[Bonus Chapter-02] Story of the Night

4.9K 387 20
                                    

Hari itu aku dan Chanyeol makan siang bersama di kantin rumah sakit. Kebetulan saat itu Moonbyul memiliki pasien yang hendak bersalin, sehingga waktu istirahatnya tertunda dan sayang sekali ia tidak bisa bergabung dengan kami.

Sepanjang makan siang, Chanyeol selalu sibuk dengan ponselnya, hal itu membuatku sedikit kesal. Bukannya cemburu. Ini hanya perasaan kesal karena aku tidak suka diabaikan.

"Apa yang kamu lihat? Simpan dulu ponselmu."

"Hei, siapa kamu memerintah aku seperti itu? Lagipula aku hanya melihat snapgram—OH!"

Wajah Chanyeol nampak terkejut. Tiba-tiba aku jadi penasaran pada snapgram siapa yang sukes membuat Chanyeol terkejut seperti itu. "Ada apa? Aku mau lihat juga."

Lalisa, Chaeyoung, Jennie dan Jisoo. Keempat perempuan itu tersenyum menghadap kamera dan Lalisa menjadikan foto itu sebagai story di akun instagram miliknya.

"Jisoo nampaknya tengah bersenang-senang." Sahut Chanyeol.

"Dia tidak izin padaku."

Chanyeol tau bagaimana hubunganku dengan Jisoo. Bahkan Moonbyul juga. Keduanya adalah tempat untukku berkeluh kesah. Sehingga ketika aku terdiam karena kesal akan perbuatan Jisoo yang seenaknya pergi tanpa izin padaku, Chanyeol langsung menenangkanku.

"Hei, tak apa. Jisoo pasti bisa mengatasinya jika ada pertanyaan-pertanyaan ganjil yang dilontarkan oleh Chaeyoug atau pun Lalisa."

"Bukan itu, Chanyeol."

"Jisoo tidak meminta izin padaku." Lanjutku.

Chanyeol tertawa dengan kikuk. "Jangan mempermasalahkan hal itu. Seungwan juga sering pergi tanpa izin dariku. Tapi kamu tau, sejauh-jauhnya kekasihmu pergi, meski tanpa izin darimu, dia pasti akan kembali padamu."

"Hubunganku dengan Jisoo tak sama seperti hubunganmu dengan Seungwan. Tolong pahami ini, Chanyeol. Kami suami-istri. Dia wajib memberitahu aku apa pun yang akan dia lakukan."

"Berlebihan sekali, Seokjin."

Seketika nafsu makanku hilang. Suasana hatiku menjadi buruk.

Selama bekerja aku terus memperhatikan kegiatan sosial media dari ketiga teman Jisoo. Mereka memberi informasi tentang keberadaannya lewat snapgram yang mereka posting dan ketika aku selesai bekerja, aku buru-buru menghampiri tempat mereka untuk menjemput istriku pulang.

"Berani sekali kamu keluar tanpa izin dariku. Keberanian darimana yang sudah kamu dapatkan hari ini, Jeon Jisoo?"

Jujur, aku tidak bermaksud untuk memarahinya. Aku hanya sedang berusaha membuatnya sadar bahwa perilakunya tidak benar. Tetapi entah kenapa, perasaan kesal dalam hatiku semakin menggebu-gebu. Sehingga tanpa sadar aku malah berbicara dengan nada tinggi padanya lewat telfon.

Dan aku mendengar balasan dari Jisoo yang terdengar ketakutan.

"Kim Seokjin, sebenarnya—"

"Pulang."

"Maaf?"

"Tidak dengar? Aku bilang pulang."

"Kim Seokjin, tapi aku—"

"Aku sudah di depan kafe. Kuberikan waktu sepuluh detik, jika kamu tidak segera keluar, maka mau tak mau aku akan ke dalam dan membawamu secara paksa untuk pulang."

Kafe itu memiliki dinding kaca, aku melihat Jisoo di dalam dan pandangan kami sempat bertemu sekejap sampai perempuan itu tiba-tiba berdiri dan nampak tengah berpamitan pada teman-temannya.

Aku tidak sungguh-sungguh dengan ucapanku bahwa aku memberinya waktu sepuluh detik untuk keluar. Dan ya, Jisoo juga keluar lebih lama karena kulihat teman-temannya menghambat kepergiannya.

UntouchableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang