Menghilang

318 12 0
                                    

Aku menatap pantulan diriku dicermin. Aku masih ingat perbincangan aku dan bianca kemarin. Aku curiga bianca tau sesuatu. Semuanya sekarang terlihat rumit, aku merasa ada banyak sekali hal yang perlahan merubah diriku. Aku tak lagi bisa tersenyum seperti biasanya, aku murung, bahkan makan teratur saja sangat sulit. Semua orang memojokkanku dan menganggap aku wanita murahan yang menggoda banyak pria. Ada banyak sekali berita bohong tentang diriku. Aku heran mengapa mereka membicarakan hal omong kosong yang sama sekali tidak benar.

"Ra... Are you okay?." sahut seseorang dibalik punggung ku.
"nggak Vi. Aku sama sekali nggak baik-baik aja." jawabku datar.
Dari cermin aku lihat Vivi sangat prihatin padaku. Wanita 28 tahun itu yang selalu memarahiku dan menasehatiku dengan wajah menyeramkannya sekarang memasang wajah lesu sambil memelukku.
"aku ada disini kok. Ra.. Aku nggak pernah liat kamu murung bengong kayak gini. Bahkan kalau kamu sakit pun kamu nggak pernah kayak gini, masih ketawa ketawa sambil bikin aku marah setiap hari. Nggak usah pikirin semua yang orang bilang. Anggap angin lalu aja."
Aku diam dalam pelukan Vivi. Aku juga bingung apa ini stres atau depresi. Aku sudah muak dengan segala komentar jahat, berita bohong, teror yang aku dapat, bahkan sekarang satu persatu banyak yang membatalkan kerja sama denganku. Aku hanya bisa diam, diam dan diam.
"Vi, aku mau ketemu mama dan daddy."
Dan sekarang yang ingin kulakukan hanyalah menghilang.

*

Aku sekarang sedang dinner bersama Friska, menuruti perintah orang tua. Membuat kami jadi sering pergi berdua. Berita yang beredar tentang Raline membuatku sangat ingin bertemu dengannya, dia tidak bisa dihubungi entah dia mengganti nomor HP atau apa. Vivi managernya juga demikian. Aku tidak bisa bertemu langsung dengannya, Papi pasti akan tau. Ada orang yang selalu mengikuti ku akhir-akhir ini dan aku tau itu pasti suruhan Papi. Raline pasti merasa terpuruk sekarang, betapa menyeramkannya berita yang beredar. Aku merasa sangat jahat padanya. Kalau saja malam itu aku tidak berada ditempat itu, kalau saja malam itu aku tidak minum minuman aneh itu, kalau saja..
Tapi apabila dulu hal itu tidak terjadi aku mungkin tidak akan mengenal Raline. Raline yang membuatku ingin terus melindunginya, berada disampingnya dan segala tentangnya telah membuatku gila. Dan aku merasa aku telah jatuh cinta pada wanita itu.

"Rey.. Rey!."
"iya."
"Kamu bengong dari tadi tau nggak! Mirin apa sih?."
"maaf, aku mikirin Raline. Dia pasti stres banget dengan berita buruk tentang dia."
Aku dan Friska sekarang sudah semakin dekat dan saling berbagi cerita. Kami sekarang berteman baik terlepas dari perjodohan kedua orang tua kami.
"kamu belum hubungi dia sampai sekarang?."
"belum, dia nggak bisa dihubungi. Daniel bilang juga apartemennya udah kosong. Apa mungkin dia pindah?."
"kamu harus cari tau dong.. Cari dia, tanyain kabarnya. Jadi cowok gentle."
"kamu benar, apa aku se cemen itu yah?"
"bukan cemen Rey, tapi goblok. Kamu tuh bodoh dalam hal perasaan. Yah kamu harus kejar dia dong. Kali aja kan kamu makan enak disini sekarang dia mewek-mewek disana."
"Friska lo mau nggak gue kenalin sama daniel? Kalian mirip banget sumpah."
"hahaha siapa tuh? Oh jadi sekarang udah lo gue nih?."
Kami tertawa bersama.

*

"Dan, gue mau minta bantuan lo."
"hmmm apaan."
"bisa nggak lo cari tau dimana raline sekarang? Tapi ini rahasia antara kita aja."
"Hmmmm gue suka nih yang rahasia-rahasiaan."
"jadi lo mau nggak?."
"ya pasti lah, lo bisa andalin gue."




.
.
.
Assalamualaikum pakabar kalian semua
Maaf baru publish lagi setelah sekian lama. Gara-gara lagi sibuk kuliah makanya jadi lupa publis mulu.
Maaf part ini pendek. Nanti deh di part selanjutnya dipanjangin.
Makasih udah baca
Luv U readers

Dia adalah RALINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang