Nara tak tahu mengapa akhir-akhir ini Chanyeol semakin sering menjahilinya terhitung sudah ke lima kali ia diganggu hari ini. Ia menatap jengah Chanyeol yang masih setia menatapnya dengan senyum bodoh yang sebelumnya tak pernah cowok itu tampakkan.
"Lo kenapa sih? Sawan atau kemasukan? Nggak usah senyum-senyum gitu ngeri gue"Tak ada gubrisan dari cowok di sampingnya itu. Nara melepaskan earphone dan duduk lurus menghadap Chanyeol yang semakin tersenyum lebar dan bodoh.
"Gila lo? Pergi sana" Usir Nara, Chanyeol malah mencubit pipi Nara hingga menimbulkan sedikit warna kemerahan.
"Sakit bangsat! Lo nggak kira-kira banget, nggak manusiawi lo!" Setelah mengelus pipinya Nara memukul lengan Chanyeol sekuat tenaga. Bukannya kesakitan cowok itu tertawa lalu mengelus pipi Nara yang ia cubit tadi.
"Makanya jadi cewek jangan imut banget, kan gemes" Nara sempat bergeming lalu kembali memukul Chanyeol sepuasnya.
"Mati aja sana!"
★★★
"Kalo misalkan ada yang suka sama lo gimana Ra?" Pertanyaan Yoojung sontak membuat Nara menghentikan acara makannya.
"Siapa?"
"Nggak tau, nanya doang"
"Impossible, lo bukan tipe orang yang sering nanya soal perasaan gue karena pertanyaan lo always random. Just tell me"
"Beneran, iseng doang nanya ginian" Nara memicingkan matanya.
"Ya tergantung"
"Tergantung ganteng atau nggaknya?"
"Gue nggak terlalu menilai cowok dari tampangnya ya!" Ketusnya
"Tergantung gue suka atau nggak, kalo suka coba deket aja dulu kalo nggak ya biarin aja. Toh semua orang punya hak untuk mengagumi"
"Kalo Minseok yang suka sama lo?"
"Udah pernah sakit hati"
"Kalo Lay?"
"Nggak bakal betah dia"
"Kalo Jongin?"
"Lebih nyaman sahabatan"
"Kalo Chanyeol?" Nara sempat terdiam sebelum menjawab.
"No comment. Ah lo ngeganggu acara makan gue"
"Kok grogi?"
"Siapa yang grogi? Gue? Nggak tuh" Cewek itu tersenyum, sesering dan sesulit apapun Nara berusaha menutupinya Yoojung sudah tau.
★★★
Lapangan basket tampak gersang, terpaan pasir oleh angin membawa debu yang bisa mengiritasi mata, serta teriknya sinar surya walaupun telah terhalang oleh pepohonan rindang di atasnya tak membuat Nara ingin berpindah dari posisi duduknya sekarang.Bel pulang telah berdentang sejak 1 jam yang lalu seharusnya ia sudah pulang, rebahan di kasur dengan handphone di genggaman dan kipas angin yang berputar.
Tapi Nara lebih memilih disini tak ada objek penting sebenarnya, hanya sesekali menatap kerikil di dekat kaki ataupun awan putih di langit biru nan cerah.
"Cewek cantik nggak boleh melamun" Chanyeol duduk di sebelahnya dengan 2 gelas mibuman dingin di tangan.
"Ice lemon tea" Nara terkekeh lalu mengucapkan terimakasih.
Keduanya terhanyut dalam keheningan, Nara yang masih asik memandangi awan dan Chanyeol yang betah memandangi dirinya dari samping.
"Gue mau nanya boleh?" Nara menoleh kemudian mengangguk.
"Tentang sifat lo. Banyak yang bilang lo cuek"
"Gue nggak bakal memulai interaksi duluan, makanya orang menganggap gue itu pribadi yang cuek"
"Bahkan sama yang udah kenal dekat?"
"Yaa begitulah"
"Sifat lo yang cuek terhadap keadaan sekitar dan orang lain?"
"Karena gue pernah peduli ke semua orang, tapi dimanfaatin. Bukannya nggak mau berbuat kebaikan, tapi mereka suka nggak tau diri. Ketika gue buat satu kesalahan kecil, seribu kebaikan yang udah gue lakuin sekalipun nggak ada nilainya"
"Gue care kok sama orang-orang, cuma nggak kelihatan. Kalo sama kalian beda lagi you're my another family"
"Kalo tingkah nakal lo?"
"Haha gue aslinya ya gini. Mageran, emosian, egois, nakal, sering ngomong kasar, dan sifat-sifat jelek lainnya. Tapi seenggaknya gue tetap jadi diri gue sendiri, nggak berusha sok baik dan kalem supaya dipuji orang lain"
"Mereka yang baru pertama kali ketemu bakal mengira kalo gue anak yang kalem, baik padahal mah nggak"
"This is me mereka suka atau nggak gue nggak peduli. Cause this is my life, I don't care what are people saying about me, up to them"
"Lo anak baik kok, kalem dan lembut juga. Tapi nggak semua orang tahu tentang hal itu"
Chanyeol tersenyum lembut, mengusap kepala Nara perlahan.
"Lo tau Ra? Je t'aime"
Nara mengerjapkan mata tak paham, ia tak pernah mendengar ungkapan itu sebelumnya.
"Artinya apaan?"
"Nanti lo bakalan tahu"
"Ekhm berdua doang nih" Ledek Yoojung yang kebetulan lewat. Chanyeol menyipitkan matanya, untuk alasan apa cewek tomboi itu masih berada di lingkungan sekolah?
"Udah selesai?" Yoojung mengangguk, menyenderkan badannya ke Nara.
"Cuma bantu masukin nilai doang padahal tapi pegal banget elah"
Tak ada suara lagi setelahnya, mereka sibuk dengan isi pikiran masing-masing.
"Diterima nggak Jung?" Perempuan dengan rambut pendek itu menoleh lalu mengangguk mantap.
"Pasti diterima lah, percaya sama gue"
"Menduakan Tuhan dong"
"Anak kecil nggak boleh ikut campur"
"I don't understand what are you guys talking about. I wanna go home don't miss me" Nara melangkahkan kakinya menuju gerbang, menoleh kebelakang sebentar, Chanyeol dan Yoojung sedang membicarakan sesuatu dan ia tak ingin ambil pusing.
What If - Juni 2019
★Rainsnowflakes
KAMU SEDANG MEMBACA
What If
Fiksi Remaja7 Feb 2019 Jangan berharap pada manusia, menyakitkan. Berharaplah pada Tuhan. Karena Tuhan tahu apa yang terbaik untuk dirimu - Nara Verskey #3 in schoollife #45 in teenfiction #67 in reallife