Bel istirahat baru berdentang 2 menit yang lalu tapi kantin sudah diserbu oleh para murid yang kelaparan. Mengistirahatkan otak sejenak sembari mengisi perut.
Begitu pula dengan sekumpulan murid yang menamai gengnya Komplotan Jomblo. Mereka khusyu' menikmati makanan di hadapan masing-masing."Eh kasih gue saran dong"
"Saran apaan?" Tanya Lay
"Gue mau beliin Minseok kado" Eunji, Yoojung, serta Jongin menghela napas, menatap jengah cewek itu.
"Lo masih ngejer-ngejer dia?" Tanya Eunji tak percaya.
"Gue minta saran" Ujar Nara tak membalas pertanyaan sepupunya itu.
"Jam tangan" Nara menjentikkan jarinya, menepuk bahu Chanyeol beberapa kali dan meninggalkan kantin.
"Kenapa lo kasih saran?"
"Itu yang dia mau. Biarin cewek gila itu sadar gimana perasaan Minseok ke dia sekarang"
★★★
Nara masuk kedalam kelas dengan riang, tanpa sengaja netranya menatap kearah Chanyeol. Menghampiri Chanyeol yang terlelap malas di mejanya lalu menengadahkan tangan ke arah cowok yang menatap datar dirinya. Chanyeol mengernyitkan dahi tak mengerti.
"Kunci kelas, biar gue aja yang megang" Chanyeol menggeleng, kembali menelungkupkan kepala diatas meja.
"Iih Chanyeol. Biar gue aja"
Chanyeol menepis pelan tangan Nara yang menepuk nepuk bahunya.
"Gue datang pagi juga, ayolah Yeol..." Rengek Nara.
Chanyeol berdecak dan merogoh kantong bajunya sebelum memberikan kunci dengan banyak gantungan ke tangan Nara.
"Awas kalo lo datang siang"
Nara mengangguk tangannya terulur untuk mengelus kepala Chanyeol asal. Ia terkikik karena wajah masam pemuda itu.
Sekarang jam istirahat kedua, Nara menarik Yoojung dan Eunji ke kantin dengan wajah riang. Eunji yang kebingungan melihat tingkah aneh sepupunya itu segera mengecek suhu tubuh Nara ketika baru saja duduk di bangku kantin.
"Nggak panas tuh" Gumamnya pelan
"Lo kenapa? Dari tadi pagi senyum mulu awas dikira gila" Celetuk Yoojung
"Gue mau ngasih kado ke Minseok pulang sekolah nanti. Ih padahal ngasih kado doang deg deg anjir lah"
"Ini yang terakhir kali gue kasih tau sama lo. Sampe gue liat lo nangis karena Minseok, jauhin dia. Lo tau sendiri kalo nggak nurut sama gue konsekuensinya apa" Nara mengangguk asal, sibuk memperbaiki irama jantungnya yang semakin tak teratur.
Jam sekolah telah usai sekitar 13 menit yang lalu, hamparan debu memenuhi ruang kelas yang sedang dibersihkan petugas piket.
Setelah semua petugas piket pulang Nara mengunci pintu kelas. Menatap Minseok yang berada 2 langkah di depannya saat ini. Menetralkan jantung serta napas sebelum mengampiri lelaki dengan kulit kuning langsat itu.
"Happy birthday ya, ini kado buat lo. Nggak seberapa emang tapi gue tulus hehe" Minseok mengambil kotak kado yang diulurkan Nara dan tersenyum tipis.
Mereka berada di koridor mading, entah kenapa suasana sekitar sepi padahal biasanya banyak murid yang melintas daerah ini.
"Haha thanks ya, ngerepotin nih. Lo inget aja gue udah seneng" Rona merah nan hangat menjalar ke pipi Nara pasca Minseok mengusak lembut kepalanya.
"It's okay, lagian setahun sekali nggak ngerepotin kok" Nara menunjukkan senyum terbaiknya dihadapan Minseok. Namun senyuman itu harus luntur ketika kedatangan seseorang.
"Hai" Ujarnya riang, menghampiri keduanya. Ah lebih tepatnya Minseok.
"Oh iya happy birthday, aku nggak punya kado untuk kamu gimana dong" Rengek Salwa pada Minseok. Yap, Salwa cewek yang membuat Minseok melupakan janji untuk menjemput Nara beberapa hari yang lalu.
"It's okay, kamu jadi yang terspecial di ultah ku kali ini aja aku udah seneng banget"
Terspecial? Nara tau makna kata itu. Belum reda rasa sedihnya kemarin sekarang timbul lagi bahkan lebih besar.
Mereka pacaran, tapi mengapa Minseok bersikap manis seakan mengutarakan perasaan melalui aksi pada Nara? Atau itu hanya permainan pemuda itu agar Nara terjatuh dalam pesonanya? Atauhkah Nara yang terlalu baper? Sudahlah Nara pusing.
"Eh gue balik ke kelas ya, tupperware ketinggalan di laci. Happy birthday Minseok" Tanpa disadari, Salwa tersenyum miring menatap punggung Nara yang menghilang di balik dinding.
Disinilah Nara, duduk sendirian di teras perpustakaan. Menikmati semilir angin yang menerpa wajah sedihnya. Setitik cairan bening dan asin menembus mata kanan, menyusuri pipi chubby hingga sebuah tangan terulur menghapusnya.
Nara membuka mata, menatap heran kearah Chanyeol yang masih disini padahal seharusnya semua sudah pulang.
"Lo sadar kan kalo perasaan kalian nggak sama?"
"Kenapa selalu gini Yeol? Waktu gue hampir jadian sama Erick, Urfa datang ngerebut dia. Dan sekarang, Minseok jadian sama Salwa. Kenapa selalu nggak adil?" Tanya Nara frustasi.
Chanyeol duduk disampingnya, merangkulnya dan mengelus bahu kanan Nara yang sedikit bergetar.
"Luapin aja semua, lo boleh nangis asalkan setelah ini lo nggak bakal nangisin cowok itu lagi"
Nara menggeleng pelan, menengadahkan kepala menatap langit.
"I'm fine" Nara beranjak, meninggalkan Chanyeol sendirian disana.
"Nggak ada faedahnya lo nangis kek tadi Nara. Lo bukan siapa-siapanya dan cowok itu nggak pantes ditangisin. Fokus ke masa depan Ra, fokus" Gumamnya guna menyemangati diri sendiri.
What If - April 2019
★Rainsnowflakes
KAMU SEDANG MEMBACA
What If
Roman pour Adolescents7 Feb 2019 Jangan berharap pada manusia, menyakitkan. Berharaplah pada Tuhan. Karena Tuhan tahu apa yang terbaik untuk dirimu - Nara Verskey #3 in schoollife #45 in teenfiction #67 in reallife