Jam sepuluh pagi di depan toko
Dannz menunggu Tyas dengan cemas. Jantungnya berdebar namun ia merasa risau bahwa ini hanyalah rekayasa saja.
Dari kejauhan datang sebuah mobil mewah, di pintu tengah mobil turun seorang anak laki-laki yang gagah dan berkulit putih, tampan seperti Dannz. Anak itu turun bersama Tyas.
"Ricki, itu ayahmu." Kata Tyas. Anak itu terlihat canggung dan jarang mendekat. Dannz menatapnya namun ia tidak merasakan chemistry apapun saat pertama melihat anak itu.
"Aku minta maaf ya, selama ini aku salah tidak pernah menemuimu. Ternyata kamu menanggung beban dan mengasuhnya sendiri." Mereka lalu berjalan- jalan bersama di taman.
"Aku minta biayanya bulan depan, aku tidak akan mengganggumu lagi. Aku butuh dana untuk anak ini. Lima ratus juta. Aku rasa itu nggak terlalu besar buat kamu." Kata Tyas dengan santai.
"Aku ingin anak itu, tolong aku beri kau uang semilyar. Asal aku bisa mengasuh anak itu."Dannz bermaksud mengambil anaknya dari asuhan Tyas.
"Nggak. Aku minta lima milyar untuk anak ini. Kamu harus tahu aku yang melahirkannya. Aku yang menanggung malu atas anak itu." Jawab Tyas. "Gila, Lima Milyar? Apa kau mau peras aku? Aku tidak punya cash sebanyak itu! Kau yang benar saja." Kata Dannz.
"Ya sudah. Berikan aku lima ratus juta dan semuanya selesai!" Tidak yakin dengan pernyataan Itu, Dannz menolak. "Aku akan tetap dengan keputusanku. Berikan aku anak itu. Dia tidak pantas denganmu."
Tyas meninggalkan Dannz dengan nomor ponsel di bangku taman. "Hubungi aku lagi jika Danamu lima ratus juta sudah siap. Aku tidak akan ngasih anak ini ke siapapun." Ia beranjak pergi.
Malam harinya tugas penyergapan gembong narkoba dimulai. Para Interpol dari kota sedang berpencar di markas bandar narkoba yang bernama Rocki, pacar Tyas yang kini sudah tinggal bersama.
Semua pasukan berhasil membobol keamanannya lalu saat Dannz masuk ke dalam kediaman penjahat tersebut ia menemukan anaknya di tangan Rocki di lantai dua.
"Hei interpol bodoh, jatuhkan senjatamu. Kau lihat siapa di tanganku. Dia bisa ku lempar ke bawah kalau kau macam-macam." Dengan tawa menghina ia mengancam Dannz.
"Buka topengmu, aku tahu siapa kau yang memimpin operasi ini." Kata Rocki. "TEMBAAKK di tempat! Teriak anggota lain dari belakang. "Jangaaan... Jangan tembak!" Perintah Dannz segera dilaksanakan. Semua anggota menurunkan senjatanya.
"Kenapa pak Dannz?" Tanya salah seorang anggota. "Dia bisa membunuh anak itu! Jaga disini, Aku akan naik ke sana." Jawab Dannz. Merasa itu adalah perintah maka pasukan interpol menjaga daerah bawah.
"Serahkan uang satu milyar kalau mau anak ini selamat dan jangan coba-coba menangkapku, kita bertemu dikota!" Lalu Rocki kabur dengan bantuan Helikopter temannya.
"Pak Dannz apa-apaan ini?! Seorang anggota membentak Dannz dengan keras. Kita hampir seminggu ingin menangkap penjahat itu malah di loloskan!" Nafasnya berhembus kencang. "Dia lari ke kota, kita akan pulang." Jawab Dannz dengan pandangan kosong sambil meninggalkan lokasi.
Dengan perasaan kecewa, tim interpol berjalan keluar gedung yang sudah mereka kepung sejak tadi. Mereka membuka topeng dengan menghela nafas.
Tiit....titt...titt...
Panggilan dari kantor pusat untuk Dannz
"Pak Dannz Kenapa buronan tidak ditembak di tempat? Kita sudah sangat lama mencari orang itu. Tim sangat kecewa dengan tindakan bapak. Tolong berikan respon secepatnya ke kantor pusat. Kami akan tunggu 2x24jam dari sekarang. Ini mengenai bandar narkoba yang sudah buron dua tahun."
"Saya memohon maaf sebesar-besarnya untuk operasi kali ini saya alihkan secara pribadi ke Kota. Karena bandar tersebut menyandera seorang anak kecil tidak berdosa. Saya akan pimpin secara khusus dikota mengenai kerugian operasi ini akan saya ganti. Terima kasih."
"Baiklah Pak Dannz, kami menerima respon anda dengan jelas terima kasih. Nanti kami akan melapor untuk operasi target di kota."
Suasana hati Dannz sedang tidak baik ia menerima banyak kerugian untuk tahun ini. Ia menerima banyak kecaman dari timnya sendiri. Esok paginya operasi gagal itu ia alihkan ke kota.
Sesampainya di kota....
"Assalamu alaikum" Dannz masuk memberi salam. "Waalaikum salam, papa sudah pulang. Dendra, lihat tuh papa sudah pulang." Kata Dervina.
"Maafkan papa ya ma, papa ada masalah selama di pulau." Dannz duduk dan tertunduk. Sementara Siska yg sedang ingin turun itu, tidak sengaja mendengar pembicaraan mereka.
"Jadi? Benar itu anakmu pa ? Kenapa tidak jujur dari awal?" Dervina mulai menaikkan nada suaranya. "Papa sudah lupa kejadian itu sudah berlalu lama sekali. Tapi sejak diruqiyah papa memang tidak ingat lagi tentang dia."
Dannz kemudian berusaha memeluk Dervina. "Papa jangan sentuh mama, bertanggung jawablah dengan wanita itu. Anak yg dia lahirkan adalah darah dagingmu. Aku tahu rasanya mengandung dan melahirkan." Dervina tidak berbalik pada Dannz."Ma, papa sayang banget sama mama. Sumpah demi apapun papa tidak berniat untuk membohongi mama. Waktu itu Randy dan Siska tahu semuanya." Dannz berlutut memeluk kaki Dervina yang berdiri membelakanginya.
Siska terkejut, Dannz benar-benar mencintai Dervina. Baru kali ini Siska melihat Dannz berlutut. Itupun hanya di hadapan istrinya saja. Siska tidak tinggal diam, ia menghubungi suaminya yang juga sudah dalam perjalanan pulang.
"Bang, aku kasihan melihat Dannz. Tampaknya cewek tattoo yang dulu kembali, abang harus tolong mereka. Aku tunggu . Aku nggak sengaja dengar mereka bicara tadi. Kasihan banget aku lihatnya." Kata Siska sambil berbisik-bisik.
"Apa?! Iya sayang tunggu ya, aku masih ada tujuh jam lagi." Randy mulai berfikir. Sebagai interpol dia menyusun strategi ini. Dia sudah tahu bahwa Rocki dan Tyas tampaknya ingin menjebak Dannz.
Merasa harus mengumpulkan bukti, Randy menelepon ke lembaga permasyarakatan yang pernah menahan Tyas dua tahun lalu.
"Selamat pagi pak, saya Randy interpol. Saya butuh informasi mengenai Nindya Ayuningtyas yang ditahan dua tahun lalu. Saya butuh rekap medisnya." Kemudian Lembaga tersebut merespon.
"Selamat pagi pak Randy, data akan kami kirim sesuai permintaan malam ini. terima kasih sudah mempercayakan kami."
Akhirnya Randy sebentar lagi akan mengantongi data Tyas dua tahun lalu. Ia amat percaya diri dengan data medis yang ia miliki dari lembaga permasyarakatan tersebut.
Dingin dan hening itulah suasana rumah Dannz dengan masalah yang terjadi saat itu. Suasana tegang dan diam. Siska menjadi serba salah, ia memilih untuk tidur bersama Leo di kamarnya sambil berharap Randy cepat tiba.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dannz (Pilihan Hati) Completed
General FictionDannz seorang anak pengacara yang berprofesi sebagai agen khusus polisi menemukan kerisauan dalam hatinya. Berkali-kali gagal dalam urusan cinta karena sifat buruknya yang gemar sekali akan wanita membuatnya jera sendiri. Saat ia memutuskan untuk me...