Astaga

395 20 0
                                    

Hangat, hangat sekali rasanya. Aku tidak pernah merasakan selimut sehangat ini. Baunya juga aneh, tapi yasudahlah aku tetap saja menyukainya. Aku makin mengeratkan pelukanku yang aku yakini selimut dari surga ini.

Tapi, apa ini? Aku merasakan rambut?! Tunggu apa ini kepala, maksudku kepala manusia?
Aku mulai membuka mataku perlahan mencoba menghilangkan pikiran anehku.

"Hwaaaaaaaaaaa!!!!......"
Kacau, kacau, kacauuuu
Apa-apaan ini! Siapa dia? Apa yang dia lakukan dikamar tidur, maksudku bersamaku, maksudku TIDUR BERSAMAKU! Oh SH*T. Dan apa ini? Aku sama sekali tidak memakai pakaian ditubuhku. Ohhh aku sungguh kacau. Apa ini mimpi! Sungguh gila!

Lelaki itu bangun, ia belum membuka matanya. Masih dalam keadaan berantakan yang sungguh ingin aku jambak rambutnya, aku tonjok hidung mancungnya, aku tampar pipi dengan rahang indahnya. Awh menyebalkan.
Ia kemudian menatap ku, kami beradu tatap dalam beberapa detik. Ia menaikkan alisnya, mencoba menatapku intens dan.

"ARGHHHHHHHH siapa lo?! Gue... Gue ngapain disini dan lo siapa?!. "

PLAKKKKKK! Tamparan keras mendarat dipipi kanan lelaki itu. Dia menyebalkan, siapa tau tamparanku bisa menyadarkan dari mimpi indahnya.

"Maaf soal tamparan tadi, tapi HEYYY! Aku yang harus teriak dan ngomong itu! Kenapa malah kamu yang teriak nggak jelas kayak aku aja yang perkosa kamu?. Nyebelin, jelasin sama aku apa yang kamu perbuat semalam! Sampai kita dalam keadaan arghhhh menyebalkan kayak gini!" Raline kesal, ia memeluk selimut dengan erat tetap menjaga tubuhnya agar aman dari mata lelaki didepannya ini.

"Astagfirullah.....

Aku menatapnya takjub sekaligus aneh. Dia bilang apa tadi?

"Maaf, maaf atas segalanya yang bahkan aku nggak ingat apapun itu. Jujur, aku nggak tau apa yang terjadi semalam. Bahkan di bar aku nggak minum sembarangan, aku cuman pesan cola, bukannya alcohol. Bahkan kalaupun cuma sekedar alcohol, aku nggak bakalan mabuk sampai nggak ingat apapun. Aku yakin ada yang niat nggak baik sama aku. Maafin aku." lelaki itu menunduk penuh penyesalan. Aku bahkan melihat kejujuran dan ketulusan dimatanya. Aku rasa dia jujur, tapi kenapa aku sungguh kesal. Mendengar jawabannya, aku tidak bisa berkata-kata lagi. Aku menundukkan wajahku, menelungkup memeluk lututku. Aku bingung, apa kata orang kalau mereka tau kalau aku telah... Ahhhh sungguh memalukan.

"tolong jangan nangis, aku janji kalau kamu kenapa-napa aku bakalan tanggung jawab. Aku nggak bakalan ninggalin kamu sendiri. Aku janji, aku seri...

Aku mengangkat wajahku, menatap lelaki itu dalam. "Kamu memangnya bisa apa?.... " jawabku. Lelaki itu diam dan bingung dengan perkataanku.

"ok makasih karena kamu udah mau tanggung jawab, itu berarti banget buat aku. perempuan mana yang mau diperlakukan seperti ini? Aku anggap kamu memang serius mau tanggung jawab. Tapi, bagaimana dengan karir aku. Puzzle yang aku susun rapih, aku nggak sanggup kalau berantakan karena hal ini. Apa kata orang kalau mereka tau kita berbuat... Yah you know. Aku nggak sanggup denger perkataan jelek orang-orang diluar sana. Kamu juga nggak bakalan bisa kan nutup mulut mereka satu persatu. Aku takut. Aku takut keluar dari sini, akan ada hal buruk yang terus nakutin aku. Aku takut. " aku membuang muka, menatap lurus. bingung harus melakukan apa.

Denting jam seakan mengalun dengan tenang. Hening diantara kami tiada jemu. Aku menunduk memejamkan mataku.
Tiba-tiba dia,
"jangan khawatir, aku disini. Kamu nggak bakalan nanggung beban sendiri. Aku udah bilang bakalan tanggung jawab apapun itu. Aku beneran sungguh-sungguh." lelaki itu mengelus rambutku lembut.

"nggak usah merasa bersalah, aku nggak perlu dikasihani. " aku langsung menepis tangannya.

~

Sumpah perempuan ini menyebalkan, tapi aku juga mengerti dia pasti penuh dengan beban yang berat dipikirannya. Aku bisa dengan cepat menebak, ini adalah hal pertama baginya, bagiku juga sebenarnya dan aku lihat dia ini perempuan baik-baik. Aku bahkan heran, kalau memang ini hal pertama baginya dia sama sekali tidak menangis histeris, teriak atau semacamnya. Dia hanya memasang wajah tegar dengan ekspresi biasa. Sungguh luar biasa. Aku biasa ikut mami menonton sinetron melow yang jika perempuan baik dinonadai seperti ini ia akan histeris tidak terima, menangis dan kelakuan normal lainnya. Tapi dia malah membuatku aneh dan makin merasa bersalah karena ketegarannya. Kepalaku terasa berat, pikiranku mulai tak karuan aku membayangkan kalau saja dia akan hamil nantinya. Itu pasti sangat buruk. Tuhan... Apa yang kulakukan semalam sehingga kejadiannya jadi serumit ini.

"mau kubantu?. " sahutku sopan.
"TETAP DISANA DAN JANGAN BERBALIK!"
Aku sekarang terlihat seperti anak yang sedang dihukum saja. Dia sibuk membenahi dirinya, setelah keluar dari kamar mandi membersihkan dirinya walaupun ia sulit berjalan. Ia tetap bersikeras tidak butuh bantuanku walaupun aku tau pasti dia sedang kesulitan. Aku berdiri membelakanginya menghadap kejendela hotel. Yap entah kenapa aku terbangun dihotel bersama wanita ini, sungguh ajaib. Keadaanku sekarang, sudah lengkap dengan pakaian. Jangan tanyakan aku tadi sebelum bangun tidur, aku saja muak mengingatnya.

"sudah, aku udah selesai. "
Aku berbalik, menatapnya yang sudah rapih dengan dress berwarna hitam menjuntai sampai diatas lututnya. Jujur dia perempuan yang cantik, rambut panjang sampai menutupi dadanya, mata bulat yang indah, kaki jenjang yang sempurna, kulitnya yang putih bersih. Oh sudahlah Rey, kau telah dicap sebagai lelaki jahat olehnya.

"ok, aku punya aturan disini. Pertama, hai aku Raline Teresa Darwin. Panggil aja Raline, Rara terserah kamu. Dan kamu? "
Dia berbicara tanpa jeda, sampai aku kaget dia mengulurkan tangan padaku.
"a aku Rey."
"ook cuma Rey doang, jadi aku nggak mau kita keluar sama-sama dari kamar hotel ini. Aku mau aku yang keluar dulu. Setelah itu baru kamu." Jelas Raline.
"kenapa harus gitu? "
"nanti kamu bakalan tau, aku nggak bisa ngobrol cantik sekarang dalam keadaan kayak gini. Jadi kamu nurut aja ok."

Aku hanya diam mendengar semua instruksinya. Dia kemudian meraih tas selempang kecil yang tergeletak dibawah lantai dengan cepat. Meraih handphone-nya dan terlihat sedang menghubungi seseorang. Dia meraih gagang pintu. Dia ingin pergi?
"TUNGGU!....

Dia berbalik menatapku.
"ini buat kamu, disana ada nomor telepon ku. Siapa tau kamu butuh aku, kamu bisa hubungi itu." jelasku sambil memberinya kertas segiempat kecil, kartu namaku.
"ok, jadi ceritanya ini pelayanan 24 jam? Ok deh. Tapi jangan kesel yah kalau aku ganggu. Hehe bye." dia pergi dengan senyumnya yang terbit.
Syukurlah dia sudah mulai senyum. Jujur liat perempuan yang suasana hatinya kacau itu bikin bulu kuduk gue merinding.

Aku melihat sesuatu yang berkilau dari balik selimut.
"Ahh ternyata sebuah liontin kalung. Berlian birunya cantik. Hmm ini pasti punya Raline."







.
.
.
Assalamualaikum
😱Apa yang terjadi... Kenapa jadi panas gini! 😂 hmmm bagaimana mereka bisa ketemu dan ehm...
Jangan lupa bintang bintangnya komen kritik dan saran yah
Maacih
Syukron

Dia adalah RALINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang