[05] Only You Can Hurt Like This

8.1K 668 56
                                    

Pintu terbuka, baik aku dan Jungkook langsung menaruh atensi pada Kim Seokjin yang baru saja datang. Nampaknya pria itu berlari, terlihat jelas dari penampilannya yang sedikit berantakan serta tarikan nafasnya yang tak beraturan.

Ah, aku baru menyadari satu hal; rambutnya sudah kembali lagi menjadi hitam. Tentu saja. Alasan untuknya mempertahankan rambut ungu itu sudah tidak ada, makannya ia pasti buru-buru mewarnai rambutnya menjadi hitam kembali.

Aku memperhatikan Jungkook. Laki-laki itu nampak mengepalkan tangannya ketika Kim Seokjin mendekat. Kemudian ia membuang muka, berusaha untuk tidak membuat kontak mata dengan suamiku itu. Lalu ia tiba-tiba berdiri dan meninggalkan kami berdua saja di ruangan ini.

Kim Seokjin duduk di tempat Jungkook sebelumnya duduk. Itu tepat di samping kanan aku. Aku merasakan mataku kembali perih, rasanya seperti ingin menangis. Kemudian aku membuang muka, menunduk dan menatap punggung tanganku yang terpasang infus.

"Jeon Jisoo, kamu baik-baik saja?"

Yang jelas, tidak ada perempuan yang baik-baik saja setelah kehilangan anaknya. Seharusnya ia tau itu dan tidak bertanya.

"Jadi, apakah Kim Sojeong sudah melahirkan?" Aku berucap spontan. Sebenarnya aku tidak mau—sangat tidak mau jika harus membahas ini. Tetapi kata-kata itu keluar begitu saja dari mulutku, dan tentu saja ini bukan pesan dalam aplikasi ponsel yang mana bisa ditarik dan dihapus sebelum seseorang di sebrang sana menerimanya.

Terdengar helaan nafas dari Kim Seokjin. "Iya, bayinya perempuan."

Aku jadi teringat pada ucapan ibu dan Jungkook yang sama-sama menduga bahwa anakku adalah perempuan. Tetapi sayang sekali. Mereka hanya bisa menduga-duga tanpa mengetahui apa yang terjadi di masa depan, karena nyatanya, anak aku telah lenyap bahkan sebelum diketahui apa jenis kelaminnya.

"Kim Sojeong beruntung sekali, ya? Banyak orang yang mencintainya, ia juga menikah dengan bahagia dan kini dikaruniai seorang putri." Sungguh, aku tidak bisa mengontrol setiap kata yang keluar di mulutku. "Bahkan setelah menikah, dia masih memiliki kamu yang selalu siap siaga, sedangkan aku yang merupakan istrimu bahkan rasanya seperti tidak memiliki hak terhadapmu. Dia juga memiliki bayi, yang mana itu juga adalah impianku, namun justru nasib berkata lain pada kehidupanku. Aku sangat iri padanya."

Kim Seokjin tidak mengatakan apa-apa, aku pun demikian. Kami terdiam dengan mendengar suara berdengung yang entah berasal dari mana. Sibuk merenung dengan pikiran masing-masing sampai pintu dibuka dengan kasar dan ayah yang datang langsung menampar pipi kiri Kim Seokjin.

Plakk

"Ayah!" Aku terkejut dengan tindakannya.

Ayah datang bersama ibu dan Jungkook. Ketika datang, ayah langsung menghampiri Kim Seokjin dan menampar pipi kirinya, tangannya mengepal dan berada di udara, sudah sangat siap untuk menghajar Kim Seokjin kalau saja ibu tidak berada di tengah-tengah keduanya.

Sementara itu, Jungkook tidak berbuat apa-apa dan hanya berdiri di sisiku.

Setelah emosinya mereda, ayah merogoh saku celananya, mengeluarkan botol kecil yang terlihat familiar untukku. Itu botol dari obat tidur milikku. "Jelaskan kepadaku ini apa dan kenapa bisa ditemukan di rumahmu, Kim Seokjin!"

Aku menatap pada Jungkook yang nampak santai seolah ia sudah tau segalanya. Aku tau bahwa memang Jungkook lah yang menemukan aku dalam keadaan pingsan di kamar mandi rumahku. Aku menduga bahwa ia mengetahui tentang obat itu dan memberitahukannya kepada ayah dan ibu.

Melihat dari ekspresi Jungkook, nampaknya memang ia pelakunya. Aku sangat marah dengan Jungkook! Tetapi aku tidak bisa berbuat apa-apa, selain menunduk dan berharap bahwa Kim Seokjin atau pun aku tidak akan dimarahi.

UntouchableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang