Rombongan keluarga Dannz sedang berjalan menuju padepokan. Dannz merasa Gugup dan Canggung tapi sahabatnya selalu menyemangatinya.
"Ini persis detik-detik aku ingin mengucapkan ijab kabul dulu, kau akan merasakan Sensasi yang lebih mendebarkan daripada ketahuan mencuri mangga oleh tetangga" lelucon itu membuat Dannz tertawa bersama sahabat dan orangtuanya di atas mobil.
Setelah dua jam...
Dannz disambut musik marawis dengan rombongan orangtuanya. Riuh ramai di sekitar padepokan,membuatnya terharu."Mari, mari masuk Damar, tepat di samping sini adalah Rumah kami." Ajak Ustad Ahmad. "Terima kasih ustad, bagaimana dengan harinya apakah sudah ada keputusan Kyai Andry?" Ayah Dannz ingin menikahkan puteranya dengan Kyai Andry sebagai Penghulunya.
"Kyai menyarankan hari ini juga mereka bisa berijab kabul. Sebab Pesta pernikahan bisa dilangsungkan setelahnya." Ustad Ahmad berbisik.
"Baiklah akan ku beritahu Nandan sekarang, aku khawatir dia belum bisa mengucapkan ijab kabul dengan benar." Berjalanlah Ayah Dannz ke arahnya.
"Kyai Andry ingin kamu mengucapkan ijab kabul sekarang. Apakah kamu sanggup anakku?" Dannz dan Randy cukup terkejut dengan perkataan Pak Damar.
"Dear,kamu tahu kan how to say it?" Tanya Ibu Dannz. "Insha Allah Mah, pah aku bisa." Ayah Dannz tersenyum "Kamu memang anak papah yang hebat." Dannz menyetujuinya, karena sejak di mobil tadi Randy sudah berfirasat. Dan mengajarinya tentang ijab kabul.
Prosesi dimulai....
Semua saksi dan rombongan yang mendadak itu duduk mengeliling Dervina dan Dannz. Perasaan tak karu- karuan bergejolak di hati Dannz untuk pertama kalinya dia merasa bangga duduk disebelah wanita yang ia sayangi.
Bismillah...
"Saudara Nandan Ali Prasetya bin Damar prasetya. Saya nikah dan kawinkan saudara dengan Cucu saya... Dervina Annisa binti Ahmad jailani. Dengan mas kawin Seperangkat alat sholat dibayar tunai"Kyai Andry menggerakkan tangan kanan Dannz dengan Hentakan sekali. "Saya terima nikah dan kawinnya Dervina Annisa binti Ahmad Jailani dengan mas kawin tersebut dibayar Tunai!" Dengan keringat di keningnya. Dervina melihat suaminya sedikit gemetar.
"SAH."
Mereka semua berdoa dan suasana ijab kabul berlangsung sakral secara sederhana. Hidangan seadanya dengan kue- kue khas tradisional terhidang untuk para rombongan.
"Akhirnya Kita berbesan juga seperti doa kita dahulu waktu masih belajar disini." Kata Ayah Dannz kepada Ustad Ahmad.
"Anakmu sangat sopan dan benar belajar dengan baik." Ustad Ahmad tersenyum. "Sebenarnya Nandan itu anak yang baik hanya saja kebudayaan yang membuatnya seperti orang yang lupa diri."
"Selamat sahabatku, kau sudah Menjadi seorang Pengantin dan Suami dari Dervina." Randi memegangi pundak sahabatnya dengan kedua tangannya. Sambil ia menatap dengan bangga dan bahagia.
Hari itu mereka sangat bahagia.
Rombongan akhirnya pulang sebagian meninggalkan Dannz dan Dervina disana.Malam pertama
Dervina yang masih belum terlalu mengerti akan malam pertama ini hanya duduk di samping suaminya yang sejak tadi tersenyum.
"Kenapa kamu tersenyum terus dari tadi suamiku?" Tanya Dervina. "Aku tidak menyangka kau lebih cantik dari bidadari dibalik cadarmu." Jawab Dannz.
"Apakah mantan pacarmu semuanya cantik?" Dengan wajah cemberut Dervina bertanya kembali. "Mereka cantik, tapi tidak secantik kamu di hatiku." Dannz tersenyum.
"Apa kamu sedang merayu dimalam pertama ini? Kamu pasti ada maunya kan?" Dannz tertawa kecil sambil memeluk istrinya. "Tenang saja, aku sekarang penyabar. Aku tidak mungkin ada maunya di rumah ini, terlalu sulit melakukan sesuatu disini." Kata Dannz.
"Lakukan saja jika kamu mau tapi matikan dulu lampu dan jangan bersuara terlalu besar." Dervina kemudian memeluk Dannz.
Mereka melewati malam pertama dengan indah. Dervina pun merasakan hal yang pertama itu dengan bahagia. Berturut-turut mereka menghabiskan waktu bersama selama seminggu lamanya.
"Hari ini akan ku bawa kamu ke kota." Dannz mengajak Dervina untuk tinggal bersama dirumahnya. Setelah disepakati oleh kedua orangtuanya.
"Ayah, aku pamit dulu". Seraya anak gadis yang telah jadi tanggung jawab suaminya Dervina ikut ke kota. "Jaga dirimu baik-baik, patuhilah suamimu. Dan Kau Nandan, jaga baik-baik puteriku jangan sakiti hatinya. Jika ia bersalah jangan kau bentak dia, tapi ingatkanlah dengan lembut. Sejak kecil aku tidak pernah memukulinya." Kata ustad Ahmad dengan meneteskan airmata melepaskan puterinya.
Mereka akhirnya berangkat menuju ke kota menempuh perjalanan selama dua jam.
![](https://img.wattpad.com/cover/195327407-288-k154598.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Dannz (Pilihan Hati) Completed
Fiksi UmumDannz seorang anak pengacara yang berprofesi sebagai agen khusus polisi menemukan kerisauan dalam hatinya. Berkali-kali gagal dalam urusan cinta karena sifat buruknya yang gemar sekali akan wanita membuatnya jera sendiri. Saat ia memutuskan untuk me...