Mentari membiarkan cahayanya menembus kaca, seakan memberikan pencerahan pada ruang kelas yang awalnya tampak suram. Beberapa menikmati sensasi hangatnya ketika bersentuhan langsung dengan kulit, hangat dan nyaman. Lagipula sinar matahari mengandung vitamin D yang bagus untuk kulit.
Lain pula dengan sosok siswi di sudut, dirinya menutupi seluruh wajahnya dengan buku demi mencegah interaksi langsung sinar matahari dengan kulitnya. Melanjutkan tidur yang sempat terganggu, tapi tak berlangsung lama karena Yoojung segera menjauhkan buku tersebut dari wajahnya."Cahaya matahari pagi bagus untuk kulit" Katanya. Kesekian kalinya dalam cerita ini, Nara tak menjawab pernyataan itu. Memilih untuk merapatkan tubuh ke dinding yang tak terkena pancaran cahaya di sebelah kanan.
Yoojung menarik gadis itu hingga terduduk tegap.
"Apaan sih njing? Gue ngantuk!" Umpat Nara kesal.
Yoojung menatap selidik wajah Nara, kantung mata panda tercetak jelas disana.
"Kenapa begadang lagi sih? Nggak mikirin kesehatan, hah?!" Ujar Yoojung emosi.
Beberapa siswa melirik mereka sekilas lalu kembali pada aktivitas. Pertengkaran Nara dan Yoojung sekaan sudah biasa, tak ada yang perlu dikhawatirkan sebentar lagi akan saling berpelukan seperti teletubies.
"Temen lo kenapa sih? Sensian banget, ucapan juga nggak bisa dijaga" Celoteh Chanyeol yang berjalan ke arah mereka dengan rubik di tangannya. Menyusun ulang rubik tanpa bosan.
TUK!
Suara bantingan rubik yang ke-enam sisinya sudah tersusun rapi diatas meja dihadapan Yoojung membuat Nara mendelik kesal.
"Lo yang kenapa? Bisa nggak sehari aja nggak ganggu hidup gue? Seneng banget ngurusin hidup orang, heran" Nara hendak beranjak namun tangannya dicekal Yoojung.
"What happened?" Tanya Yoojung lembut. Cewek itu seperti menangkap sebuah sinyal dari tubuh Nara, cewek yang sedang kesal itu punya masalah dan tak bisa melampiaskan emosinya.
Tatapan Nara melemah, duduk perlahan, menatap Yoojung dalam.
"It happened again"
Yoojung mengelus bahu Nara, menariknya kedalam dekapannya. Tidak, Nara tidak menangis hanya menghela napas berkali-kali. Menangis di sekolah bukanlah pilihan yang tepat untuk sekedar meluapkan emosi.
Chanyeol pergi, membiarkan Nara bersama Yoojung bahkan mencekal Minho dan Farrel yang hendak mengganggu.
Beberapa menit berlalu, Nara mengamit lengan Yoojung, menyenderkan kepala di bahu sempit Yoojung.
"Btw kemarin badmood gara-gara Minseok?" Nara mengangguk pelan, menolehkan kepalanya kebelakang menatap tembok penuh coretan berwarna hijau.
"Dia ngajakin bareng, gue udah nungguin sampe nggak makan siang ternyata dia malah main di cafe sama anak kelas C, si Salwa"
"Gue udah berkali-kali ngomong, dia main main doang sama lo, Nara" Yoojung mengelus kepala Nara sayang.
"Lo nggak tau aja kalo ada yang suka sama lo"
Teman sekelas yang peka terhadap keadaan sekitar memperhatikan Nara hari ini, pasalnya setelah acara curhat bersama Yoojung tadi tak ada satu katapun yang terucap dari bibirnya.
Bahkan saat jam Bahasa Inggris ia tetap bungkam hingga jam pulang tiba.
"Nara kenapa?" Sherly menghampiri Yoojung yang sedang beberes.
"Pms, maklumin aja. Gue duluan ya!" Luna mengangguk, membiarkan cewek tomboi itu pergi meninggalkan kelas dan dirinya mulai membersihkan kelas yang kotor.
KAMU SEDANG MEMBACA
What If
Novela Juvenil7 Feb 2019 Jangan berharap pada manusia, menyakitkan. Berharaplah pada Tuhan. Karena Tuhan tahu apa yang terbaik untuk dirimu - Nara Verskey #3 in schoollife #45 in teenfiction #67 in reallife