E P I L O G

4.3K 333 71
                                    

Bel istirahat terdengar. Jisoo melihat teman-teman sekelasnya mulai meninggalkan kelas untuk makan siang di kantin. Yang tersisa di kelas hanya beberapa orang, di antaranya adalah dirinya sendiri dan Sojeong yang tertidur di atas meja, tepat di bangku di hadapannya.

Jisoo mengguncang pelan bahu gadis itu. Berniat membangunkannya. "Kim Sojeong, kamu tidak makan siang?"

"Hmm?" Sojeong bergumam pelan. "Kelas sudah selesai, ya?"

"Iya, sekarang jam makan siang."

Sojeong menegakkan tubuhnya. Melakukan peregangan kecil dengan mengangkat tinggi kedua tangannya karena tertidur dalam posisi duduk itu jelas membuatnya merasa agak pegal.

"Kak Seokjin akan datang hari ini. Kuharap aku sempat makan siang terlebih dahulu sebelum ia tiba. Jisoo, ayo kita ke kantin!"

Jisoo menggeleng, ia menunjukkan kotak bekal yang ia bawa. "Aku membawa bekal. Maaf."

"Hei, tidak apa-apa, santai saja. Kalau begitu aku akan ke kantin! Sampai nanti, Jisoo!"

"Ya."

Kini hanya tersisa Jisoo seorang diri di dalam kelas. Gadis itu merapikan buku dan alat tulisnya yang tergeletak di atas meja, meletakannya dalam tas agar ia memiliki space yang lumayan luas untuk menaruh kotak makan siang yang ia bawa.

Jisoo tau bahwa ia merugi dengan membawa bekal sendiri disaat makanan kantin itu telah orangtua nya bayar. Tetapi ia hanya melakukan kegemaranya-memasak. Pagi ini Jisoo kelewat semangat sehingga membuat banyak hidangan untuk bekal makan siangnya.

Di antaranya adalah nasi, tumis ayam dan paprika, sup jamur, tempura udang, serta beberapa potong buah anggur dan melon. Dan untuk dessert, Jisoo membawa puding coklat yang ibunya buatkan semalam.

Itu bekal yang agak fancy. Mengingat untuk ukuran bekal makan siang yang dibawa dari rumah, Jisoo membawa terlalu banyak lauk ketimbang makanan pokok-nasi.

Tapi sebenarnya itu hanyalah masakan biasa dengan bahan-bahan yang ia miliki di rumah. Kemudian ia mencari resepnya dan mengolahnya menjadi makanan matang yang siap disantap.

Jisoo belum memulai makannya. Ia terfokus pada hal lain, yaitu pada presensi seorang laki-laki jangkung di depan kelasnya. Jisoo jelas mengenal siapa laki-laki itu. Seseorang yang lulus dari sekolah ini dua tahun lalu. Selain itu, dia juga adalah orang yang Sojeong maksud.

Kim Seokjin. Kekasih Kim Sojeong.

"Hai." Seokjin menyapa dengan canggung. "Sepertinya Sojeong sedang makan siang, ya? Boleh aku menunggu disini?"

Jisoo tidak memiliki wewenang untuk melarang. Lagipula, Seokjin adalah senior yang cukup terkenal sebab memiliki banyak prestasi dan membuat harum nama sekolah. Alasan kenapa ia bisa berada disini tentu saja karena diizinkan oleh pihak sekolah. Kalau tidak, mana mungkin seseorang yang sudah tidak berkepentingan malah mendatangi sekolah hanya karena ingin bertemu pacarnya.

"Ya, silahkan saja, Senior."

Seokjin duduk di bangku milik Sojeong. Itu tepat di hadapan Jisoo. Dengan jarak yang dekat seperti ini, Jisoo bisa melihat bagaimana lebarnya pundak Seokjin. Jisoo rasa Sojeong amat beruntung karena bisa bersandar di pundak lebar itu kapan saja.

UntouchableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang