10. Cinta yang sebenarnya

13 1 0
                                    

Seminggu tersisa sebelum pulang ke kota. Dannz sudah merasa tenang dan sudah banyak paham tentang agama lewat khutbah dan ceramah ustd setiap jumat dan selepas shalat subuh.  Mengaji pun sudah bisa mengenal tajwid dengan baik.

"Kau telah belajar dengan tekun Nandan, seminggu lagi kau akan meninggalkan padepokan ini. Sama seperti ayahmu. Setelah keluar dari sini dia menjadi orang yang lebih baik." Ustad Ahmad menemui Dannz yang sedang berada di pelataran masjid.

"Saya tidak akan melupakan jasa dan budi baik pak ustad dan kyai Andry. Saya akan selalu belajar agar kelak anak saya akan baik akhlak dan agamanya." Dannz mulai berfikir tentang masa depan.

Abbas menemui Dervina, dia menceritakan tentang Dannz dan mengapa ia bisa sampai disini. Kemudian Dervina menangis, dia telah lama akrab dengan Dannz dan dia tidak pernah mengetahui kebenaran itu.

Selepas sholat isya malam itu Dervina tidak mengajarkan Dannz secara intensif lagi. Dannz kebingungan dengan sikap Dervina yang menutup diri.

Dengan sengaja mempercepat langkahnya Dervina menghindari bercakap dengan Dannz. Hingga akhirnya Dannz diberi tahu oleh Farid bahwa semua orang telah mengetahui mengapa dia ada di padepokan ini.

"Siapa yang menyebarkan gibah ini Far?" Dengan gemetar Farid mengatakan "Dia Abbas, sejak tadi sore membeberkan semua hal tentangmu. Mungkin ia menguping ustad di ruangannya.

Dengan penuh emosi, ia mendatangi Abbas. "Kau boleh menghinaku, asal jangan gibah terhadap masa laluku." Dannz berusaha menegurnya baik-baik. "Kau harus tahu bule, kau jangan kumat disini. Dosamu yang terdahulu belum diampuni sudah mau berbuat dosa baru dengan mendekati Dervina." Abbas menertawakan Dannz.

"Aku tidak mendekati Dervina dan aku tidak menginginkannya." Dervina yang diam-diam melihat mereka itu merasa sedih saat Dannz mengatakan demikian. "Tapi aku mau memiliki Dervina, dia gadis yang pantas bersanding dengan orang yang berilmu agama tinggi sepertiku." Abbas berdiri dengan dua tangan di pinggangnya melambangkan kesombongan.

"Ilmu itu bukan jaminan Abbas! " Datanglah Kyai Andry dari belakang mereka membawa sajadah di pundaknya. "Akhlak dan ilmu agama itu berjalan seiringan. Jika kau tidak bisa maka kau kalah dengan sifat syaiton dalam dirimu."

Mendengar itu Abbas menundukkan kepalanya, dan Meminta maaf pada Kyai Andry. "Nandan, selamat kau telah menundukkan hawa nafsumu untuk menyerang iblis yang berbicara tadi." Kyai Andry menggeleng-gelengkan kepalanya.

Malam jam 21:00 Dannz melihat Dervina berjalan di koridor secara sembunyi-sembunyi mereka membicarakan hal yang terjadi dengan Abbas tadi.

"Aku mendengar dengan jelas seseorang mengatakan bahwa dia tidak menginginkanku. Maka akan ku ingat kata itu sampai aku mati." Dervina meninggalkan Dannz sendiri di koridor itu.

"Dervina, mengapa dia tidak pernah mengerti bahwa aku sedang belajar menundukkan pandanganku dan melawan hawa nafsu yang ada di mataku?" Dalam hati Dannz sedang bergejolak.

Like vote dan Komen ya Guys😎

Dannz (Pilihan Hati) CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang