Kembali ke hari senin. Tidak ada upacara hari ini, maka Nara dan Suzy kira class meeting akan segera dimulai. Namun dugaannya salah. Tidak ada class meeting, yang ada koridor, kelas, dan kantor yang dipenuhi oleh siswa siswi yang sedang remedial.
Seperti di kelas X IPS 1 pagi ini, semua meja di penuhi oleh kertas dan alat tulis lainnya. Semua sibuk membuat remedial, bolak-balik ke kantor yang berada di lantai tiga dan lantai 1 padahal kelas mereka berada di lantai 4. Belum lagi harus mengantri. Bayangkan saja capeknya remedial kali ini.
Seingat mereka remedial ujian tengah semester kemarin tidak seperti ini, tapi kenapa ini parah sekali? Ternyata oh ternyata beberapa guru tetap menerapkan penilaian remedial di kolom nilai yang kosong walaupun setelah di rata-ratakan nilai mereka tuntas KKM.
Murid kelas X tentu kaget dengan sistem remedial di sini karena saat berada di bangku SMP dulu tidak ada satupun diantara mereka yang merasakan bagaiamana susahnya remedial seperti ini khususnya bagi anak negeri.
Setelah ujian ya sudah, class meeting. Tidak ada yang sibuk dengan tumpukan kertas di kelas atau bolak-balik ke kantor mengumpulkan remedial. Mereka hanya mengikuti lomba ataupun nongkrong di kantin.
Beberapa guru pernah mengatakan jangan sampai mendapatkan nilai dibawah KKM karena bisa remedial nantinya. Namun Nara tidak pernah merasakan hal itu selama 3 tahun masa SMP nya. Pernah sih 2 kali remedial ujian ulang, itu pun ulangan harian dan hanya ia rasakan di kelas VII pelajaran matematika.
"Remedial Bahasa Inggris Peminatan nggak boleh pakai tipe-ex, tulisannya nggak boleh tebal karena di lapis-lapis. Garis pinggir 2 cm. Buat di double folio, harus rapi. Nih kertas soalnya" Ujar Juan selaku ketua kelas dan membagikan lembaran soal.
"Nah yang ini remedial Bahasa Inggris Wajib. Boleh pakai tipe-ex asalkan nggak dicoret-coret kalo salah. Garis pinggir 2 cm, buat di df, buat translatenya dan harus rapi" Belum selesai Juan membagikan kertas soal, Evan pun membagikan remedial soal yang lain.
"Kepala gue mau pecah rasanya" Ucap Nara lalu menidurkan kepalanya di atas meja penuh kertas.
"Capek nulis gue ya Allah" Keluh Suzy di sebelahnya.
★★★
Bel istirahat berdentang, bahkan untuk sekedar meninggalkan kelas menuju kantin membeli makanan saja Nara enggan. Remdial ini benar-benar membuatnya pusing. Selalu saja bertambah. Tahu begini ia benar-benar belajar agar tidak remedial.
"Nggak kebawah Ra?" Tanya Adel dan Dinda menghampiri. Nara menggeleng, kembali menulis.
"Titip gue aja, mau beli apa? Nggak tega gue lihat lo. Jangan dipikirin banget kali" Ujar Dinda.
"Beneran nih? Beliin roti aja deh. Pakai uang lo dulu ntar gue ganti" Dinda mengangguk dan kedunya berjalan menuruni tangga tepat di samping kelas menuju kantin.
Tak lama Dinda kembali ke kelas dan memberikan dua buah roti pada Nara yang langsung Nara ganti dengan uang sepuluh ribu. Disampingnya Suzy masih berkutat dengan kertas.
"Nih bagi dua sama gue" Suzy mengangguk dan mencomot rotinya lalu kembali menulis begitupun Nara.
★★★
KAMU SEDANG MEMBACA
What If
Roman pour Adolescents7 Feb 2019 Jangan berharap pada manusia, menyakitkan. Berharaplah pada Tuhan. Karena Tuhan tahu apa yang terbaik untuk dirimu - Nara Verskey #3 in schoollife #45 in teenfiction #67 in reallife