Bel masuk berdentang keras membuat telinga siapapun yang mendengarnya tuli, hahaha terlalu hiperbola.
Koridor dengan cepat menjadi lengang karena satu persatu guru mapel masuk ke kelas untuk mentransfer ilmu yang mereka miliki kepada semua murid.
Bu Doni, guru mapel IPS yang paling terkenal di kalangan anak kelas bawah –IX G hingga IX I– masuk dengan pancaran aura gelapnya, begitu kata Nara pada Minho.
“Keluarkan LKS kalian, kita koreksi UK 3 sampai UK 5” perintah bu Doni.
Buku LKS berwarna ungu terlihat berjalan hingga meja paling depan, Minho membalikkan badannya menatap Nara.
“UK 5 bagian C buat nggak?” Nara menggeleng.
“Sama aja” batin Minho
“Kertas fotocopy-an TO yang dibagiin Lina kemarin bawa?” Nara kembali menggeleng.
“Kalo disuruh tunjukin ke bu Doni gimana lo?” tanya Farrel.
“Fotocopy lagi lah, hidup jangan dibawa ribet. Itupun kalo gue inget”
Saat sedang mengoreksi, Lay yang pindah duduk di samping Chanyeol memanggil Nara.
“Lo nggak ngerjain bagian C?” Nara menggeleng, matanya seperti mengatakan –Kenapa emang?
“Bagian A cuma bener 1 gila, bagian B salah semua jawaban lo ngaco semua sih”
“Ya udah biarin aja, kemampuan gue berarti cuma sesegitu. Lagian gue nggak niat jawab” jawabnya enteng.
Chanyeol yang berada di samping Lay menggelengkan kepalanya, cewek itu semakin sering malas akhir-akhir ini bahkan melebihi tingkat kemalasannya dan Rocky yang memang terkenal malas.
“Yeol, tingkat kemageran Nara nambah tuh” adu Lay, Chanyeol menghela napasnya. Melirik Nara yang sedang menatap Minseok, kenapa lagi anak itu- pikirnya.
★★★
Jam istirahat baru saja dimulai, Nara melangkahkan kakinya ke kantin bersama Yoojung. Mereka tak menemukan batang hidung Eunji yang memang tak nampak dikantin.
Setelah membeli beberapa permen dan ice cup keduanya kembali ke kelas tanpa niatan untuk memakan sesuatu yang berat.
“Kak Nara!” panggilan dari Woozi dari luar kelas membuat Nara mengurungkan niatnya untuk duduk menemani Yoojung menonton drakor.
Nara berjalan ke sisi kiri kelas dimana adik kelas yang sudah ia anggap adik sendiri itu menatapnya dengan senyumannya yang khas. Badannya yang mungil membuatnya harus berjinjit atau mendongakkan kepala untuk menyaingi tingginya jendela pembatas kelas IX dan kelas VII.
“Kenapa, hm?” Senyumnya tiba-tiba luntur, digantikan dengan wajah sedihnya membuat Nara bingung.
“Katanya kakak sakit kemarin, gimana kak udah sembuh?” Nara terkekeh, hendak menjawab tapi Chanyeol lebih dulu menempelkan punggung tangannya di dahi Nara.
“Masih rada panas tapi udah mendingan”
“Syukurlah kalo kek gitu, Woozi seneng dengernya” Nara mengulurkan tangannya untuk mengusak kepala Woozi sembari tersenyum manis.
KAMU SEDANG MEMBACA
What If
Roman pour Adolescents7 Feb 2019 Jangan berharap pada manusia, menyakitkan. Berharaplah pada Tuhan. Karena Tuhan tahu apa yang terbaik untuk dirimu - Nara Verskey #3 in schoollife #45 in teenfiction #67 in reallife