Wanita tua itu menangis meraung-raung. Memukul kepala juga dadanya. Jilbab yang dikenakannya hampir terlepas. Miring ke kanan dan ke kiri karena berkali-kali ia mengacak rambutnya.Kabar kepergian putra sulungnya dari rumah mertua mengguncang wanita usia senja itu. Beberapa kali anak dan menantunya berusaha menenangkan. Namun tak dianggap. Sang ibu tenggelam dalam kesedihan meratapi buah hati yang minggat entah kemana.
Bukan tanpa alasan lelaki paruh baya itu pergi dari rumah. Kesalahan fatal yang ia lakukan di masa lalu membuatnya tak lagi memiliki harga diri di mata istri dan ayah mertua. Acapkali dia dihina dan disepelekan karena dosa-dosanya.
Sebagai seorang pria yang seharusnya menjadi kepala rumah tangga. Posisinya sekarang lebih mirip pembantu rumah tangga. Sakit hati. Iapun memutuskan untuk pergi.
Membuat seluruh keluarga khawatir dengan keadaannya. Yang tak pernah mengirim kabar berita.
Beberapa bulan ia sakit bahkan sampai harus diopname. Bagi para lansia sepertinya, kesehatan dapat mudah sekali drop hanya karena pikirannya terganggu satu masalah.
Dengan telaten anak bungsu dan sang menantu merawatnya. Meski tak jarang mereka berdua justru terkena omelannya yang panjang seperti rel kereta. Maklum anak yang dekat selalu salah di mata orang tua. Padahal merekalah yang setia merawat juga menjaga. Sedangkan anak yang jauh tak pernah lekang disanjung puja. Hanya karena rasa rindu yang tak kunjung bertemu penawarnya.
Dulu, ia selalu membanggakan kesuksesan sang putra sulung. Membanding-bandingkannya dengan si bungsu. Yang memang hidupnya pas-pasan. Omelan dan hinaan kerap keluar dari bibir keramatnya. Meninggalkan bekas luka mendalam di hati anak menantunya.
Sang mantu yang memang berasal dari keluarga sangat sederhana sering menjadi korban cemoohannya. Ia bahkan sering menggunjing menantunya bersama para tetangga. Tak peduli bagaimana perasaan sang menantu.
Nasehat dan didikan memang layak diberikan oleh orang yang lebih tua. Namun bukan berarti ia diperbolehkan membuka aib anak menantunya. Hanya karena mereka dianggap kurang sukses dan tidak kaya. Akibatnya, wanita itu harus menerima karma dari ucapannya yang suka mencela dan menggunjing menantu sendiri.
Anak yang dia banggakan ternyata keblinger dengan kesuksesannya. Tak tahan godaan iapun berselingkuh dengan istri dari iparnya sendiri. Mencoreng aib di muka keluarga besarnya. Menjadi bahan gunjingan yang tak habis-habisnya. Membuat malu seluruh keluarga.
Saat akhirnya sang istri bersedia memaafkan. Tentu semua tak lagi sama. Karena kepercayaan yang telah ternoda. Bagaikan seorang gadis yang kehilangan keperawanannya. Mustahil kembali pulih seperti semula.
Demikianlah. Sang ibu mertua mengalami karma akibat kata-kata buruk yang dikeluarkannya.
Karena sejatinya setiap anak akan ikut merasakan dosa juga pahala dari amal perbuatan orang tuanya. Maka berhati-hatilah memperlakukan orang lain semena-mena. Entah itu menantu atau tetangga.
Karena karma tidak pernah meleset dari sasarannya.
Madiun, 06 Agustus 2019
By Syehrazata
KAMU SEDANG MEMBACA
Antologi Syehrazata
SpiritualKetika hati terendam sunyi Di sanalah singgasana menanti Seorang Kekasih hati Saat hati berderak patah Luka itu menoreh prasasti Sesiapa yang datang menyingkap luka Dialah pemiliknya Sunyi adalah awal satu semarak Cinta yang menggelora selaksa surg...