[03] My Head Spinning Around

8.2K 693 113
                                    

Aku menyiapkan semangkuk bubur serta satu gelas air hangat. Sarapan seperti ini yang biasanya cocok di lidah orang sakit. Kuharap Kim Seokjin bisa menghabiskannya dan keadaannya segera pulih kembali.

Seharusnya aku mengikutsertakan pil obat demam di nampan yang kubawa ini. Hanya saja, aku tidak tau obat apa yang cocok untuknya. Ini adalah kali pertama untuk aku mendapatkan Kim Seokjin yang terserang sakit. Dengan itu, aku tidak bisa memberinya sembarang obat.

Kuletakkan nampan itu di meja samping ranjang, kemudian menyentuh dahi Kim Seokjin dan merasakan bahwa suhu tubuhnya sudah sedikit menurun. Ketika aku melakukan hal demikian, mata sipitnya terbuka perlahan. Ia memegang erat tanganku ketika ia hendak bangun, kemudian mulai memijat kepalanya sendiri setelah ia duduk dengan sempurna.

"Aku tidak tau obat jenis apa yang biasa kamu konsumsi ketika sakit. Untuk saat ini, sarapan saja dulu."

Pria itu mengangguk sebagai respon. Lalu kedua tangannya terangkat, mengambil mangkuk bubur yang sebelumnya kusimpan di meja samping ranjang. Setelah itu ia mulai memakan bubur itu dengan pergerakan yang begitu lemah.

"Bagaimana rasanya? Apa cocok dengan seleramu?"

"Iya, aku menyukainya."

Aku tersenyum miris. Bukan karena nilai atas bubur buatanku yang baru saja ia ucapkan. Melainkan pada sikapnya yang enggan meminta tolong. Terlihat menyedihkan saat Kim Seokjin terus menyendok bubur dari mangkok menuju mulutnya dengan tangan yang lemah itu.

Lantas aku merebut mangkok dan sendok itu darinya. Meski aku juga merasa pusing dan mual, setidaknya aku masih memiliki tenaga untuk membawa sendok berisi bubur ke dalam mulutnya dengan jauh lebih baik.

Satu suapan telah ia terima. Usai menelan, pria itu baru memprotes. "Aku bisa memakannya sendiri."

"Aku tau. Hanya saja, bubur itu akan menjadi dingin jika kamu terlalu lama memakannya. Begini akan jauh lebih cepat dan lebih baik. Buka lagi mulutmu."

"Tidak masalah, rasanya akan tetap enak." Ia tetap memprotes. "Dan lagi, aku bukan bayi, aku akan memakannya sendiri."

Mangkok dan sendok itu kembali padanya. Ia menyuapi dirinya sendiri dan aku kembali menatapnya dengan sendu.

"Hal sulit apa yang telah kamu lalui sehingga kamu terserang sakit seperti ini, Kim Seokjin? Aku sungguh tidak menyukai wajahmu yang pucat begini. Segeralah pulih..."

"Lalu bagaimana denganmu? Kamu juga nampak pucat dan jauh lebih kurus. Kau baik-baik saja?" Tanya nya.

Aku mengangguk. "Hanya kesulitan makan dalam beberapa hari ke belakang. Perutku tidak bisa menerima berbagai makanan, terus saja merasa mual dan yang kulakukan adalah memuntahkannya."

Baru saja berkata demikian, perutku kembali terasa bergejolak. Rasa mual itu kembali datang. "Maaf, sepertinya aku harus ke kamar mandi."

...

Pada sore menjelang malam, dimana aku tengah menghidangkan sup di mangkok yang mana nanti akan kusuguhkan kepada Kim Seokjin, suara bel rumah menginterupsi. Lantas aku menghentikan kegiatanku, berjalan menuju pintu dan menemukan presensi Jungkook disana.

"Selamat malam, Kak."

Aku bingung dengan kedatangannya yang tiba-tiba. Meski begitu, aku tetap menyambutnya dengan baik dan membawakan secangkir teh dengan sedikit gula untuknya.

UntouchableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang