Malam yang hangat di atas peraduan.
Suara merdu Raisa menyanyikan berpadu dengan denting akustik gitar dan piano membuat suasana malam yang hangat terasa begitu romantis.
Aku terbaring di atas bantal paling mewah sedunia. Bahu lelaki yang sangat kupuja. Menyesapi aroma tubuhnya yang memabukkan. Tanpa sadar bibir ini melengkung dengan lebar. Menikmati berbagai candu yang berpadu menjadi satu. Sungguh memabukkan.
Bait syair lagu yang mengingatkanku pada kisah perjalanan panjang cinta kami.
Cinta yang dulu kuyakini tak akan pernah ada diantara kami. Kami perbedaan dan pertentangan begitu besar memisahkan kami. Meski telah terikat dalam janji suci.
Kurasakan belaian di rambutku. Menciptakan gelenyar yang berirama. Seolah sebuah senandung cinta kudengar dari debar jantungnya. Mengalunkan sebuah lagu asmara yang tercipta khusus untukku. Sangat sempurna dengan hangat nafasnya yang menerpa wajahku.
Mungkin. Inilah yang dinamakan surga dunia yang dicari banyak wanita itu.
Jemari ini menyusuri dada keras dan hangat itu. Mencari kekasihnya. Dan serta merta sepasang telapak tangan kami erat memeluk dan menyatu satu sama lain. Mengalirkan debar yang saling bertukar.
Kemudian hanyut kembali dalam suara merdu dari gawai yang memutar musik di atas nakas.
~Ooohh~
Jika senyummu saja bisa
Mencuri detak jantungku
Maka pelukanmu yang bisa
Menyapu seluruh hatikuCukup sekali saja
Aku pernah merasa
Betapa menyiksa
KehilanganmuKau tak terganti
Kau yang selalu kunanti
Takkan kulepas lagiPegang tanganku
Bersama jatuh cinta
Kali kedua
Pada yang samaKedua kali kita bersama lagi
Pegang tanganku
Bersama jatuh cinta
Kali kedua
Pada yang samaSama indahnya
Pegang tanganku
Bersama jatuh cinta
Kali kedua
Pada yang sama~****
Bukan sekali dua kali kami bertengkar begitu hebat. Hingga mulut ini terbiasa meneriakkan kata pisah.Tetapi bahtera ini tidak hanya dimiliki oleh kami berdua saja. Ada dua anak lelaki yang menggantungkan seluruh hidup dan masa depannya di pundak kami. Orang tua kandungnya.
Hingga ego itupun menyerah pada ketakutan akan trauma yang siap menerkam. Menenggelamkan seisi rumah dalam lautan kesedihan. Yang tak ingin kami bayangkan.
Bahkan tidur tanpa menghirup aroma raganya pun terasa sulit. Sungguh aneh ketika dua hati tak pernah saling bicara. Namun lain halnya dengan daksa yang terus menuntut sentuhan puja.
Perlahan namun pasti. Waktu mulai membuka lembar-lembar kedewasaan. Mengajarkan kami arti hidup bersisian.
Setiap pertikaian selalu kuselipkan curahan hati terdalam. Karena tidak ada kesempatan untuk membuat hati ini di dengar kecuali dengan kata yang diiringi linang air mata.
Bagi seorang anak adam, rasa saja tidak cukup untuk membuat hatinya mengerti. Bahwa belahan jiwanya sedang menginginkan rasa aman dari kesedihan dan kesakitan yang datang tanpa undangan.
Aku pun mulai menyadari bahwa selama ini terlalu sering menuntut dan tanpa sengaja membuat harinya penuh tekanan dengan keluhan-keluhan.
Kusingkap tirai hati. Mencoba untuk terus memahami jalan hidupnya. Menjadi teman dan sahabat setia. Hingga rasa berwarna merah merona dan jatuh meraja di hati kami.
Tidak pernah ada kata terlambat tuk menjatuhkan hati.
Seperti yang kami nikmati saat ini.
Berbaring berpelukan di peraduan. Dengan tangan saling menggenggam. Dan hati saling menelusuri. Di manakah singgasana masing-masing diletakkan.
Sebuah hasrat yang alami datang perlahan. Naluri dua insan yang mencoba menghalau dingin yang menggenangi malam.
Dan bibirpun berpadu dalam cinta dan asmara yang terasa semakin dalam.
Terima kasih Raisa.
Suaramu menggetarkan jiwa kami dengan cinta yang terus tumbuh dan bersemi. Tidak hanya sekali atau dua kali.
Tapi berulangkali. Setiap hari.
KAMU SEDANG MEMBACA
Antologi Syehrazata
ДуховныеKetika hati terendam sunyi Di sanalah singgasana menanti Seorang Kekasih hati Saat hati berderak patah Luka itu menoreh prasasti Sesiapa yang datang menyingkap luka Dialah pemiliknya Sunyi adalah awal satu semarak Cinta yang menggelora selaksa surg...