Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Akh!— pelan - pelan!"
Wonyoung menahan napasnya, sebisa mungkin tidak menekan luka di wajah Haruto saat tangannya yang memegang kapas berisi obat mulai mengobati luka tersebut.
Mata Wonyoung sudah berkaca - kaca, ia bahkan melupakan rasa sakit di punggungnya. Kejadian penindasan tadi kembali terlintas, dan Wonyoung sadar, bahkan dengan latar belakangnya yang jago taekwondo, dirinya tetap lemah. Wonyoung merasa gagal.
Haruto yang menatap lekat wajah serius Wonyoung yang berusaha menahan tangisnya hanya bisa menghela nafas. Tangannya beralih menangkup wajah cantik tersebut dan mengarahkannya bertatapan dengan mata Haruto. Dengan jarak yang dekat.
"Aku tidak apa - apa... Bagaimana punggungmu? Aku akan memanggil noona untuk mengobatimu," Ucap Haruto dan jemarinya mulai mengelus pelan pipi halus Wonyoung.
Mendengar itu, tangis Wonyoung langsung pecah, "Hiks, maafkan aku! Seharusnya aku mendengarkanmu, hiks. Maaf," Ucap Wonyoung sesenggukan.
Haruto langsung memeluk Wonyoung, membiarkan gadis itu menangis di dadanya. Wonyoung langsung membalas pelukan itu erat, bahkan ia lupa bahwa punggung Haruto juga terluka.
Junho yang awalnya ingin masuk ke ruangan 'ekstra' jadi mengurungkan niatnya, dan menutup kembali pintu tersebut secara perlahan.
Eunsang, Yujin dan Yuna yang berada dibelakang Junho langsung menatap penuh tanya.
"Biarkan mereka sendiri dulu," Ucap Junho dan langsung mendapat anggukan.
"Bagaimana dengan luka di dahi Haruto? Dan ia bilang Wonyoung terluka di bagian punggung, bukan?" Tanya Yujin khawatir.
"Sudah diobati, pulang sekolah nanti kita ke rumah sakit untuk mengeceknya," Jawab Junho.
"Siswi bernama May itu bagaimana?"
Junho langsung menyodorkan pin kecil yang awalnya terpasang di seragam Haruto, "Kita punya bukti untuk menyelamatkan siswi itu... dan menjatuhkan Wonhyuk dengan sekali tindakan," Jawab Junho dingin.
Tentu saja Junho marah, keluarganya diserang seperti itu, hatinya sakit. Begitupun dengan yang lainnya, mereka merasa gagal melindungi adik - adik mereka. Apalagi Wonyoung baru saja menjadi keluarga baru mereka, tapi mereka salah menempati Wonyoung dan berakhir mencelakai gadis tersebut.
Beomgyu yang masih di jam kuliahnya sudah mendapat informasi kejadian penindasan oleh Eunsang. Beomgyu juga sudah berusaha menyelinap masuk ke perusahaan keluarga Wonhyuk. Untuk apa? Untuk memberitahu perlakuan sang anak di sekolah. Atas nama siapa? Tentu saja Beomgyu menyamar atas nama sekolah.
"Siswi itu sepertinya akan memilih pindah dari sekolah ini," Ucap Yuna.
Junho mengangguk, "Iya, orangtuanya sudah datang tadi. Sepertinya sekolah ini memang terlalu berat untuk kalangan introvert penurut," Balas Junho.
"Lalu sekarang bagaimana?" Tanya Eunsang.
"Hari ini cukup sampai disini. Dan Beomgyu hyung bersama Yuna akan mengantar Haruto dan Wonyoung ke rumah sakit, pulang sekolah nanti."
▪▪▪
Kepala Wonyoung tertunduk, tangannya meremas kuat rok sekolah yang ia kenakan. Suster dibelakangnya dengan hati - hati mengobati punggung Wonyoung yang terluka.
Di bilik kamar yang lain, ada Haruto yang kepalanya diperban dan syukurnya tidak ada efek samping kepada saraf atau yang lainnya.
Beomgyu dan Yuna menunggu diluar, terduduk di kursi pengunjung dengan pikiran masing - masing.
"Oppa."
Beomgyu lekas menoleh, menatap Yuna yang terlihat khawatir, "Ada apa?" Tanya Beomgyu.
"Bisakah kita pindahkan Wonyoung ke divisi yang lain? Atau setidaknya jangan memberinya tugas lapangan, maksudku—"
"Yuna-ya, aku tahu kau khawatir. Tapi ada satu hal yang perlu kau tahu, aku tidak sembarangan memasukkan setiap anggota kedalam divisi yang ada," Potong Beomgyu.
Yuna tertunduk, ia ingin melawan. Tapi Yuna juga tidak tahu harus menaruh Wonyoung kedalam divisi yang mana kecuali divisi Haruto.
Beomgyu menepuk - nepuk pelan pundak Yuna, "Mereka pasti bisa... sebelum hari itu tiba, aku akan sebisa mungkin melatih mereka— ah tidak, lebih tepatnya kita semua berlatih untuk hari itu," Ucap Beomgyu.
Yuna mengangguk mengerti. Tapi rasa takut menggantikan kekhawatiran yang sedari tadi ia rasakan. Bagaimanapun anggota Pixy harus siap untuk menghadapi hari itu, hari pembersihan kelompok gelap yang berisikan siswa siswi kalangan atas.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.