Rara mengerjap ngerjapkan matanya menyesuaikan cahanya matahari yang masuk ke dalam celah gorden. Ia merasa pegal di sekujur tubuhnya dan nyeri di bagian selangkangannya, ia melihat ke arah samping, suaminya tengah tidur tenang sambil memeluk dirinya, ia menggulum senyum sambil menyusuri wajah Veno, mulai dari rambutnya yang hitam, alisnya yang cukup tebal, kadang Rara merasa iri dengan bulu mata lentik yang dimiliki Veno, lalu turun ke hidung mancungnya dan terakhir bibirnya, bibir merah yang selalu mengucapkan janji manis, yang selalu mencium bibirnya, Rara yang sudah sangat geli pun menampol bibir Veno dan membuat sang empu memekik.
"AWW!!" Pekik Veno ia lalu melihat Rara yang tengah cengengesan.
"Bukannya kasih morning kiss malah morning tambok!!" Gerutu Veno.
Cup
Rara mencium pipi Veno sekilas dari buru buru menjauh. Veno merasa tidak puas ia lalu memonyongkan bibirnya tapi Rara segera mendekap bibirnya menggunakan telapak tangannya.
"E.N.G.G.A.K" Sinisnya.
Veno kemudian menarik pergelangan Rara dan segera menindihnya, ia lalu mencium bibir Rara, dan terus melumatnya. Veno lalu menggigit bibir bawah Rara untuk memberikan lidahnya akses untuk masuk ke dalam, ia mengabsen deretan gigi Rara dan mencari lidahnya untuk ikut bermain.
Rara hanya bisa pasrah, ia ikut bermain dengan lidah Veno, tangannya ia lingkarkan di leher Veno dan meremas rambutnya. Tangan Veno mengelus salah satu paha mulus Rara yang tidak tertutup dengan selimut.
Drrtt...drrtt...
Tiba tiba suara ponsel Veno yang berada di atas nangkas bergetar menganggu aktivitas panas mereka. Veno melepas pangutannya dan beralih mengambil ponselnya mencari tau tentang sang penelpon yang telah menganggu mereka.
Arif Calling....
"Hallo, ada apa?" Tanya Veno saat telah menganggat telepon dari sahabatnya.
"Kenapa kau tak mengundangku ke pernikahanmu?!!" Pekiknya, dan membuat Veno menjauhkan ponselnya dari telinganya.
"Kau seperti perempuan saja!! Aku sudah memberikan undangan kepadamu, apa kau tidak menerimanya dari istrimu?"
"Kau hanya memberikannya pada istriku, ya istriku saja yang pergi!!"
"Dasar Goblok!!"
Rara yang sembari tadi hanya melihat Veno yang berbincang, bermain dengan wajahnya, kadang memcubit hidungnya, pipinya dan membekap bibirnya. Veno tidak merasa terganggu tetapi ia malah merasa senang.
Veno memutuskan sambungan telepon, tapi saat akan meletakkannya di nangkas ponselnya kembali bergetar. Rara terkekeh melihat wajah masam milik Veno yang terkesan menggemaskan.
Papi calling...
Veno kemudian menyalahkan speaker supaya Rara dapat mendengarnya.
"Hallo, Pi"
"Papi, mami, sama orang tuannya Rara udah pulang duluan, tadi mamimu niatnya buat bangunin, tapi sepertinya pintunya dikunci"
"Ohh...Aku gak sengaja ngunci pintunya"
"Tidak sengaja atau sengaja? Kau jika ingin bermain dengan istrimu yang perlahan jangan sampai terdengar keluar" Wajah Rara tiba tiba memerah saat mendengar pernyataan dari Cristan, seingatnya itu sudah dalam kategori Volume kecil. Veno hanya terkekeh, kemudian mencium kedua pipi Rara.
"Ahh papi kayak gak tau anak sendiri aja,"
"Yasudah, nanti kau menyusul saja"
"Baiklah"
Veno kemudian memutus sambungan telepon secara sepihak.
"Kita mandi?" Ujar Veno dan dibalas anggukan olehnya. Veno kemudian menggendong Rara beserta dengan badcovernya.
"Ven...turunkan aku, aku bisa sendiri!"
"Sungguh? Kau pasti merasa nyeri dibawah sana, sudahlah biarkan aku yang memandikamu!" Peringat Veno.
"Tapi---hmm~" Veno langsung menyambar bibir Rara untuk berhenti berbicara dan langsung berjalan menuju ke kamar mandi.
*
Rara melangkahkan kakinya menuju masuk ke dalam istana Veno yang begitu megah dengan empat lantai, barang barang antik yang berjejeran di tempatnya, lukisan lukisan antik yang menempel begitu indah di dinding yang bercat putih dan juga interior interior yang tertata rapi. Ia begitu takjub dengan isi istana tersebut walaupun ia sudah pernah datang kemari. Tak ada bedanya dengan rumah megah miliknya, hanya beberapa yang membedakan yaitu lantai rumahnya yang hanya tiga lantai, dan barang barang yang terkesan modern.
Rara masuk ke dalam kamar milik Veno yang ada di lantai paling atas bahkan menaikkinya saja memakai lift kapsul. Kamar luas yang lebih dominan dengan warna hijau tosca, kasur yang berbentuk lingkaran, lampu besar, dan juga jendela jendela besar yang menghubungkan ke luar sehingga dapat melihat jalanan yang cukup padat dan juga gerden yang diikat dengan pinta yang cukup besar.
Veno menarik kedua sudut bibirnya saat melihat wajah kebingungan istrinya dengan desain kamarnya yang sengaja didesain 95% mirip dengan kamarnya kecuali dengan warnanya.
"Veno, kenapa kamarnya sama mirip dengan kamar milikku dirumah, perasaan beberapa hari yang lalu tidak seperti ini" Tanya Rara. Veno kemudian berjalan menghampirinya dan ikut duduk di atas sofa.
"Aku memang sengaja membuatnya mirip seperti dengan kamarmu, supaya kau betah disini dengan suamimu," jawab Veno sambil tersenyum manis hingga menunjukkan lesung pipinya.
"Tapi desain warnanya berbeda,"
"Tidak mungkin kan aku mendesainnya dengan warna pink, jadi aku memilih warna ini saja yang tidak terlalu wanita dan juga pria"
"Kapan kau mendesainnya?"
"Kau ingat saat aku berbincang dengan temanku waktu resepsi pernikahan kita, itu sebenarnya orang yang telah mendesain kamar ini dan menyulapnya seperti ini.
"Tapi dia itu sebenarnya seorang desainer baju dan aku memanfaatkan keahliannya untuk mendesain kamarku"
"Haa?" Rara sedikit terkejut dengan pengakuan Veno, sataunya seorang desainer baju hanya mendesain baju saja.
"Kau kira ia hanya bisa mendesain baju saja, dia juga bisa mendesain sebuah kamar" Jawab Veno, lalu ia menarik lengan Rara mengisyaratkannya untuk duduk di atas pangkuannya.
Ia memeluk pinggang Rara, mengelus ngelus perut Rara yang masih rata tertutup dengan baju kaos, lalu mencium bahunya dan juga lehernya.
Rara hanya diam tak bergeming membiarkan suaminya melakukan aksinya, jujur ia juga sangat nyaman diperlakukan seperti ini dengan Veno, ia juga menikmati setiap kecupan, ciuman dan cumbuan yang diberikan olehnya. Ia belum percaya sepenuhnya kepada Veno, setelah kejadian satu minggu yang lalu ia mulai menyadari siapa Veno sebenarnya, bagaimana watak aslinya dia, sifatnya dan juga pikirannya. Rara memang tidak menyukai pria seperti suaminya, tapi entah mengapa hatinya mengatakan bahwa ia yang terbaik dan bahwa ia yang terakhir. Walaupun Rara masih sedikit ragu dengan keputusannya tapi ia tetap ingin mejalankan hubungan mereka layaknya suami istri pada halnya.
Rara kemudian langsung memeluk leher Veno, melumat bibirnya. Veno hanya menikmatinya saja dan membalas ciuman Rara, inilah yang ia suka, Rara yang langsung saja menyambar bibirnya tanpa memberikan aba aba apa pun.
***
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Sweet Husband (COMPLETE✔) Belum Revisi
Storie d'amore(BUDAYAKAN UNTUK FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA) Bagaimana jadinya jika kita dilamar tiba tiba oleh seseorang yang baru kita temui beberapa menit yang lalu? Pasti akan sangat malu kan? Itu yang dirasakan oleh seorang gadis yang bernama Rara, dirinya...