P R O L O G

21.3K 843 63
                                    

Terlepas dari status ku sebagai istri sah nya, pria itu telah menutup hatinya rapat-rapat dan hanya menyisihkan satu nama spesial, yaitu Kim Seojeong. Perempuan itu menempati seluruh ruang hatinya sehingga tak ada celah sedikit pun untuk ku bisa masuk.

Status hanyalah status, dimana kami bisa terlihat serasi hanya jika kami berada di kerumunan banyak orang. Sedangkan ketika kami berada di rumah, itu akan menjadi hal yang berkebalikan. Sebuah dinding tak kasat mata berdiri kokoh di antara kami, aku selalu ingin meruntuhkan dinding itu, tetapi suami ku terlalu kuat menahannya sampai terkadang ia sendiri tidak sadar bahwa itu menyakitinya juga.

Pada mulanya, aku yang hari itu berada di ruang guru dan tengah menilai hasil ujian para murid tiba-tiba mendapat panggilan dari rekan kerja ku—Im Nayeon namanya, ia mengatakan bahwa seseorang ingin menemui ku dan seseorang itu tengah menunggu ku di taman belakang sekolah.

Lantas aku meninggalkan pekerjaan ku yang masih menumpuk, memakai kardigan lalu mengambil langkah cepat untuk segera menuju taman.

Sesampainya di taman, pria jangkung dengan mantel panjang berwarna coklat itu berdiri sembari memunggungi ku. Tubuhnya menghadap pada kolam air yang kebetulan pancurannya tidak menyala karena airnya bisa saja membeku di musim gugur yang kebetulan terasa begitu dinging hari itu.

Aku terkejut kala pria jangkung itu menoleh. Kukira seseorang yang menemui ku adalah salah satu orang tua atau wali dari murid yang ku didik, ternyata dugaan ku salah, karena yang datang adalah seseorang dengan rupa menawan yang sangat familiar.

Lama tak berjumpa, tak kusangka wajahnya akan semakin tampan saja. Senang bagiku bisa bertemu dengannya lagi, Kim Seokjin...

Ketika aku hendak membungkuk untuk memberinya hormat, atau bahkan mengucapkan salam lalu berbasa-basi menanyai kabar—pria itu telah bersuara terlebih dahulu. Suara yang semakin berat dan manly, namun juga lembut di saat yang bersamaan.

Mengucapkan kata-kata omong kosong dengan wajah begitu pilu dan aku dibuat terkejut akan itu.

"Menikahlah denganku, Jeon Jisoo... Kumohon..."

...

Kupikir pria itu sudah tidak waras, tiba-tiba melamarku dan di lain hari ia mendatangi rumah ku serta-merta membawa ibunya.

"Baik aku ataupun Jeon Jisoo sudah membicarakan hal ini sebelumnya, hanya saja Jeon Jisoo belum menjawab apapun perihal lamaran ku. Kuharap dengan kedatangan ku kemari bersama ibu ku, Jeon Jisoo dan keluarganya bisa melihat betapa aku begitu serius dengan tujuan ku meminangnya."

Pria itu terlalu banyak bicara pada orang tua ku, pandai merangkai kata sehingga orang tua ku berkata bahwa mereka bisa saja mengizinkannya menikahi ku atas persetujuan ku.

Kemudian aku meminta izin untuk berbicara dengannya secara pribadi. Aku memprotes tentang tindakannya yang sembarangan dengan langsung mendatangi orang tua ku tanpa berbicara padaku sebelumnya.

"Aku telah datang kemari, melamar mu di depan keluarga kamu. Dengan hal yang kulakukan ini, kuharap kamu percaya bahwa aku begitu serius untuk menikahi mu, Jeon Jisoo."

"Kita tidak bisa, Kim Seokjin..."

"Kita bisa." Sanggahnya cepat.

UntouchableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang