Pilihan 2

303 9 0
                                    

Flashback

"Selamat datang, ada yang bisa saya bantu?."
Jawab receptionist dengan ramah saat seorang wanita mendekat tepat dihadapannya.
"boleh saya bertemu dengan tuan Yusuf?."
"Apa anda sudah membuat janji sebelumnya?."
"belum, tapi ini penting." jawabnya angkuh.
"kalau begitu saya konfirmasi dulu dengan beliau."
Receptionist itu terlihat menelepon. Sedangkan wanita dengan gaya modis kacamata hitam misterius ini diam saja sambil menyimak percakapan receptionist tadi.

"Anda boleh menemui beliau, mari saya antar."

Mereka kemudian menuju lift lantai 5 tepatnya. Didalam ruangan tersebut pria paruh baya dengan setelan jas duduk dengan damai ditemani berkas-berkas dihadapannya.

"ada perlu apa?" tanya pria paruh baya tadi yang bernama yusuf sambil memakai kacamata.
"perkenalkan saya Bianca." sahut perempuan tadi sambil mengulurkan tangan.
"silahkan duduk."
"ohh nggak usah, saya nggak bakalan lama kok." ujarnya masih dengan wajah angkuhnya.
"saya cuma mau bahas tentang anak tuan. Apa tuan tau apa yang sudah anak tuan perbuat?."
Yusuf mengangkat sebelah alisnya bingung.
"maksud anda apa yah? Maaf kalau ini tidak penting, anda boleh keluar. Saya sedang si..
"pastiii anda bakalan kaget banget kalau tau perbuatan anak kebanggaan anda itu."
"Jangan bercanda! Jangan buat saya menebak-nebak, katakan saja secara langsung." tutur ayah satu anak ini dengan meninggikan suaranya.

Bianca tersenyum sambil memberikan sebuah amplop kepadanya.
Spontan ia terkejut dengan isi amplop itu. Beberapa lembar foto rey dengan seorang wanita disuatu hotel.
"Apa-apaan ini?! Apa maksud kamu?."
"hmmm gampang kok.. Aku bisa aja jatuhin nama perusahaan kalian dengan mudah. Tapi aku kasian sama kalian, soalnya aku ini terlalu baik dan murah hati... Jadi aku mau, anda turutin apa yang aku mau."
Jelas bianca menantang.

~

"Haii Ra... "
"eh Kak Bianca."
"Boleh duduk bareng nggak?."
Raline sedang makan disalah satu restoran cepat saji. Suasana ramai membuat Raline agak tidak nyaman. Sendirian seperti biasa.
"boleh dong kak, duduk aja silahkan." jawab Raline ramah.
Bianca yang membawa senampan makanan lengkap dengan minumannya langsung saja duduk dimeja yang sama dengan Raline.
"sendirian aja Ra? Vivi mana?" Tanya Bianca sambil meminum minuman bersoda miliknya.
"Vivi lagi sibuk."
Bianca mengangguk-ngangguk.
"oh iya Ra, berita itu bener yah? Kamu ada hubungan sama ceo itu?"
Tanya Bianca.
"ehm nggak kok, cuma kenalan aja."
"masa cuma kenalan terus peluk-pelukan gitu..." Bianca makin mengintimidasi.
Raline tau bianca ini sejak awal bertemu dengannya memang menunjukkan sikap tidak suka padanya. Walaupun ia selalu tidak peduli dan tetap menghargai Bianca sebagai seniornya. Pernah saat pemotretan, Bianca merobek baju desainer yang lumayan mahal. Kemudian dia menyalahkan Raline yang sama sekali tak tau apa-apa. Dan kelakuan buruk lainnya. Raline tidak masalah, yang pastinya ia masih tetap menjaga sikapnya dengan baik walaupun ia tak tau letak salahnya dimana sehingga Bianca memperlakukan dirinya dengan buruk.

"udah lama nggak ketemu makanya aku kangen jadi aku peluk." jawab Raline berbohong.
"ouhhh gitu, katanya dia itu orang kaya loh Ra. Kamu tau nggak? Dia itu pewaris.."
Raline memilih diam.
"kamu suka yah sama dia... Orangnya ganteng loh Ra."
"kalian udah berapa lama kenal sih?. "
"ketemu pertama kalinya tuh dimana?."
Bianca tak hentinya berbicara, menanyakan ini itu.
"maaf yah kak, aku pamit duluan." Raline sudah menenteng tas ransel yang ia bawa. Kemudian baru saja ia beranjak dari duduknya.
"..atauu dia bukan cuma sekedar kenalan aja?" Sahut Bianca tiba-tiba dengan seringai jahatnya.
Raline bagaikan membeku, terkejut dengan perkataan Bianca. Apa dia tau?
Selang 1 detik 2 detik 3 detik
Bianca kemudian tertawa. "Apaan sih muka kamu tuh tegang banget. Udahlah aku becanda doang. Jangan diambil hati. Oh iya katanya kamu mau pergi. Hati-hati yah."

Ada yang aneh.

~

"Terima kasih atas kedatangan Bapak Pram, Ibu Dian dan juga putrinya." Sahut Papi menyambut kedatangan Om Pram.

Aku hanya tersenyum singkat pada Om Pram dan istrinya. Acara perjodohan ini benar-benar tidak pernah aku pikirkan. Kenapa Papi tiba-tiba saja mengambil keputusan yang kekanakan seperti ini. Apa karena foto itu atau karena gosip yang beredar. Aku sungguh frustasi, tapi aku tetap akan menuruti Papi walaupun dalam keadaan terpaksa.
Ahh disaat seperti ini aku masih saja tetap memikirkan Raline. Apa aku mulai membuka hatiku untuknya? Entahlah.

"Wahhh Rey tambah ganteng yah sekarang." Sahut Istri Om Pram, tante Dian.
"bisa aja. Eh katanya Friska baru pulang dari California yah?." Tanya Mami.
Friska, perempuan berambut panjang cokelat dihadapanku ini langsung tersenyum. Iya, dia anak kedua Om Pram. Setauku Om Pram memiliki 3 anak, yang pertama bernama Fero kami cukup dekat karena urusan bisnis, yang kedua ini namanya Friska yang sedang duduk didepanku dan yang terakhir bernama Freya dia masih kuliah Australia. Aku akui Friska ini memiliki wajah yang cantik, sopan dan juga ramah. Aneh rasanya kalau lelaki normal sepertiku tidak jatuh hati pada pandangan pertama pada seorang Friska. Tapi tetap saja aku masih memikirkan Raline lagi dan lagi.

"jadi maksud kami mengundang bapak dan ibu kemari dalam jamuan makan malam ini yaitu untuk menyambung tali silaturrahmi keluarga kita. Saya dan Pram sudah sepakat untuk menjodohkan Rey dan juga Friska." jelas papi.

Berbeda dengan ekspresi bahagia dari tante dian, Mami seketika menatapku heran. Ada apa ini apa mami sendiri tidak tau?

"Tapi saya juga tidak memaksakan anak-anak, saya berharap mereka saling kenal dulu. Tidak ada salahnya kan, saya juga tidak ingin terlalu terburu-buru." tambah Om pram.

Aku sudah mengenal om pram sejak kecil. Dia lelaki yang baik dan juga bijak. Beliau sudah bersahabat lama dengan papi. Papi bilang mereka berdua bersahabat sejak masa SMA. Om pram juga pribadi yang baik. Aku takut mengecewakan kedua lelaki ini. Tapi aku jujur sangat menolak perjodohan ini.

Acara makan malam telah usai. Para orangtua kami ini masih sibuk berbincang-bincang.
Sedangkan aku masih sibuk mengutak-ngatik handphone melihat jadwal besok dikantor.
"hey, kamu sibuk yah?." Tanya Friska.
"oh nggak kok."
"aku mau bicara sama kamu, tapi nggak disini."
Aku langsung mengerti arah pembicaraan Friska. Aku membawanya kebelakang rumah didekat kolam kami duduk disebuah gazebo yang dibawahnya ada banyak ikan. Friska diam beberapa saat menatap kolam yang memancarkan cahaya biru dari lampu yang menerangi disetiap sudutnya.

"maaf." sahutku, Friska langsung beralih menatapku.
"kamu pasti keberatan dengan perjodohan ini." tambahku lagi.
Friska tersenyum dan melipat tangannya.
"Ya pastilah... Aku tau ini cuma akal-akalan ayah doang. Lagipula, kamu banyak nongol diTv yah.. Kayak artis aja." Friska tertawa.
"Aku masih muda, aku belum mau terikat apalagi sama seseorang yang masih punya hubungan dengan orang lain." jelas Friska sambil menatapku.
"Tapi aku nggak mau mengecewakan Ayah. Kamu pasti sudah mengenal baik ayahku kan.. Jadi daripada terlambat, mulai dari sekarang kamu putuskan kamu lupakan perempuan itu dan melanjutkan perjodohan ini atau kamu langsung menolak dengan baik-baik."
Aku tak berhenti menatap Friska dengan semua penjelasannya.

"CIEEEEE LAGI PACARAN YAH!."
Aku langsung mengedarkan pandangan ku. Astagaa, apa mereka ada disana sejak tadi.
Friska tersenyum.
"nggak kok Bun, cuma ngobrol aja." jawab Friska kemudian beranjak dari duduknya. Setelah ia turun dari gazebo. Ia mendekat kearahku.
"Aku bukan perempuan yang jahat. Aku nggak mau ada hati yang kecewa diluar sana. Jelaskan sama dia." tuturnya sambil menepuk pundakku.

Aku merasa jadi lelaki terjahat saat ini.

.
.
.
Assalamualaikum
Heyy readers.. Makasih udah baca yah. jangan lupa komen kritik dan saran juga vote yang banyak.
Syukron.

Dia adalah RALINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang