ARDIANA [END]

24.EGOIS

"Keegoisan itu nyata. Wajar bagi manusia. Kalau gak egois pasti gak akan bermakna. Karena egois itu membuat mereka merasa lebih hebat dari yang lainnya"

❄

"Apa terjadi sesuatu?" Raka langsung memasuki ruangan dengan wajah khawatir.

"Ada misi baru! Kali ini, lebih besar," ucap Ianna bersandar pada meja kerjanya, sementara kelima anggota inti duduk di sofa seraya menatap Ianna, serius.

"Apa rancananya?" tanya Heru.

"Kita harus menculik papi gue, Kaisar dan juga Erlina"

"Hah?! Serius lo?" pekik Fazri dijawab anggukan dari Ianna.

Randy dan Fazri mendapatkan tugas untuk menculik Kaisar dan Erlina, lalu Ianna, Al, dan Heru akan mengurus masalah ingatan Kaisar. Sementara Luna, Raka, dan Caca tetap menjaga markas.

"Empat puluh menit, dua puluh lima detik." Ianna melirik jam yang melingkar pada lengannya. "Papi harus sudah berada di sini." Perintah Ianna.

Ianna, Heru, dan Al sudah berada di hutan lebat. Suasananya cukup menegangkan. Namun, gadis itu tidak takut sedikitpun. Mereka memasuki salah satu tempat yang mungkin bisa dikatakan tempat meminta sesuatu.

Ianna membuka pintunya dan mendapati seorang wanita dengan rambut putih Panjang tengah bersemedi. Tanpa basa-basi Ianna langsung meminta agar Kaisar kembali mengingat semua tentang keluarganya. Wanita itu menyetujuinya dan memberikan sebuah botol bening kepada Ianna. Itu adalah obat penawar sesuai permintaan Ianna.

Setelah berterima kasih, Ianna Bersama kedua lelaki itu langsung kembali, namun tujuan mereka adalah sebuah mansion sederahana milik Ianna.

❄️

"Di mana papi?" tanya Ianna setelah sampai di mansion. Tadi, Ianna meminta agar Kaisar dipindahkan kemansion sederhana miliknya dengan alasan keamanan.

"Ada di belakang," ucap Randy dan langsung mengikuti Ianna untuk pergi ke ruangan belakang.

Ianna sudah sampai di ruangan belakang, gadis itu menghela napasnya, setelah bertahun-tahun lamanya ia akan bertemu dengan pria ini.

"Kamu siapa ...?" Pria itu terlihat sangat kurus, sepertinya ia disiksa habis-habisan. Ianna merasa kasihan pada Kaisar. Bagaimanapun, Kaisar tetap orangtuanya.

"Kamu orang suruhan Erlina, kan?"

"Bukan."

"Lalu, kamu siapa?" tanya Kaisar dengan bibir gemetar. "Kamu ingin membunuhku?"