Sejak hari itu, dimana aku dan Kim Seokjin sepakat untuk mengakhiri pernikahan kami dengan perceraian, aku sudah tidak lagi tinggal bersamanya. Aku memutuskan untuk kembali ke rumah orang tuaku, berdiam diri di kamar dan tidak melakukan banyak hal.
Ibu dan ayah tidak tau mengenai rencana perceraian ini. Aku tidak bisa memberitahukannya. Aku tidak sanggup jika harus menyaksikan wajah keduanya yang mungkin akan kecewa saat mengetahui bahwa pernikahan putri mereka tidak berjalan dengan baik. Maka dari itu, aku hanya berkata bahwa aku memiliki pertengkaran ringan dengan Kim Seokjin. Itu alasan yang sama seperti waktu lalu ketika terakhir aku datang.
Pada awalnya, aku merasa bersyukur karena ibu dan ayah memahami aku. Namun, semakin lama waktu yang kuhabiskan di rumah orang tuaku, mereka terus mendesak aku untuk kembali pada Kim Seokjin. Katanya, bertengkar lama-lama itu tidak baik, aku diperintahkan untuk meminta maaf terlebih dahulu baik jika aku memiliki kesalahan itu atau pun tidak.
Ingin aku mengatakan bahwa aku tidak bisa kembali. Kami akan bercerai, jika aku menginjakkan kakiku di rumah itu, besar kemungkinan untuk aku bertemu Kim Seokjin. Aku pasti akan luluh. Aku takut aku akan berbicara omong kosong dengan memohon-mohon pada Kim Seokjin tentang keinginanku untuk membatalkan perceraian.
Kali ini aku tidak akan egois. Jika pernikahan kami bertahan, Kim Seokjin pasti akan semakin muak dan aku akan semakin sakit. Kami tidak bisa bersama lagi, itulah akhirnya.
Tetapi, pada dasarnya, itu hanyalah rencana belaka. Aku telah menelan ucapanku sendiri. Tidak menduga bahwa kaki ini kembali melangkah menuju rumah dan membawaku pada Kim Seokjin.
"Terima kasih, Pak. Maaf merepotkan Anda."
Park Chanyeol mengabari aku bahwa ia dan Kim Seokjin tengah minum-minum di kediamannya. Keduanya mabuk, sehingga sama-sama tidak bisa menyetir untuk Kim Seokjin pulang. Pada akhirnya Kim Seokjin meninggalkan mobilnya disana, lalu pulang menggunakan taksi.
Satpam yang bertugas di lobi apartemen membantu Kim Seokjin yang sempoyongan untuk sampai di rumah. Kini Satpam itu sudah keluar dan Kim Seokjin berbaring tak berdaya di atas sofa.
Bagaimana sekarang, hatiku menjadi luluh bahkan hanya dengan menatap pria itu dari jauh. Aku merindukannya dan ingin memeluknya. Ingin mendekapnya erat dan mengatakan bahwa aku tidak ingin bercerai.
"Jeon Jisoo... Itu kamu? Kamu pulang?"
Kim Seokjin terbangun. Pria itu perlahan merubah posisinya menjadi duduk, dan ia memegang kepalanya yang mungkin terasa pening akibat mabuk.
Aku berdiri cukup jauh dari Kim Seokjin yang tengah memfokuskan pandangannya padaku. Pria itu seolah tengah menyelidik melalui tatapannya.
"Aku akan ambilkan air."
Aku segera menuju dapur untuk mengambil air. Menuang air dalam gelas kemudian membawanya untuk diberikan kepada Kim Seokjin. Namun belum sempat kakiku melangkah, aku mendapati pria itu tengah berdiri seraya bersandar pada dinding dapur. Perlahan Kim Seokjin mendekatiku, dengan langkahnya yang sempoyongan. Aku merasa gugup, sampai merasakan bahwa gelas di atas nampan yang kubawa menjadi gemetar.
"Aku merindukanmu." Ucapnya begitu tiba di hadapanku.
Aku membuang muka. "Kamu mabuk, minumlah air putih dan beristirahat."
Kim Seokjin kemudian membelai kepalaku, menggenggam ujung rambutku dan menciumnya. "Aku tidak mabuk."
"Tapi tetap saja kamu harus beristirahat. Kamu harus tidur."
KAMU SEDANG MEMBACA
Untouchable
Romance🔞 TAMAT 1 #jinsoo ( 9 Oktober 2021 ) Status hanyalah status, dimana Jeon Jisoo dan Kim Seokjin bisa terlihat serasi hanya ketika berada di kerumunan banyak orang. Sedangkan ketika berada di rumah, itu akan menjadi hal yang berkebalikan. Sebuah din...