Bagi yang dapet notif up book ini tapi judulnya '5° Terima Kasih', sumpah itu salah up huhuㅠㅠ Malu...
Tekan ☆ sebagai bentuk dukungan, terimakasih♡
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Wonyoung menatap datar, masih dengan mata bengkaknya karena menangis penuh semalam.
Bagaimana tidak, rasanya kemarin adalah hari tersial Wonyoung. Tertangkap menguntit, latar belakangnya diketahui, ia akhirnya ingat siapa Haruto, dan tiba - tiba orangtuanya datang dan dengan sedikit memaksa menyuruh Wonyoung mendatangani hak asuhnya. Ya, Wonyoung dibuang, lagi.
Jinwoo masih setia menatap Wonyoung dengan senyum manisnya. Tapi yang ditatap malah menatapnya dengan tatapan kosong selayaknya mayat berjalan.
"Kau baik - baik saja?" Tanya Jinwoo.
Wonyoung hendak menjawab, tapi matanya menangkap Haruto yang sedang berjalan kearahnya dengan wajah tertekuk.
"Nuna menyuruhku memberikanmu ini," Ucap Haruto.
Wonyoung mengambilnya dengan perlahan, ia tidak punya tenaga untuk sekedar merasa kesal ataupun memulai perdebatan dengan Haruto.
Merasa seperti semuanya sudah tertebak akan terjadi, Wonyoung tertawa pelan, air matanya kembali membasahi pipinya.
'Dengan Hormat,
Pixy— Kelompok Investigasi Anak - Anak [sesuai dengan nama yang diberikan oleh Wonyoung Agassi.]
Mengundang Jang Wonyoung untuk datang ke 'rumah Haruto' hari ini [terbuka 24 jam].
Note ;; semoga kau sudah menentukan tim siapa :)
- Yujin, sekre dadakan Pixy ♡'
Jinwoo yang melihat Wonyoung menangis langsung ikut bersedih, berbeda dengan Haruto yang menghela nafas gusar. Kenapa harus menangis di koridor? Semua yang menatap mereka jadi mengira Haruto melakukan yang tidak tidak— mereka tidak mungkin mencurigai Jinwoo dengan wajah polosnya tersebut.
"hARUTOO! SUDAH KUKATAKAN JANGAN MEMULAI PERDEBATAN LAGI!" Seru Yujin dari ujung koridor dan langsung berlari dengan tatapan membara kearah Haruto.
Kenapa selalu Haruto yang disalahkan?
Wonyoung menatap sendu Yujin, membuat Yujin mengurungkan niatnya mengomeli Haruto yang sebenarnya tidak ada salah sedikitpun.
"Aku mau! Apapun itu, asalkan aku tidak dibuang lagi," Ucap Wonyoung dengan suara sesenggukan.
Jinwoo langsung ikut menangis dan memeluk erat Wonyoung, "Jangan menangis, kami tidak pernah membuang keluarga," Ucap Jinwoo.
Melihat itu, Haruto langsung menarik pelan Jinwoo, "Dia bukan nuna kita, kau tidak boleh sembarangan seperti itu Jinwoo-ah," Ucap Haruto mengingatkan.
Yujin tersenyum kemenangan mendengar ucapan Wonyoung dan memeluknya erat, "Kita semua terbuang, Wonyoung-ssi. Kau tidak perlu merasa kesepian lagi, kami keluarga barumu, Pixy," Bisik Yujin untuk meredakan tangisan Wonyoung.
Tapi Wonyoung malah semakin menangis, ucapan Yujin benar - benar membuat hatinya berdesir. Ah, memang hanya Yuna yang terampil menenangkan seseorang yang menangis.
▪▪▪
"Baiklah, aku mengerti."
Setelah itu, sambungan ditutup.
"Bagaimana? Sesuai tebakanku bukan?" Tanya Beomgyu dan menyeruput tehnya.
Minkyu tersenyum, "Hah, kau selalu berhasil merekrut anggota terbaik." Ucapnya pelan.
Eunsang masuk kedalam ruang rapat dengan map ditangannya, lalu mengeluarkan semua kertas hasil print diatas meja besar. Semua mata yang ada disana langsung menatap serius.
"Organisasi itu mulai bergerak lagi, tapi kali ini lebih kuat. Aku khawatir mereka menemukan persembunyian kita, hyung," Ucap Eunsang kepada Beomgyu.
Tangan Beomgyu beralih mengambil sebuah foto korban kekerasan remaja, "Tapi kita tidak boleh berhenti. Hanya kita harapan bagi para korban penindasan anak - anak tidak tahu diri itu," Ucap Beomgyu penuh ambisi.
"Jika pemerintah tidak bisa bertindak karena kekuasaan orangtua mereka, maka kita harus mencari bukti terkuat untuk dibeberkan kepada masyarakat. Hanya itu caranya," Ucap Minkyu.
Seonho menatap sendu ketika melihat data korban yang meninggal, sakit mental dan sekedar luka - luka karena penindasan.
Beomgyu menatap teman - temannya satu persatu dengan tatapan tajam dan penuh ambisi, "Mari lakukan 'pembersihan', setelah itu, kita akan memilih target operasi selanjutnya."
Semua mengangguk setuju.
Permainan anak - anak yang akan diselesaikan oleh anak - anak lainnya. Mari kita lihat, siapa yang lebih pintar bermain disini, dan seberapa besar kekuatan kertas tersebut untuk menutupi semua kekalahan yang ada.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Btw, di chap selanjutnya, Target operasi = T.O Bukan Try Out ya :"v
Dan terimakasih untuk semua yang selalu mem-vote book ini ♡