Randy menganggap kali ini sahabatnya harus ia tolong. Kasihan sekali jika ia harus menderita karena ulah wanita aneh itu.
Dengan berdua bersama tunangannya, Siska. Randy akhirnya tiba di kediaman orangtua Dannz yang terlihat sangat Mewah dan minimalis. Taman yang berukuran 8×10 meter dan Rumah Type 200 bernuansa minimalis dengan Warna coklat tua dilengkapi kolam renang besar dan kecil di tingkat duanya.
Siska begitu takjub dengan rumah mewah orangtua sahabat calon suaminya ini. "Bang, kenapa Dannz tinggal di Apartement padahal rumahya besar banget dan nyaman? " Bisik Siska. "Hussh, kamu jangan ribut sayang. Dannz memilih apartement karena kampus kami jauh dari rumahnya." Kata Randy sambil menengok sedikit kearah Siska.
Kemudian datang pembantu membukakan pintu dengan handuk bercorak kotak-kotak merah. Usianya sudah 45tahun, pembantu keluarga Dannz yang setia. Bu Hardjo namanya, Dia yang selama ini melayani keluarga besar Dannz.
"Ada apa Den Randy? Cari siapa? Den Dando (panggilan kecil Dannz) belum liburan ke sini." Kata Bu Hardjo yang sudah mengenal Randy. "Aku mau ketemu Tuan besar mbok, boleh nggak?" Tanya Randy.
"Nyonya kebetulan lagi di London kunjungan keluarga. Kalau Tuan ada di ruang baca. Mari masuk dulu Den." Bu Hardjo mempersilahkan Randy dan Siska masuk.
Sepuluh menit kemudian...
Keluarlah lelaki tinggi, kekar dan sedikit keriput di pipinya. Bermata Tajam dan bertubuh atletis juga memakai kacamata dan mengenakan kemeja.
Randy pun segera menyambutnya dengan bersalaman. "Apa kabar om?" Randy tersenyum. "Kabar baik, Syukur Alhamdulillah kita dalam lindungan Allah Swt, ini Siapa Randy?" Ayah Dannz menyodorkan tangan untuk bersalaman dengan Siska.
"Ini Siska Om, tunangan Randy. Dua bulan lagi kami Menikah." Jawab Randi dengan sedikit senyum yang memperlihatkan gigi depannya. "Ah, Calon mantu rupanya. Beruntungnya kamu Nak. Tapi Dannz entah kenapa bikin orang tua takut melulu." Kata Ayah Dannz sambil memegang dada bagian tengahnya.
"Takut kenapa om? Bukannya udah bagus Dannz mau kuliah lagi. Seharusnya dia sudah selesai Tahun lalu bareng aku. Tapi mau gimana lagi om ada musibah jadi kami terpaksa tidak lulus bersama." Randy menatap wajah Ayah Dannz dengan prihatin.
"Iya, Dannz itu anaknya Kurang kasih sayang sejak kecil dia sekolah di London. Prestasinya selangit, bahkan sampai sekarang. Dia masih berprestasi. Tetapi kami orangtua merasa bersalah. Anak kami ini jadi kurang pendidikan agama, kasih sayang dan Adat istiadat." Sambil melihat ke arah lantai.
"Om, kali ini saya datang bukan untuk menceritakan keburukan Dannz. Tapi saya mau bertanya tentang cewek yang katanya mau jadi..." Sebelum melanjutkan itu Ayah Dannz memotong dengan lambaian tangan sebanyak tiga kali diselingi tawa kecil.
"Iya, om ngerti itu. Cewek tattoo -an yang fotonya dikirim seminggu yang lalu kan?" Sambil tersenyum dengan Alis yang bergerak ke atas."Nah, itu om! Saya mau bertanya apa udah di terima cewek itu di sini?" Jawab Randy. "Kata siapa nak, kami belum memutuskan apa-apa. Lagian Dannz kenapa memilih wanita seperti itu? Kayak nggak ada orang lain yang lebih sopan sedikit. Om ada firasat buruk sama cewek itu, kelihatannya dia nggak bener. Beberapa orang bertattoo memang belum tentu jahat tapi saya sebagai orangtua Dannz bisa merasakan pengaruh buruk anak itu."
Keluh ayah Dannz."Iya Om sebaiknya Om memberitahu Dannz sebelum terlambat. Dia kayaknya tergila-gila dengan cewek itu." Randy menceritakan tentang uang yang ia pinjamkan pagi ini kepada ayah Dannz.
"Dia sampai minjam uang? Astagfirullah anak itu. Dia punya rekening dua puluh tujuh juta setiap bulan kami kirim dan tidak pernah tertunda." Mendengar jawaban Ayah Dannz, semakin kuatlah dugaan Randy.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dannz (Pilihan Hati) Completed
General FictionDannz seorang anak pengacara yang berprofesi sebagai agen khusus polisi menemukan kerisauan dalam hatinya. Berkali-kali gagal dalam urusan cinta karena sifat buruknya yang gemar sekali akan wanita membuatnya jera sendiri. Saat ia memutuskan untuk me...