalnya punya bunda. Ayah lagi kerja" Nara menggandeng tangan wanita dihadapan Reza dan mamanya.
"Hahaha Nara, mama dan bunda itu sama cuma beda panggilan aja" Ujar bundanya. Nara menanggapi dengan mengangguk.
Sejak saat itu mereka dekat dan Reza tahu betapa polosnya Nara Verskey saat kecil. Tapi ketahuilah gadis itu sudah tidak sepolos dulu.
Nara dan Reza memiliki objek favorit yang sama, hujan. Saat sedang berdua dan hujan turun pasti mereka selalu bermain dan tertawa bersama tetesan air yang dikenal dengan hujan itu.
Tapi ada satu hal yang membuat Nara tak bisa mengajak Reza untuk bermain tiap kali hujan yaitu penyakit yang Reza derita. Cowok itu mengalami kelainan jantung sejak bayi dan seperti yang kita ketahui penyakit jantung tidak tahan dingin namun Reza sangat menyukai udara dingin saat hujan.
Tiba-tiba Reza duduk kembali di tempat semula, Nara yang tadinya asik menari pun menghampiri.
"Kenapa? Padahal tadi ngajak main, tapi kenapa duduk lagi?" Tanya Nara pada Reza yang duduk di sampingnya. Cowok itu menatap dalam Nara dengan mata coklat terangnya.
"Dalam biru yang kian menyatu
Di derasnya tetes hujan
Tak ada kata yang terucap
Tapi selaksa makna terjawab""Apa Za?"
"Jangan pernah lupain aku ya. Aku pasti balik lagi" Nara mengangguk lalu mengusak rambut basah Reza.
"Nggak bakalan aku lupain, kamu yang jangan lupain aku. Disana pasti banyak cewek cantik" Reza terkekeh kemudian beranjak untuk masuk ke dalam rumah. Tak lama ia kembali dengan sebuah kotak berwarna baby blue ditangan kecilnya dan kembali duduk di samping Nara.
Reza membuka kotak itu, terlihatlah sebuah liontin perak dengan huruf R&A yang indah. Sang anak laki-laki pun memakaikannya di leher anak perempuan di hadapannya.
"R untuk Rain dan Reza, A untuk Awan dan Anara" Yeah, selain Rain Reza juga memiliki panggilan lain untuk Nara. Hanya menambahkan huruf a di depan nama aslinya menjadi Anara.
"Janji untuk nggak ngelupain aku dan jaga liontin ini?" Nara memasangkan liontin yang satunya lagi di leher Reza dan mengangguk.
"Janji jari kelingking" Nara tertawa sambil mengangkat jari kelingkingnya.
Tanpa aba-aba Reza mengecup pipi basah Nara kemudian menarik perempuan itu ke dalam pelukannya. Nara membalas pelukan itu dan juga mengecup pipi Reza saat pelukan itu terlepas.
"Aku janji bakalan pulang dan kita bakalan hujan-hujanan lagi"
End of Flashback
Nara menggenggam liontin yang ia pakai saat ini. Menengadahkan kepala ke arah langit.
"Kamu emang udah nggak ada tapi kamu masih tetap disini, deep of my heart. Kali ini biarin aku yang berjanji. Janji untuk menjalani hidup aku dengan lebih baik.
What If - Juli 2019
★Rainsnowflakes
KAMU SEDANG MEMBACA
What If
Teen Fiction7 Feb 2019 Jangan berharap pada manusia, menyakitkan. Berharaplah pada Tuhan. Karena Tuhan tahu apa yang terbaik untuk dirimu - Nara Verskey #3 in schoollife #45 in teenfiction #67 in reallife