Sepasang manusia kini tengah terduduk lemas di sofa dalam sebuah apartment. Si wanita gak sadarkan diri, tertidur lelap. Sedangkan si pria tengah menikmati wajah tenang wanitanya yang sedang terlelap itu. Sesekali menyingkirkan helaian rambut yang menutupi wajah wanitanya, lalu tersenyum.
Aaron menggigit bibir bawahnya, "Aku udah kelewatan banget ya, Div?"
Selama perjalanan ke apartment Nediva, Aaron cuma bisa menggenggam tangan Nediva sambil merutuki dirinya sendiri berkali-kali. Sudah sejahat apa dirinya sehingga membuat Nediva memilih club sebagai tempat pelariannya.
Aaron sendiri sudah hapal betul bagaimana wanitanya gak pernah bisa dengerin musik yang terlalu kencang, apalagi sampe minum alkohol kaya gini. Mungkin Nediva bahkan harus berpikir ribuan kali untuk akhirnya menginjakan kaki di club malam daerah Jakarta itu.
Sesungguhnya Aaron malu, malu untuk bertatap mata dengan Nediva saat Nediva bangun nanti. Aaron juga marah, kesal, dan kecewa sama dirinya sendiri. It isn't Aaron being a possessive boyfriend by forbidding her to go to the night club atau tempat hiburan apapun, tapi paling nggak Nediva harus pergi kesana bareng, jangan sendirian.
AARON's
Gue menghembuskan napas dan melenggang pergi menuju kamar Nediva. Mengambil beberapa skin care milik Nediva yang berada di atas meja rias. Micellar water, kapas, dan toner. Setelah gue perhatikan, wajahnya masih berbalut make up. Dan gue yang entah kesurupan dari mana mulai berinisiatif buat menghapus make up nya. Beruntung tiap kita balik malem, gue beberapa kali selalu mampir buat sekedar ngopi atau malah cuma tidur-tiduran karena masih pengen berduaan sama Nediva.
Hehehe.....
Dan gue selalu memperhatikan dia kalo lagi ngapus make up nya, "Kalo ini buat apa nih?"
"Micellar water? Ya ini buat apus make up aku"
"Kaya gimana caranya? Diminum?"
Bercanda.
"iHHH NGACO! Itu totolin ke kapas terus udah deh usap ke muka sampe muka aku bersih"
Gue dengan bawelnya nanya ini itu tentang make up ke dia, and Nediva being Nediva, dengan sabar ngejawab pertanyaan gue satu persatu.
Makanya sekarang gue udah cekatan banget ngapusin make up dia kalo dia ketiduran. Ini patut dibanggakan banget sih.
TMI nih, too much information, gue juga kadang suka nonton beauty vlogger bareng Nediva. Daripada gue dicuekin terus dia nonton youtube ya mending gue nonton bareng aja lah.
Gue pun terkekeh renyah mengingat kekonyolan gue dulu yang ternyata ada manfaatnya juga saat ini.
Tepat setelah gue selesai dan mau berdiri buat buang sisa kapasnya tadi, Nediva ternyata bangun dan nahan tangan gue.
Her eyes look so swollen, but cute. Matanya mengedip beberapa kali sebelum akhirnya sadar total.
"Hai"
"Hai" balasnya dengan suara serak.
Nediva tersenyum kecil, "Kamu abis ngapusin make up aku?"
"Hehehe iya"
Nediva menarik tangan gue dan menjadikannya guling. Gue yang bingung mau ngapain cuma ngikutin aja kemauan dia kaya gimana.
"Makasih ya udah mau jemput, pasti Deehan kan yang bilang ke kamu?"
"Iya" jawab gue sembari mengelus surai rambutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sun and Moon ✔️
Teen FictionLayaknya bumi yang butuh pendamping, gue juga butuh. Matahari dan Bulan jawabannya.