"Ahh" erang mereka berdua saat sudah mencapai punjak kenikmatan, ini sudah yang ke lima kali Veno melakukannya dengan Rara. Ia mengajak Rara untuk bermain di ranjang dengannya untuk melupakan semua pertanyaan pertanyaan yang ia tak akan bisa jawab. Siapa wanita itu? Apa dia adikmu? Apa dia itu sepupumu? Kenapa kau menciumnya? Veno yang ingin niat hati membuat Rara melupakan semua pertanyaan yang ia ajukan dengan cara mencium bibirnya dan berakhir dengan ketidaksengajaan membuat dirinya terangsang dan begitu pun juga dengan Rara.
"Ahh Veno...aku lelah" desah Rara saat Veno kembali memaju mundurkan pinggulnya.
"Sekali lagi," Rara hanya bisa pasrah menerima permintaan Veno. Tidak masalah baginya ia juga menikmatinya dan seketika rasa lelahnya bertukar menjadi kenikmatan.
Mengingat Veno yang tidak memakai pengaman itu membuatnya harus menerima bahwa suatu hari nanti ia akan hamil. Bagaimana pun ia adalah seorang istri dan para orang tua juga menginginkannya untuk hamil segera.
"Ahh" erang mereka lagi. Veno kemudian berbaring di samping Rara dan menarik pinggang Rara supaya berhadapan dengannya. Tangan besarnya membelai wajah istrinya yang terlihat lelah.
"Kau lelah?" Tanya Veno dan dibalas anggukan oleh Rara "Lebih baik kau tidur saja. OK?" Dan lagi ia mengangguk dan menenggelamkan wajahnya di dada bidang Veno.
Tak butuh waktu lama Veno sudah mendengar deru nafas teratur dari Rara. Ia kemudian menarik badcover untuk menutupi tubuh mereka yang masih naked. Veno memeluk tubuh Rara dengan membelai rambutnya dan mencium pelipisnya lalu ikut tertidur.
*
Veno terbangun karena mendengar suara ponselnya yang bergetar di atas nangkas. Ia kemudian mengambil ponselnya dan terpangpanglah nama Dokter Mario, seorang dokter di rumah sakit kejiwaan.
Dengan perasaan was was ia lalu mengangkat telepon dari dokter Mario.
"Hallo dok, ada apa?"
"Tuan, dia mengambuk lagi. Kami ingin menenangkannya tapi perilakunya sangat agresif dan entah sejak kapan ia membawa sebuah pisah dapur, hanya tuan yang bisa menenangkannya" jawab suara di seberang sana. Ia dapat mendengar suara jeritan wanita yang meminta jangan mendekat kepada para pskiater.
"Baiklah aku akan segera ke sana" Veno lalu beranjak saat telah memutuskan sambungan telepon, tapi sebelum itu ia melihat istrinya yang masih terlelap dan tanpa ia sadari bahwa Rara telah bangun semenjak ia telah menganggkat telepon dari Dokter Mario.
Veno kemudian tergesa gesa memakai pakaian formal. Ia kemudian menghampiri Rara yang masih menutup matanya lalu mencium keningnya kemudian pergi meninggalkan kamarnya.
Rara bangun dari tidurnya saat menyadari bahwa Veno telah keluar dari kamarnya.
"Dok? Dia mau ke rumah sakit? Dia sakit apa?" Tanya Rara pada dirinya sendiri. Ia lalu beranjak menuju ke walk in closet dengan selimut yang menutupi tubuhnya.
Setelah selesai mandi dan memakai baju santay ia langsung pergi keluar kamar. Ia pergi ke ruang tamu dan melihat Mami mertuanya sedang bergosip gosip dengan para ibu ibu rumah tangga dan juga mommy-nya yang mungkin kebetulan berkunjung.
Rara lalu menghampiri mereka "Mi...Veno kemana?" Tanya Rara kepada Aloysia.
"Duduk dulu, sayang" ujar Aloysia sembari menuntut Rara untuk di antara Ia dan Albertina "Veno sedang pergi, dia ada urusan mendadak" Rara hanya manggut manggut kemudian menoleh ke arah Albertina dan langsung memeluknya.
"Oh ya jeng, maaf dulu saya gak sempet ngundang kalian semua ke pernikahan anak saya, kenalin ini menantu saya namanya Rara dan di sampingnya itu adalah mommy-nya"
![](https://img.wattpad.com/cover/193454727-288-k700114.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
My Sweet Husband (COMPLETE✔) Belum Revisi
Romance(BUDAYAKAN UNTUK FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA) Bagaimana jadinya jika kita dilamar tiba tiba oleh seseorang yang baru kita temui beberapa menit yang lalu? Pasti akan sangat malu kan? Itu yang dirasakan oleh seorang gadis yang bernama Rara, dirinya...