4. Mantra Cinta

19 0 0
                                    

Dannz tidak kehabisan akal mencari tahu tentang Tyas. Ia kembali ke Club dan menemui Barista yang menghubungkannya dengan Tyas. Ternyata barista yang ia cari pun tidak bertugas malam itu.

Sembari mendengarkan musik yang kencang dan meminum beberapa gelas alkohol, ia seolah kecewa pada dirinya dan akhirnya telepon yang selama ini tidak ia angkat dari Eva malam itu ia angkat juga.

"Halo..." Dengan nada berat dan sedikit lemas. "Dannz kamu sebenarnya dimana selama ini. Aku khawatir. Kamu kayaknya ada di club soalnya musiknya kenceng banget." Eva menebak keberadaan Dannz yang sudah setengah sadar ini.

"Emm iya aku ada kegiatan ulangtahun di club. Teman adikku ulangtahun aku baik-baik aja kok. Aku cuma rada sibuk belakangan ini." Jawab Dannz.

"Aku cuma mau bilang, aku hamil Dannz." Seperti disambar petir Dannz kemudian bertanya "Hah? Kok bisa, kita selalu pakai 'pengaman' aku juga tidak bermain dengan keras kan?"

Eva menjawab dengan pelan "aku beberapa kali menghubungimu tapi kamu nggak pernah ada waktu. Maaf kali ini aku nggak bisa nerusin semuanya. Pacarku pelakunya, kamu tidak usah khawatir Dannz. Aku sudah berniat menanggung resikonya."

Merasa kehilangan partner dalam 'sex', Dannz mengungkapkan kekesalannya. "Kamu ini gimana sih Va, aku butuh banget kamu besok malam!" Dannz yang sebenarnya sedikit mabuk ini. Dia masuk ke ruangan yang sedikit tenang.

"Aku tahu kamu butuh dan aku juga  butuh, tapi setidaknya aku tidak ingin membunuh. Aku sudah banyak berdosa denganmu juga dengan pacarku. Aku tahu kamu butuh kehangatan. Aku sadar kamu benar-benar maniac sama sepertiku. Aku juga tidak sadar telah menyayangimu seperti pacarku bahkan lebih. Tapi aku sadar Dannz, kita tidak bisa selamanya begini. Jaga dirimu ya sayang." Eva berusaha membuat Dannz mengerti dengan posisinya saat ini.

"Eva, kenapa kamu begitu yakin untuk memulai hidup baru dengan orang seperti pelaut itu? Apakah suatu saat kamu tidak lagi membutuhkanku?" Tanya Dannz masih berharap.

"Dannz dengarlah, Tuhan selalu punya cara untuk menyatukan dan memisahkan manusia. Aku sadar dengan perbuatanku denganmu. Maka Tuhan memberikan kejadian semacam ini sebagai pelajaran. Kamu akan menemukan saat-saat yang tepat  untuk berubah." Eva menasehati Dannz sambil meneteskan airmata.

Tidak tahan dengan ceramah itu,Dannz menutup teleponnya. Dia hanya memikirkan Tyas. Hingga akhirnya dia memutuskan untuk pergi dari situ. Di tengah jalan ia menabrak seekor ayam putih yang secara misterius melintas.

Dia terpaksa datang ke rumah Tyas. Dia tidak punya pilihan lain selain dengan lancang mendatangi rumah wanita itu. Dia sangat rindu bagaikan manusia kasmaran.

Tok..tok..tok

Dannz mengetuk pintu rumah Tyas. Kemudian dibuka oleh sosok ibu yang sehat dan ramah. "Permisi bu, apa betul ini rumah Tyas?" Dengan senyum sumringah ibu itu pun langsung menjawab "Maksud kamu Nindya? Teman-temannya sering menyebutnya Tyas."Kata ibu itu.

"Iya bu, apa dia ada di rumah?" Tanya Dannz dengan penasaran. "Iya dia lagi diluar, biasa dia jarang pulang siang kadang tengah malam atau subuh dini hari. Kamu ada pesan?" Ibu itu tampak tidak menyukai Tyas.

"Apa ibu ada nomor handphone Tyas?" Dannz kembali bertanya. "Dodo, Widodo.. kesini dulu Leh, kamu ada nomornya mbak Nindya kan?" Ibu itu menunggu Adik Tyas yang bernama Widodo.

Dari dalam keluarlah sosok adik Tyas yang Tinggi, kekar dan berkulit coklat serta raut wajah yang ceria dan sehat wal afiat. "Ni nomornya bu." Lalu Widodo langsung masuk lagi ke kamarnya dan hanya meninggalkan senyum.

Dannz semakin tidak mengerti mengapa Tyas berbohong tentang keluarganya. "Terima kasih bu. Aku harus menghubungi Tyas." Sambil menjabat tangan ibu tersebut. Lalu dengan cepat ibu itu menarik tangan Dannz lalu ia berkata "Tunggu sebentar nak, duduklah dahulu." Ibu itu menyuruh Dannz duduk sejenak.

"Apa kamu benar dekat dengan Nindya? Apa kamu sudah tahu bagaimana anak itu?" Dannz hanya bisa menggeleng. "Nindya itu anak tiri saya. Ibunya meninggal tiga tahun yang lalu. Akibat diguna-guna oleh orang yang tidak bertanggung jawab. Saya Di nikahi bapaknya karena usul Nindya sendiri. Karena saya masih punya hubungan keluarga dengan ibunya. Belakangan setelah saya dan Ayahnya menikah. Dia mendadak aneh, tertutup dan sering meninggalkan rumah. Dia hidup dijalanan padahal dia seorang sarjana. Dia lebih dekat dengan Kakek dan nenek dari Ayahnya. Padahal saya  udah melarang dia, karena...." Pembicaraan terputus sebab Tyas tiba-tiba pulang.

"Hai Dannz, sudah lama?!" Tyas langsung menyapa Dannz. "Ibu, kalau ada tamu untuk saya tolong kalau saya tidak ada dibiarkan pulang saja." Ibu Tyas langsung masuk dengan wajah yang sedikit pucat karena kaget   akan kedatangan Tyas yang mendadak tadi.

"Kamu kok tega bohongin aku? " Kata Dannz. "Aku nggak niat bohong Dannz. Aku cuma tidak mau terlalu terbuka dengan orang asing." Sambil menunduk Tyas mengakuinya. "Aku putus dengan pacarku. Aku bosan dengan semuanya. Aku rindu sama kamu entah kenapa aku bisa begitu." Keluh Dannz dengan pandangan yang pilu.

"Aku juga rindu sama kamu Dannz, aku senang kamu kembali menghubungiku dan ternyata kamu datang ke rumahku." Tyas memeluk Dannz. Di sanalah mantra itu bekerja, sangat cepat membius Dannz dengan rasa cinta dan rindu yang aneh dan berlebihan. 

"Aku ingin kamu jadi pacarku Tyas. Aku nggak bisa hidup tanpa kamu, aku rindu sama kamu. Jangan hilang lagi dari hidupku."
Dannz seperti anak ayam yang baru bertemu induknya.

"Kali ini Dannz, kamu akan Setia kepadaku. Aku akan jadi pacarmu, bahkan istrimu jika aku mau."
Bisikan hati Tyas saat Dannz berada di pelukannya.

"Kita keluar yuk lusa malam, aku ingin kamu menemaniku. " Ajak Dannz dengan wajah yg tenang. Ajakannya diterima oleh Tyas lalu merasa lega, dan tenang sudah melihat wajah Tyas ia pulang ke apartementnya.

Esok paginya Handphone Dannz berbunyi lagi.

Tiittt tiiitt tiitt....

Kali ini bukan dari Wanita-wanita tapi dari sahabatnya Randy. "Halo bro, aku daritadi mencet bell depan apartement mu kok kamu belum buka-buka sih."

"Apaa? Kau di depan?! Astaga maaf tunggu sebentar ya." Dannz segera menuju pintu utama yang sedang terkunci. "Wah parah kau bro, jam 09:30 masih di kasur! Ini sepertinya ada yang tidak beres." Randy curiga dengan gelagak temannya yang sering terlihat tidak merawat diri lagi.

"Aku hanya kecapean. Aku badannya pegal banget." Kata Dannz mengeluh.
"Kau kebanyakan gituan! Hahaha sudah kubilang, kau itu mesti mengobati hatimu dengan cinta." Randy menggoda Dannz.

"Kau mentang-mentang mau nikah, senangnya nasehatin orang melulu. "Kan namanya sahabat Dannz, kita harus saling mengingatkan. Aku takut kamu kelewat batas aja dannz." Jawab Randy.

"Eh kamu ingat barista cewek waktu kita ke club? Cewek yang nemenin aku malam itu sekarang udah jadi cewekku." Dengan terkejut lagi, Randy menjawabnya "iya masih ingat, kenapa kok bisa? Coba lihat mana fotonya." Randy semakin penasaran.

"Haah ini kam cewek tattooan malam itu. Kau nggak salah Dannz? Apa kau tahu perempuan model kayak gini biasanya anak Punk atau orang yang suka aneh-aneh. Kamu perlu waspada, dia sepertinya mencari keuntungan saja." Bisik Randy.

"Aku suka sama Tyas. Benar-benar suka yang nggak main-main." Dannz tersenyum tapi Randy yang tahu dam kenal betul dengan Dannz merasa sangat aneh dengan sahabatnya.

Randy menduga ada sesuatu yang tidak beres. Dannz tidak suka wanita yang tidak bersih. Tapi dia tampak sangat mencintai wanita bertattoo itu.

Dannz (Pilihan Hati) CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang