[Bonus Chapter-04] We Used To Be Happy

5.2K 365 11
                                    

Rumah sakit memberikan program pengobatan dan konseling gratis selama tiga hari sehingga banyak pasien yang berdatangan. Jam kerjaku diperpanjang begitu juga dokter dan perawat lain.

Tadinya aku ingin mengambil cuti mengingat istriku yang baru saja keguguran. Hanya saja, kebijakan pelayanan rumah sakit gratis telah dijadwalkan secara mutlak sehingga aku tidak diizinkan mengambil cuti dalam waktu dekat ini.

Aku jadi jarang pulang. Hanya sesekali untuk berganti pakaian sekaligus memastikan Jisoo dalam keadaan baik-baik saja.

Aku khawatir, sungguh. Ia semakin kurus. Terlihat cekungan hitam di bawah mata. Pasti ia kembali overthinking. Aku ingin bicara dengannya, tetapi aku terlalu sibuk dalam tiga har ini. Kuputuskan untuk berbicara dengannya setelah kesibukanku selesai, aku akan mengambil cuti dan menemaninya selama aku libur.

Pada hari terakhir pelayanan rumah sakit gratis, aku pulang pagi-pagi setelah ketiduran di rumah sakit. Aku hanya ingin berganti pakaian dan setelahnya kembali ke rumah sakit.

Dalam perjalanan pulang, aku menyempatkan diri untuk berbelanja kilat di supermarket. Aku tidak ada waktu. Tetapi aku harus memastikan isi kulkas penuh supaya Jisoo tetap makan meski sedikit. Aku juga mampir ke restoran ayam goreng dan membungkus beberapa potong ayam goreng untuk Jisoo makan barangkali ia malas mengolah makanan mentah.

"Jisoo, aku meletakan ayamnya di kulkas, okay? Jika kamu mau makan tolong hangatkan dulu."

Tetapi tidak ada sahutan. Aku memasuki rumah semakin dalam, namun menemukan Jisoo tengah melamun di sofa sembari memeluk lututnya yang tertekuk di depan dada.

Ia tidak menyadari kepulanganku.

Aku berjalan ke kamar untuk mengambil pakaian bersih. Aku tidak bisa berlama-lama atau rumah sakit akan menelponku dan semuanya jadi merepotkan.

Aku meletakan pakaian kotor di keranjang cucian. Pakaian kotor menumpuk. Sepertinya Jisoo sungguh berada dalam suasana hati yang buruk sehingga tak ada hal lain yang ia lakukan selain melamun.

Tidak apa. Aku tak masalah jika harus mencuci atau melakukan hal lain. Asalkan Jisoo tidak melupakan untuk makan, maka aku tidak keberatan bahkan jika tulangku menjadi remuk semua.

Jisoo memasuki ruang mencuci dan tiba-tiba membantuku memasang kancing kemeja. Aku merasakan ponselku bergetar, pasti pihak rumah sakit yang memanggilku. Selesai dengan urusan kancing kemejaku, aku mencium kening Jisoo yang terasa hangat. Sepertinya Jisoo sedikit demam.

Ini hari terakhir pelayanan rumah sakit gratis, sore ini aku bisa pulang dan bergantian mengurus Jisoo di rumah. Kuharap keadaannya tidak memburuk sehingga aku masih bisa mengurusnya di rumah, tanpa harus dibawa ke rumah sakit.

Aku meninggalkan ruang mencuci dan mengangkat telpon. "Halo..."

Benar saja, itu rumah sakit yang menelpon dan mengabari bahwa pasien sudah mulai antri. Aku meraba kantung celanaku, tidak menemukan kunci mobil dan dompetku. Lagi-lagi aku meninggalkan kunci mobilku.

Awalnya aku berjalan santai dari basement, berharap Jisoo menemukannya dan menunggu aku kembali di depan rumah dengan membawa kunci dan dompetku. Namun kemudian aku menyadari bahwa aku memiliki fotoku dan Sojeong terpasang di frame dompetku. Aku selalu lupa hendak membuang foto itu.

UntouchableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang