[06] Let's Divorce

9.1K 692 133
                                    

"Bagaimana bisa kamu menuduhku tidak menjaga anakku dengan baik? Dia berada dalam perutku, Kim Seokjin! Dia aman dalam diriku! Tuhan bukan merebutnya karena apa yang kamu katakan tadi, tetapi karena Dia tidak mau anakku memiliki ayah yang selalu menyakiti ibunya terus menerus selayaknya kamu!"

"Jeon Jisoo, tenang... Kita bicarakan ini dengan kepala dingin, okay? Tenanglah..."

Aku telah mengungkapkan sebagian dari rasa sakitku. Rasanya menjadi sedikit lega. Jika tau perasaan ini sejak awal, maka aku pasti tidak akan pernah meminum pil tidur itu dan hanya akan berteriak jika memiliki masalah.

Tetapi waktu adalah hal yang paling mutlak. Aku hanya bisa berandai tanpa bisa mengubah masa lalu.

Kemudian Kim Seokjin membelai wajahku. Mengusap buih-buih keringat yang membuat rambutku menempel pada kulit wajah dan leherku.

"Dari semua itu, tahukah kamu bahwa ada hal yang lebih menyakitkan lagi?"

Kim Seokjin tidak menjawab. Ia terdiam dengan kedua tangan yang semula membelai wajahku kini juga turut terdiam.

"Aku telah menjadi gila, Kim Seokjin." Aku menatap wajahnya dalam jarak yang dekat, melihat bagaimana reaksi pria itu yang nampak tercengang pada kata-kata yang baru saja kuucapkan. "Kamu memimpikan wanita lain disaat aku sendiri berada di sisimu. Bayangkan itu, Kim Seokjin... Bayangkan luka-luka yang telah kamu gores padaku... Bukannya meminta maaf, kamu justru menyalahkan aku. Jika kamu berada di posisiku, apa yang akan kamu lakukan, huh? Adalah hal yang wajar 'kan jika aku menjadi gila karena hal ini..."

Dengan pergerakan yang lemah, tanganku bergetar bahkan hanya untuk hinggap di pundaknya yang lebar. Aku semakin mendekatkan wajah kami, memiringkan wajah dan menciumnya. Berbarengan dengan itu, air mataku kembali mengalir sehingga ketika wajah kami menempel, pipinya turut menjadi basah.

"Mari kita bercerai, Kim Seokjin."

...

Ketika bangun, aku mendapati bahwa tangan kiriku dipasang infus. Lagi. Akhir-akhir ini aku memang kurang makan, ditambah kurang tidur. Menatap pantulan diriku melalui cermin, penampilanku menjadi tidak jauh beda dengan zombie.

Aku tau bahwa selang infus ini menyalurkan nutrisi karena selama ini aku tidak mendapatkannya. Maka dari itu aku tidak bertindak bodoh dengan melepasnya dan membiarkannya tetap disana, melihat bahwa kantung berisi cairan bening itu masih penuh dan belum terserap sepenuhnya dalam tubuhku.

Kemudian seseorang membuka pintu kamar. Aku sontak bangun dari posisi berbaringku dan langsung duduk. "Eomanim."

Ibu mertua datang. Tentu saja aku tidak bisa berhadapan dengannya dengan mengangkat kaki seperti ini. Jika saja itu ibuku, maka aku tidak masalah. Tetapi masalahnya, ini adalah ibu mertua aku, ibunya Kim Seokjin. Kami tidak sedekat itu sehingga aku merasa segan padanya dan sebisa mungkin menunjukkan adab kesopanan jika berada di hadapannya.

Dan lagi, ia telah jauh-jauh datang kemari. Perjalanan dari rumahnya kemari saja sudah sangat jauh dan melelahkan, pasti menyakiti hatinya ketika ia tiba disini namun malah mendapati menantu satu-satunya ini-aku, yang nampak hanya mampu leyeh-leyeh di atas ranjang tanpa melakukan suatu kegiatan berguna.

"Tidak apa, kamu masih sangat lemah, berbaringlah lagi, Jisoo."

"Aku sudah merasa jauh lebih baik, Eomanim. Oh, iya, apa sudah bertemu Kim Seokjin? Beberapa hari ini ia sibuk sehingga jarang berada di rumah. Aku baru saja terbangun karena sakit dan aku belum melihatnya lagi."

UntouchableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang