16. Perjuangan

11 0 0
                                    

Randy tiba di kota. Ia langsung menuju rumah Dannz untuk memberikan hasil laporan yang baru masuk di E-mailnya malam ini. Sekalian menjemput istri dan anaknya.

Di depan rumah Dannz...

Tiin...tinnn...

Bunyi klakson mobil di bunyikan. Siska tahu itu pasti Randy, ia bergegas turun dari kamar bersama dengan anaknya. Juga koper yang sudah disiapkannya tadi sore.

"Abang, aku kangen banget." Sambil memeluk Randy yang sudah di depan matanya. Siska merasa rindu namun juga merasa Randy adalah orang yang ia tunggu sejak tadi.

"Mana Dannz dan Istrinya?" Siska menunjuk kearah ruang tengah. Lalu ia masuk bersama ke sana. "Randy! Bagaimana tugasmu?" Tanya Dannz menyambutnya dengan pelukan. "Operasiku berhasil Dannz, oh ya aku minta maaf nggak bisa bantu waktu kamu disana." Kata Randy.

"Randy tolong ceritakan hal yang sebenarnya sama istriku ini, dia dari tadi nungguin kamu menjelaskan." Pinta Dannz. Sambil tersenyum ia mengeluarkan handphone dan kabel data untuk di hubungkan ke laptop.

"Ini rekam medis Tyas dua tahun lalu, cewek ini positif narkoba dan tidak dalam keadaan hamil." Dervina terkejut dan melihatnya sendiri. "Jadi itu anak siapa?" Dannz berpikir. "Mungkin dia mau memeras kita ma." Jawabnya.

"Ayo kita jebak bandit ini, untuk segera di serahkan ke kantor. Sudah banyak daerah kecil jadi tempat narkobanya." Kata Randy. "Aku sudah mencoba untuk kembali memberi semangat pada timku yang kecewa kemarin. Mudah-mudahan kali ini lancar." Dannz berharap masalah ini segera selesai bersama dengan tugasnya.

"Kalau gitu, aku pamit pulang dulu Dannz, nanti aku kabari besok mengenai tim. Kamu nggak usah cemas. Aku bisa meyakinkan mereka." Randy berpamitan dengan istri dan anaknya. "Terima kasih Randy, kau memang sahabat terbaik." Dannz mengantarkan mereka sampai ke depan pintu.

Dannz kemudian mengirimkan pesan teks kepada Tyas seolah ia tidak tahu tentang rencananya.

"Tyas, anak kita diculik oleh orang yang bernama Rocki. Kenapa anak kita ada sama dia? Apa kau kenal Rocki?" Tanya Dannz. "Iya Dannz, Rocki itu mantanku, dia sengaja menculik untuk tebusan." Jawab Tyas berpura-pura jujur.

"Aku minta kamu suruh dia ketemu aku di atas gedung tua besok malam. Aku ingin anakku kembali dan aku sudah bawa uang tebusan untuknya." Dannz memberi umpan. "Baiklah aku coba hubungi dia lagi, tapi kamu datang sendiri aja dia berbahaya soalnya kalau dia tahu kamu bawa pasukan." Kata Tyas.

"Aku tahu kok apa yg mesti aku lakukan. Aku akan menolong anakku." Dannz masih berpura-pura. "Baik, kita akan bertemu juga di sana." Tyas menutup teleponnya.

"Dannz termakan umpan kita, Rocki. Dia mengira Ricki adalah anaknya. Uang satu milyar itu akan kita gunakan untuk kabur ke luar negeri." Kata Tyas dengan suara yang tinggi sambil tertawa.

Sementara itu Esoknya di Markas interpol kota....

"Saudara-saudara sekalian, hari ini saya lanjutkan operasi penangkapan Bandar narkoba Rocki yang sempat mengecewakan kita di Pulau seberang! kita akan di temani pak Randy. Dia akan memimpin operasi ini, sementara saya akan jadi umpan untuk target." Dannz mengumumkan kepada semua anggota di kantornya untuk mengalihkan pimpinan ke Randy karena ia ingin menjadi umpan dalam operasi kali ini.

Para anggota dibuat kagum karena Dannz kali ini ingin menjadi umpan sendiri. "Ini strategi penyerangan kita, disana akan ada wanita, dia juga adalah berbahaya. Kemungkinan besar adalah pacarnya Rocki. Dan mohon tidak gegabah karena ada anak kecil pula di sana. Saya akan beri aba-aba saat saya menjatuhkan anak kecil itu ke matras bawah. Barisan di lantai bawah lapisan dua bersiap menyerang. Yang menjaga matras amankan perempuan dan anak yang akan saya jatuhkan." Dannz menjelaskan dengan tegas.

"Siap pak. Saya akan menyergap perempuan dan mengamankan anak itu di bawah. Tolong sertakan anggota untuk standby di atap bagian baliho supaya tidak kelihatan, untuk jaga-jaga keselamatan pak Dannz." Jawab salah seorang anggota.

"Dua Dari kalian tolong jam enam sore ini langsung menjaga di baliho usahakan tidak terlihat!" Perintah Dannz. " Siap Pak! " Dua orang anggota meninggalkan ruangan.

Malam harinya...

"Papa berangkat ya ma, doakanlah semoga misi ini berhasil." Sambil mencium kening Dervina. "Pa, aku takut nanti papa kenapa-kenapa. Tolong bacalah doa sebelum melangkah ke dalam gedung itu." Kata Dervina. "Papa sudah berdoa dan  sudah pakai anti peluru. Mama sabar ya." Lalu Dannz masuk ke mobilnya melambaikan tangan pada anak dan istrinya.

Diperjalanan sekitar jam sepuluh malam, Dannz menghubungi Tyas. "Tyas, gimana apa kamu udah siap?" Tanya Dannz. "Iya sayang, aku siap menjemput anak kita. Apa uangnya sudah siap?" Dannz tersenyum, rupanya Tyas tidak sadar kalau dia membaca tingkah laku Tyas. "Ada. Jumlahnya ku lebihkan untuk biaya pendidikannya. Disini ada dua milyar rupiah." Dannz kembali memancingnya. Mendengar itu Tyas semakin bersemangat. Dannz kemudian menjemputnya agar tidak terlalu ketahuan rencananya.

"Dannz, aku rela jadi istri kedua seandainya kamu masih mau mempertahankan aku dan anakmu." Kata Tyas di samping Dannz. "Ah tidak mungkin, aku sudah janji pada istriku untuk tidak menduakannya apalagi berpoligami. Aku ingin anakku Ricki baik-baik saja bersamamu." Kata Dannz dengan lembut.

Tyas berusaha menggoda Dannz di atas mobil, dengan meraba-raba anggota tubuh Dannz. Akan tetapi malam itu Dannz tidak tergoda, dia diam saja untuk tidak membuat Tyas panik dan merasa ingin pergi.

Sesampainya di gedung tua...

Dannz dan Tyas turun dari mobil untuk segera naik ke atap gedung itu. Tyas merasa senang dengan menyaksikan Dannz datang sendiri. Ia berpikir rencananya akan berhasil.

"Hahaha, Selamat datang Interpol...!" Sambut Rocki dengan tawa menyeramkan. "Hm Mana Ricki?!" Bentak Dannz. "Kasih liat dulu duit yang kau bawa." Baru kau lihat bocah itu." Lalu Dannz mengeluarkan koper yang berisi uang imitasi sebanyak dua milyar. Yang sebenarnya berjumlah dua juta dengan dua puluh lembar uang asli di atasnya agar telihat meyakinkan. "Ini, uangnya. Tengoklah dulu agar kau senang." Kemudian Rocki mengeluarkan Ricki dari dengan mulut tertutup lakban dan badan terikat.

"Sini kopernya dan ambil anakmu yang tidak berguna ini. Hahaha" perintah Rocki. "Kemarikan dia dulu. Baru uangnya langsung aku lempar." Jawab Dannz. Lalu Tyas berjalan memberikan koper itu kepada Rocki. Ricki pun di bebaskan untuk berjalan ke arah Dannz. Kemudian Dannz memeluk Tyas lalu mendorongnya ke arah Matras di bawah.

Rocki yang kaget kemudian membentak "interpol gila, apa yang kau lakukan sama anak itu dan istriku. Hah?!" Mendengar itu Dannz memberikan aba-aba pada petugas yang sejak tadi berada di baliho.

DORR....DORR....!

Dua peluru berhasil mengenai kaki Rocki. Kemudian polisi lapisan dua yang dipimpin Randy menyergap dan membekuknya untuk segera ke rumah sakit.  Tyas dan Ricki pun diamankan. Misi selesai.

"Tyas, kali ini kau akan lama dipenjara. Karena kasusmu adalah kasus berat kau menyelundupkan narkoba bersama suamimu dan anak ini bukan anakku. Maafkan aku, kau tidak boleh lagi mengganggu kehidupan kami." Bisik Dannz. Dengan muka yang tertunduk malu juga merasa sial, Tyas di masukkan ke dalam mobil untuk ditahan kembali.

"Dannz, usaha yang bagus. Aku salut padamu." Kata Randy menepuk bahunya. "Thanks bro. Kau juga sudah bantu aku." Dannz tersenyum di tengah keramaian mobil petugas yang lalu lalang.

Dannz (Pilihan Hati) CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang