2. Awal Terjerumus ( Eva sandriana)

47 1 0
                                    

Sesampainya dirumah,
Dannz tidak langsung mengabari Karmila. Dia membuka lagi kertas struk belanjaannya lalu menyimpan nomor SPG itu di Handphone cadangannya yang selalu ia simpan dirumah.

Tanpa basa-basi, ia menyapa SPG itu lewat pesan chat pribadi.

"Mbak, ini aku Mas yang tadi beli boneka. Save yah nomorku. Namaku Dannz, Nama kamu siapa mbak?"

Tidak menunggu lama, lima menit kemudian ia menerima balasan dari SPG itu.

"Oh iya Masih ingat bangetlah mas. Hehe lain kali adeknya dibawa ke toko biar nggak bingung. Nama aku Eva. Senang berkenalan dengan mas Dannz."

Kemudian Dannz yang kegirangan seperti mendapat trophy juara satu itu membalas lagi pesannya.

"Iya deh lain kali aku akan bawa adekku kesana. Sekalian kenalin ke kamu. Hehe, umur kamu berapa ya? Pacarnya nggak marah kalau aku ngeChat?"

Ini adalah jurus ampuh laki-laki jika ingin tahu targetnya sudah punya pacar atau belum.

"Hehe janji ya kenalin aku sekalian gih sama ibunya, aku tahun ini dua puluh tiga, Kalau kamu? Masalah pacar gampang diaturlah. Dia pelaut jarang pulang."

Membaca pesan itu, Dannz hatinya sangat tertantang untuk menjalin sesuatu yang special dengan Eva yang sudah punya pacar tetapi jauh. Dia memang mulai jenuh dengan Karmila yang sangat manja dan pencemburu.

"Minggu depan ada acara nggak? Ayo kita nonton atau karokean gitu."

Ajak Dannz yang sudah tidak sabar mengenalnya lebih jauh. Pesona wanita yang lebih tua darinya memang selalu jauh lebih menarik.

"Boleh, tiap sabtu dan minggu aku libur kok. Pokoknya atur aja lah Dannz. Aku ikut kemanapun yang kamu mau."

Jawab Eva.

Hari berikutnya diwarnai dengan persiapan-persiapan Dannz dengan Eva. Dia ikut Gym agar terlihat lebih six pack, menumbuhkan bulu di sekitar pipi agar terlihat dewasa. Mereka semakin hari semakin dekat dan akhirnya berpacaran.

Sementara perjalanan cintanya pun baik-baik saja dengan Karmila. Tanpa ada kendala hingga pada suatu sore yang buruk sekali, Dannz mengalami Karma sebelum perbuatan buruknya ketahuan.

Beberapa Hari Karmila tidak dapat dihubungi seperti biasanya. Ternyata, dia sudah dekat dengan orang lain. Ini membuatnya sedikit sakit hati sebab bagaimanapun, hatinya separuh masih berada pada Karmila.

"Kenapa aku sakit hati ya? Seharusnya aku membiarkan dia karena aku juga punya yang lain. Tapi kenapa mesti dia juga seperti itu? Apa ini karena aku yang tidak bisa menahan pandanganku?"
Tanya Dannz di dalam hatinya.

Merasa sakit hati dengan semuanya, Dannz mengajak Karmila untuk bertemu malam itu terakhir kalinya. Dia membuat little party dengan lilin-lilin yang indah.

Seperti biasa, Dannz menyambut Karmila dengan senyum di sebuah kamar yang telah ia reservasi khusus. Karmila yang merasa bersalah memeluk Dannz dengan airmata di pipinya.

"Maafin aku Dannz, kamu nggak seharusnya membuat ini hanya untuk melepaskanku pergi. Aku khilaf dan masih sangat menyayangimu." Tangisnya pecah di pelukan Dannz.

"Aku membuat ini untuk kamu, karena aku tidak ingin kamu bersedih lagi karena aku yang jarang menemuimu." Dengan senyum kecil Dannz membakar lilin- lilin berwarna warni dekat jendela dengan kolam renang mini di depan kamarnya.

"Aku sadar Dannz, aku sayang banget sama kamu. Boneka pemberianmu selalu buat aku ingat akan siapa yang membuatku bahagia selama ini. Aku mau jujur Dannz, tapi kamu jangan marah." Sebuah kalimat menegangkan terlontar dari bibir Karmila.

"Iya, aku paham kok. Malam ini bicaralah. Aku pasti akan mendengarkannya." Dannz menuang wine Di dua gelas yang sudah tersedia.

"Dannz, Aku belum lama ini jalan dengan Dewa. Dia anak sekolah sebelah, dia sering nawarin aku untuk pulang sama-sama dan aku kemakan omongan temenku yang berusaha nyomblangin aku sama dia. Aku nyesel banget sebenarnya. Aku tahu kamu pasti akan marah." Karmila gemetar.

"Bilang aja, aku nggak apa-apa kok." Dannz mulai membakar sebatang rokok dan menghembuskan asapnya. Karmila memandang Dannz dengan takut tapi juga sangat kagum. Sekarang Dannz tampak sudah dewasa, lekuk otot dadanya sudah terlihat sangat bidang dan wajahnya yang begitu menggemaskan. Lengkap dengan tatapannya yang sendu dan dingin.

"Aku sayang sama kamu... Bisa kamu buang rokokmu dulu?" Kemudian Dannz dengan sedikit kesal dan penasaran mematikan rokoknya di asbak. "Nah, sekarang kamu mau apa Karmila. Aku dari tadi menunggumu bicar...." Satu kecupan mendarat dibibirnya.

"Apa ini Karmila? Kenapa kamu tidak bicara saj..." Dua kecupan mendarat berulang kali hingga mereka benar- benar berciuman dan bercumbu hebat saat itu juga.

Dannz yang gelap mata itu melakukan segalanya tanpa kontrol. Diluar dugaan saat mereka tengah 'melakukan itu' Dannz sadar akan sesuatu. Namun ia memilih membicarakannya nanti.

Setelah 'puas' mereka berdua saling bicara dengan nada pelan kelelahan.
"Aku sudah tidak perawan lagi, Dannz." Sambil tertunduk mila mengakuinya. "Aku tahu dan aku sadar. Ini sudah kedua kalinya aku melakukan ini.

"Apa? Kamu kenapa nggak jujur waktu awal kita pacaran? Kamu pernah melakukan ini dengan siapa?!" Tanya Karmila dengan nada meninggi.

"Mantan, dia Guru Bahasa Inggrisku. Sekarang dia di London." Jawab Dannz dengan santai. Kemudian Karmila menampar Dannz. "Aku nggak nyangka kamu bisa berbuat buruk dengan Gurumu sendiri!! Apa yang kamu pikirkan? Apa kamu sudah gila?!" Teriak Karmila sambil menangis dan memegangi keningnya.

"Aku sudah jujur kan? Kamu juga harus terima itu karena aku juga terima ceritamu. Sekarang kamu mau apa Karmila? Aku juga udah jujur sama kamu." Jawab Dannz.

"Dannz kamu tahu perasaanku kan? Kamu bisa membayangkannya reaksi pertama aku tahu selama ini kamu pura-pura polos buat dapetin aku?!" Berlinang airmata Karmila menanyakan hal itu, suaranya parau dan wajahnya memerah.

"Aku nggak pura-pura polos tapi bagiku, pengalaman pertamaku adalah aib saja. Bukan sesuatu yang harus dengan bangga aku akui." Jawab Dannz dengan emosi.

"Tapi Dannz kamu udah bohong setahun ini, kamu udah mempermaikan aku." Karmila semakin menangis.

"Aku tidak mempermainkanmu, tapi aku sayang padamu. Hari dimana kamu berubah dan menjauh semakin jarang hubungi aku, aku sudah merasa semua ini udah sulit dipersatukan lagi." Dannz menundukkan kepalanya.

"Maksud kamu apa ? Kamu nggak mau melanjutkan semua ini Dannz? Kamu nyerah?!" Karmila mengguncangkan pundak Dannz. Namun Dannz hanya diam dan tidak banyak berbicara apalagi mau menjawab pertanyaan Karmila.

Esok paginya Dannz meninggalkan Karmila dengan dengan sepucuk surat :

"Karmila, kamu adalah cewek yang paling luar biasa yang pernah aku temui. Kamu bisa melakukan apa saja demi aku, seorang aku yang sangat tidak pantas bersanding denganmu. Aku hanya ingin kamu menjaga sisa-sisa harga dirimu. Tetaplah bersama Dewa, jangan ada lagi cinta yang kau khianati. Mulai saat ini, aku akan selalu merindukanmu."

Dannz.

Berurai airmata Karmila menangisi seorang Dannz, Sosok Lelaki yang pernah mengisi hidupnya dengan cinta sederhana, selama setahun.

Kemudian Dannz melanjutkan hidupnya kembali dengan Eva.

Dannz (Pilihan Hati) CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang