Nama Karmila Theodora ini adalah kekasih pertama Dannz. Wanita dengan selera tinggi, menyukai konser dan keributan itu sempat singgah dihati Dannz setahun lamanya.
Mereka berkenalan lewat sosial media dan akhirnya bertemu. Karmila pada saat itu masih berumur enam belas tahun dan masih dalam status pejalar kelas tiga SMA sedangkan Dannz sudah delapan belas tahun dan sedang berstatus mahasiswa tingkat dua.
Waktu yang sangat indah mereka habiskan, sering makan dan jalan bersama. Mereka bahagia, mereka sering menangis dan tertawa berdua. Karmila yang berkulit hitam manis ini sangat menyayangi Dannz. Ia rela mentattoo punggung jarinya dengan nama Dannz.
"Aku harap kau tidak meninggalkanku." Karmila menatap Dannz dengan tatapan yang terlihat risau juga sendu. "Ah, kau ada-ada aja. Aku bukan orang yang seperti itu sayang, Aku cuma sayang sama kamu."
"Tiittt tittt tittt...."
Sebuah pesan singkat masuk di handphone Dannz."Ibu akan pulang besok, tolong jemput di airport atau ayahmu akan marah sekali."
Dannz tersenyum, ibunya adalah seorang pengacara dan pemilik butik terkenal hingga karyanya banyak dibeli oleh orang-orang dari luar kota bahkan mancanegara.
"Siapa? Kamu kok senyum-senyum! Coba sini aku lihat." Karmila merebut handphone Dannz. Lalu semenit kemudian ia menertawakan Dannz.
"Ternyata kamu DKI juga yah?"Dannz tertawa hambar, "Hehe Itu kan Hal biasa kalau anak chat dengan ibunya. Ngomong-ngomong DKI itu apa sih?" tanya Dannz dengan wajah yang serius.
Karmila semakin merasa lucu dengan Dannz. "DKI itu... Di bawah ketiak Ibu!" Setelah mendengar hal itu mereka tertawa bersama-sama.
Dannz dan Karmila sering menghabiskan waktu berdua di Taman atau Area Bermain milik keluarga Dannz karena saat itu Karmila masih berusia dibawah umur.
Mereka saling mencintai, tapi juga sering bertengkar karena rasa cemburu keduanya, hubungannya sangat labil bahkan cenderung membawa perasaan yang amat emosional.
Saat itu hari ulangtahun Karmila yang ke 16, Dannz bingung harus membeli apa untuk pacarnya yang sudah berapa kali menggodanya untuk mempersiapkan kado untuknya.
Sore setelah Dannz pulang kuliah, ia berencana melihat beberapa boneka untuk Karmila di toko yang tidak terlalu jauh dari apartementnya. Dannz sejak masuk kuliah memang sudah tinggal disana karena rumah orangtuanya cukup jauh dari universitas.
Dannz sedikit tergesa- gesa karena kebingungan maka ia bertanya dengan mbak- mbak SPG (sales promotion girl) yang menjaga di sana. "permisi mbak, saya mau beli kado buat adek saya kelas tiga SMA." Katanya sambil mengecek Handphone yang tiap menit berbunyi.
"Tiiitt....tiiiitt...tiitt"
Terdengar lagi dan lagi saat ia mulai sibuk dengan hadiahnya.
"kamu dimana sih, jadi nggak ke rumahku? Aku tunggu sore ini kamu harus datang." Isi pesannya semakin horror untuk Dannz.
"Ini Mas, cocok untuk anak SMA lagi trend soalnya." SPG itu mulai menyodorkan barang-barang berupa tas, jam tangan, boneka branded, alat Make up dan beberapa kebutuhan cewek lainnya.
Dannz terdiam melihat barang-barang itu semua, dia semakin bingung. "Mas, bingung yah? Ini pasti untuk pacarnya." Kata SPG itu dengan senyum simpul. Dannz terbangun dari lamunannya dan melihat SPG itu.
"Cantiknya luar biasa, mungil, menarik, dan lincah...." Bisiknya dalam hati. "Bukan mbak, ini untuk adek aku kok, aku kebingungan karena ini baru pertama kali aku belanja untuk cewek." Dannz mulai menyangkal.
"Ah masa, cowok seganteng mas belinya kado buat adek aja." Kata SPG itu menggoda. "Aku pesan yang boneka ajalah mbak, buat adek ini." Sambil senyum dan alisnya dinaikkan satu. (Dasar playboy)
Kemudian dibungkuslah hadiah itu, sambil Dannz menuliskan ucapan di kartunya.
"Selamat ulangtahun Bidadariku, semoga dengan bertambahnya usiamu bertambah pula rasa cintamu padaku."
Love, Dannz.
"Ini uangnya mbak, dan ambil aja kembaliannya. Aku buru-buru, sudah telat acaranya, Nanti ibuku marah." SPG tersenyum kagum, rupanya laki-laki ini begitu cinta akan saudari dan Ibunya.
"Terima kasih mas, semoga makin lancar rezekinya. Jangan lupa ini struknya." Dannz menerima struk yg nampak telah tercoret bagian belakangnya dengan tinta pulpen.
"Ini nomor aku mas, di save yah. Selamat berbelanja kembali."
Sebuah moment yang sudah tertebak oleh Dannz. Si SPG ini langsung terkena umpannya.
Sepuluh menit kemudian, ia sampai dirumah Karmila yang tidak terlalu besar dan kental dengan nuansa Jawa-betawi itu. Dannz datang hanya dengan menggunakan motor.
Baju yang Dannz kenakan adalah kemeja biru dan blezzer hitam. Menambah ketampanan lengkap dengan sepatu sportinya. Ia bergegas masuk diantara rombongan teman Karmila yang baru masuk.
"Hei sayang, Happy birthday. Mmuuahh!" Satu kecupan mendarat di pipi Karmila yang memerah di depan teman-temannya.
"Ciyee....ciyee... Ada yang lagi berbunga-bunga nih, awas di lalerin!!"
Ejek kawan-kawannya. Dannz kemudian diberikan kue potongan pertama dari Karmila. Mereka sangat menikmati pesta ulang tahun yang meriah itu.
Setelah pesta ulang tahun bubar, Dannz secara khusus mengatakan banyak kata cinta dan sayang untuk Karmila yang sedang dimabuk cinta dipelukannya malam itu.
Jam 21:00, Dannz berpamitan pulang. Mereka telah berdua selama dua jam lamanya di ruang tamu. Bibir Dannz yang sedikit merona merah akibat ciuman Karmila terlihat jelas disinar lampu yang terang karena kulit wajahnya yang putih bersih.
"Hapus dulu lipstiknya, sayang." Kata Karmila tersipu malu saat ia melihat sendiri bekas ciumannya. Dannz pun tersenyum segera menghapusnya dengan selembar tissue. "Aku pamit dulu yah takut kemalaman. Nanti orang rumah bilang apa."
"Padahal aku masih pengen kamu disini temani aku. Soalnya mama papa lagi di Sydney." Dengan wajah yang sedikit cemberut Karmila mengungkapkan kecewanya.
"Nantilah, mungkin bulan depan kita baru ketemu lagi sayang." jawab Dannz. "Lho kenapa? Bukannya kamu udah libur semesteran? Kamu mau kemana? " Karmila merasa heran dengan pernyataan Dannz.
"Iya sayang, tapi aku mau balik ke kampung dulu. Nenekku sakit, aku nanti pasti jumpain kamu lagi bulan depan kan sisa dua puluh hari lagi, yah? " Pinta Dannz dengan wajah memelas.
"Yaudah deh tapi ingat kamu harus selalu kabarin aku. Awas aja kalau handphonemu sibuk." Karmila mengancam Dannz karena dia tidak mau kehilangan pacarnya.
"Iya, iya.. pasti sayang. Aku akan mengarimu setiap waktu. Okay? Aku pulang dulu yah." Sambil memasang helm full face. Dannz kemudian pulang kerumahnya.
😎LIKE VOTE and Comment
Yeah.
Semua itu sangat Berarti untuk Author.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dannz (Pilihan Hati) Completed
General FictionDannz seorang anak pengacara yang berprofesi sebagai agen khusus polisi menemukan kerisauan dalam hatinya. Berkali-kali gagal dalam urusan cinta karena sifat buruknya yang gemar sekali akan wanita membuatnya jera sendiri. Saat ia memutuskan untuk me...