[01] Untouchable Husband

12.3K 760 54
                                    

Setelah menikah, aku tidak diizinkan untuk kembali bekerja. Pria itu melarang aku. Katanya, penghasilannya sudah lebih dari cukup untuk menafkahi ku bahkan dengan ibunya sekaligus. Ia juga menjelaskan bahwa dengan aku resign dari pekerjaan ku, itu bisa membuat reputasi pernikahan kami menjadi jauh lebih baik. Aku menuruti ucapannya, aku tak lagi membahas tentang keinginan ku untuk kembali bekerja dan berusaha menjadi istri rumah tangga yang patuh.

Kemudian, di lain kesempatan, aku mengatakan bahwa aku perlu membeli beberapa kebutuhan di toko swalayan. Tetapi pria itu membatasi kegiatan ku dengan dunia luar. Aku tidak diizinkan untuk pergi, kecuali jika itu sangatlah darurat dan itu pun aku harus pergi bersama dengannya. Aku tidak mengerti, pria itu belum mencintai aku, tetapi ia sudah bersikap terlalu posesif. Tetapi pada akhirnya aku kembali menurut, aku tak kuasa mengelak dan aku pun tidak memiliki keberanian untuk membangkang.

"Setelah menjadi seorang istri, tidak tau 'kah bahwa seluruh hak atas dirimu kini aku yang memegang? Maka dari itu, kamu tidak boleh melakukan sembarang hal tanpa persetujuan ku. Aku memiliki kendali atas dirimu, Jeon Jisoo. Kamu adalah milik ku, seutuhnya."

Pernikahan ini membuatku terjerumus pada segala aturan yang dimiliki pria itu. Aku sudah tidak bisa memprotes apa pun, karena aku adalah istrinya. Tugasku hanya menuruti segala yang ia kehendaki. Benar, aku hanya perlu menurut.

Meski terkadang segala aturan itu tidak masuk akal bagiku.

...

Waktu telah menunjuk pada angka sepuluh, itu adalah waktu yang Kim Seokjin tentukan untuk kami tidur. Aku sendiri tengah terduduk di meja rias, memakai krim malam dan berbagai produk lain untuk membuat kulit wajah ku tetap sehat. Sebenarnya sudah lebih dari siap untuk tertidur, bahkan aku juga sudah memakai piyama. Tetapi Kim Seokjin masih melangsungkan rutinitas mandi malamnya, dan aku tidak berani menyentuh ranjang sebelum pria itu yang melakukannya terlebih dahulu.

Istri yang baik memang seperti itu, 'kan? Harus memprioritaskan suami lebih dari apa pun.

Dari cermin rias, kulihat pintu kamar mandi terbuka, dengan suamiku yang berdiri disana dan hanya memakai handuk yang melilit dari perut sampai lututnya. Dengan jantung bergetar, aku berusaha untuk tak terlihat gugup. Sebenarnya aku bukanlah orang yang mesum, tetapi ku harap aku bisa melihat keseluruhan tubuhnya tanpa ada benang satu pun yang menutupi.

Pria itu menatap pada satu setel piyama serta pakaian dalam yang ku siapkan di atas ranjang. Kemudian pandangan itu beralih padaku, dimana posisi aku tengah memandanginya juga melalui cermin rias.

Kupikir pria itu akan keberatan dengan piyama yang aku siapkan. Sebab, piyama itu couple dengan yang tengah kugunakan. Yang membedakannya hanya ukuran dan model saja. Miliknya satu setel piyama bercelana panjang dan lengan pendek, sedangkan milikku bercelana pendek dan tanpa lengan.

Oke, ku akui bahwa piyama yang kugunakan terlalu pendek bahkan terkesan seksi. Tapi aku tengah berusaha, semoga saja pria itu tertarik untuk melakukan hal lebih dari sekedar tidur saat melihatku berpakaian pendek seperti ini.

Aku tidak sadar sejak kapan aku melamun, yang jelas ketika kedua tangan Kim Seokjin hinggap di pundakku, aku merasa terkejut sekaligus gugup. Tatapannya menerawang pada tubuhku melalui cermin. Aku menggigit bibir ku, ini terlalu mendebarkan, aku benar-benar gugup.

"Berjanjilah untuk tidak terkena flu."

"Ya?"

"Pakaianmu terlalu terbuka, kamu bisa saja terkena flu. Tetapi aku menyukainnya, maka dari itu, jangan menggantinya dan berjanjilah untuk tidak terkena flu setelahnya."

UntouchableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang