Irama musik yang terus mengalun di telinga menemani hari Nara tiap harinya, mungkin saja gendang telinganya akan pecah karena terus menerus diberikan asupan lagu tiap harinya.
Entah lagu keberapa yang terputar dari earphone tapi tiba-tiba saja lagu itu terhenti, membuat Nara yang sedang bersandar di bangku sembari memejamkan matanya tersentak.Arah pandangnya langsung mengarah pada Ferrel disebelahnya, merasa marah karena kegiatan damainya diganggu oleh manusia yang sering dirinya panggil kodok. Ferrel pun menatap Nara tak kalah kesal.
“Bu Mira otw, lebih baik gue lepasin kabelnya dari handphone daripada ditangkap. Baik kan gue?” Nara menatapnya malas, mencopot lilitan earphone di telinga dan meletakkan handphone serta earphone di laci meja.
“Seenggaknya bilang makasih kek”cibir Ferrel kesal. Minho tertawa sembari menggelengkan kepalanya.
“Eh Ra, gue denger dari kelas sebelah bakalan di bentuk kelompok ntar kita sekelompok aja kali ya?” tanya Minho, Nara terlihat berpikir sejenak
“Kelompok? Mapel apa?”
“Budaya Melayu, katanya sih buat makanan khas Indonesia” Nara manggut manggut lalu tersenyum menandakan dirinya setuju jika ingin sekelompok
“Selamat siang anak-anak” salam bu Mira sembari berjalan dari pintu kelas menuju meja guru di kanan depan.
“Siang bu” bu Mira duduk di bangkunya, menatap kearah murid IX H yang terlihat senyum-senyum nggak jelas.
“Kalian kenapa senyum senyum? Tersepona ya sama kecantikan ibu hari ini?” tanya bu Mira ge-er. Semua tertawa menanggapi candaan khas bu Mira.
“Tersepona banget bu, hari ini ibu cantiknya berkali-kali lipat dari biasanya” goda Chanyeol, tawa yang lainnya semakin meledak ketika melihat bu Mira yang tersenyum malu-malu.
Bu Mira, guru Budaya Melayu. Umur kisaran 40 tahunan. Single as jomblo, yang mau sama beliau banyak katanya tapi belum ketemu yang pas. Ciri khas mengajar, menceritakan kehidupan pribadinya hingga lupa menerangkan pelajaran.
“Okelah, sekarang ibu akan membagi kalian menjadi 4 kelompok” bu Mira mulai membagikan kelompok secara acak, setelah dibagikan mereka duduk sesuai kelompok di tempat yang diinginkan
Nara menatap puas anggota kelompok di depannya, walaupun tidak berada di kelompok yang sama dengan Yoojung setidaknya ada Keyra dan Luna yang memang cukup akrab dengannya.
“Jadi, tugas kalian adalah membuat makanan khas daerah Indonesia yang nantinya akan kalian sajikan di sekolah. Kalian bisa mendekor kelas ini seperti di restoran yang menyajikan makanan khas Indonesia. Saat hari-H semua meja dan kursi sudah tersusun rapi termasuk makanan yang telah dihidangkan di atas meja”
“Kalian bisa membuat semacam kartu undangan untuk mengundang para guru datang ke kelas ini dan mencicipi hidangan yang telah kalian sediakan. Guru-guru tersebut lah yang akan menilai hasil kerja kalian. Waktunya seminggu dari sekarang. Ada yang ingin ditanyakan?” tanya bu Mira setelah menjelaskan panjang x lebar x tinggi. Para murid menggeleng lalu mendiskusikan tentang hidangan apa yang akan mereka buat.
“So, what will we make?” tanya Nara, mereka tampak berpikir.
“Capcai “
“Ikan goreng”
“Ayam sambel”
“Es timun pake nata de coco”
“Tahu tempe goreng”
“Kerupuk udang” Nara memejamkan matanya sembari menghela napas. Menatap teman-temannya yang kemudian menyengir.
“Satu satu dong sayangku. Coba apa aja tadi biar dicatat” Nara mengeluarkan buku agenda biru kecil miliknya dan pena biru andalannya. Setelah selesai mencatat, Nara mengulangi lagi keinginan mereka agar pas.
KAMU SEDANG MEMBACA
What If
Novela Juvenil7 Feb 2019 Jangan berharap pada manusia, menyakitkan. Berharaplah pada Tuhan. Karena Tuhan tahu apa yang terbaik untuk dirimu - Nara Verskey #3 in schoollife #45 in teenfiction #67 in reallife