[04] You're Still in Love with Her

8.2K 708 47
                                    

Kim Seokjin semakin mengeratkan pelukannya kala aku turut melingkarkan kedua tanganku pada pinggangnya. Meski bingung pada apa yang terjadi, karena ini adalah pelukan Kim Seokjin, maka dengan wajah yang berhadapan langsung dengan dada bidangnya, aku menerbitkan senyuman tipis. Aku menyukai pelukan ini.

"Kim Seokjin..." Aku memanggilnya terlebih dahulu. "Aku minta maaf."

Kemudian pelukannya sedikit mengendur, aku merasa sedikit kecewa sebenarnya, namun karena wajah kami masih saling bertatapan, aku masih tetap menyukainya.

"Maaf untuk apa?" Pria itu nampak bingung.

"Aku tidak sadar tengah dalam masa subur ketika malam itu terjadi. Jika saja tau akan seperti ini, seharusnya aku membeli pil pencegah kehamilan." Ucapku. "Hanya saja, sekarang semuanya telah terjadi. Ada segumpal darah yang merupakan keturunan kita dalam perutku. Meski aku tau bahwa kamu belum siap memiliki seorang anak, karena ia telah hadir disini, apa kamu akan tetap menolaknya?"

Ia menggeleng. "Jeon Jisoo, kamu tau dengan pasti, aku tidak akan menolaknya..."

"Lantas jelaskan padaku, kenapa kamu nampak tidak senang dengan hal ini?"

Pria itu menghembuskan nafas. Nampak sekali bahwa ia tengah ragu untuk mengatakan sesuatu. "Aku hanya merasa bersalah."

"Untuk?"

"Aku berjanji pada diriku sendiri untuk menyentuhmu ketika aku benar-benar mencintaimu. Malam itu rasanya seperti tubuhku tengah dikuasai iblis. Sungguh, jika saja aku sadar, maka aku tidak akan melakukan hal keji itu padamu, Jeon Jisoo."

Aku terdiam. Cinta, ya? Secara tidak langsung, Kim Seokjin mengatakan kenyataan yang mana pria itu masih belum mencintaiku.

"Aku tidak tau harus apa, Jeon Jisoo. Sungguh, aku merasa senang. Namun di sisi lain, aku juga merasa cemas dan tak nyaman. Seperti yang pernah kamu katakan; 'Pernikahan yang sakral dan hanya terjadi sekali seumur hidup tak bisa dilakukan tanpa adanya cinta'. Aku menyetubuhimu dengan kasar malam itu, bukan cinta, melainkan akibat dari segala emosi yang berkecamuk menjadi satu. Aku adalah yang terburuk. Dan mengetahui bahwa kamu mengandung, hasil dari malam paling mengerikan yang kita lalui, aku merasa semakin berdosa padamu, Jeon Jisoo..."

"Seharusnya kamu menampar aku, memukuli aku, atau berteriak marah. Meski aku tau bahwa kamu memang benar-benar marah, kamu tak melakukan semua hal yang kusebutkan tadi. Kamu hanya diam, lalu meninggalkanku sendirian malam itu. Jeon Jisoo, asal kamu tau, adalah hal paling menyiksa ketika kamu mendiami aku. Dan aku juga tak pernah bisa tidur ketika kamu tidak ada di sisiku. Kamu bertanya; 'Hal apa yang telah kulalui sehingga aku bisa terserang sakit'. Itu karena tidak ada kamu di rumah, Jeon Jisoo. Sungguh, menyakitkan ketika seminggu yang lalu aku pulang dan kamu tidak menyambutku seperti apa yang kuharapkan."

Mengenai kalimat akhir yang ia ucapkan, bukankah seharusnya aku yang merasa kecewa? Aku bahkan telah berada di rumah dan menyiapkan makan malam untuk menyambut kepulangannya. Kenyataannya, justru ia sendiri yang tidak pulang. Makanan malam itu langsung kubuang dan keesokan harinya pun aku masih menyiapkannya, namun pria itu tetap tidak pulang.

"Aku melakukannya, Kim Seokjin." Kata ku. "Aku telah di rumah, lalu menyiapkan segala hal yang kamu minta. Makan malam telah kusiapkan, namun nyatanya kamu sendiri yang tidak pulang."

Aku menghela nafas. Merasakan kembali pusing ringan dan sedikit mual karena terlalu banyak berpikir. Lantas aku menarik tubuhnya untuk mendekat, memeluknya lagi dengan erat karena dengan posisi inilah segala sakit yang kurasakan bisa menghilang dengan kilat.

UntouchableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang