"Hey Ra!. Come on, hurry up!."
Suara yang bising dari arah panggung membuat kami agak menaikkan volume suara. Aku berlari mengambil posisi dengan model lainnya. Semua tampak sibuk, menampilkan performa terbaik mereka. Para perancang busana tampak sibuk berlarian mengecek penampilan para model mereka. Panitia pelaksana event ini juga tidak kalah sibuknya, para model yang bergiliran berjalan mantap diatas panggung catwalk. Para tamu undangan sudah duduk teratur ditempatnya, meneliti, menilai, mengapresiasi hasil karya para desainer.Saat ini dibelakang panggung aku berdiri dibelakang teman-teman sesama model juga seniorku untuk menunggu perintah berjalan diatas catwalk agar lebih tertib dan terarah saat dipanggung.
Saat ini juga aku mengenakan semacam baju kulot bernuansa hitam putih yang khas dengan sendal kulit senada, rambutku digerai dengan make up seadanya yang menonjolkan highlight emas nya.
Dihadapanku sekarang Leo tak hentinya menggodaku, selalu saja jail walaupun sekarang dalam situasi sedang serius."Leo bisa diem nggak."
"I can't." jawabnya sambil menjulurkan lidah.
Alhasil para model yang lain tertawa karenanya. Memang sudah banyak yang tau aku dan leo ini sering sekali bertengkar. Bahkan mereka bilang kalau Leo nggak jahilin aku dalam sehari itu bakalan aneh banget. Kayak bakso tampa kuah dan kayak batagor tanpa saus kacang. Apaan sih."ok guy's, siap-siap yah!."
Kalimat itu mungkin semacam sihir bagi kami. Saat itu diucapkan, kami yang sedari tadi masih main-main nggak jelas ketawa-ketiwi dan berisik. Auto silent dan pasang mode cool dan ekspresi cetar tentunya.
Selang beberapa detik, kami diperbolehkan berjalan diatas panggung. Kebetulan acara yang sedang berlangsung sekarang adalah Jakarta Fashion Week yang tentunya banyak orang yang sudah tunggu dari jauh hari. Dan sekarang, orang-orang memenuhi tempat ini. Kilatan cahaya flash dari berbagai kamera ada banyak sekali. Aku memandang lurus dan berjalan tegap menampilkan yang terbaik yang aku bisa.Dan saat berjalan berbalik arah menuju belakang panggung.
"Raline.. You look great!."
Aku berbalik menatap sumber suara itu.
"Rey.."
Dia tersenyum padaku.
Aku tetap melanjutkan langkahku sampai kebelakang panggung. Disana para penata busana sudah bersiap dengan baju kedua mereka.
"Ra! Are you okay?! Kok bengong?."
Aku langsung menggelengkan kepalaku dan tersenyum. Aku masih tidak percaya Rey benar-benar datang.
"Ayo cepet ganti baju!."~
Aku membolak-balikkan tiket yang diberikan Raline padaku. Bingung, mau datang apa nggak.
"Kenapa nih Pak Bos?." Tanya Jefri yang memasuki ruanganku tanpa mengetuk.
"Kalau masuk tuh ketok pintu dulu."
"Sorry, lupa. Tiket apa tuh?."
"Raline, dia ngajak buat ikut nonton acara fashion show gitu."
"cieee kayaknya lo makin dekat aja sama dia."
Aku menggaruk tengkukku.
"yahh beberapa kali kami nggak sengaja ketemu sih, terus ngobrol dan bla bla bla."
Jefri tersenyum.
"udahlah Rey, mungkin dia jodoh lo. Cuman waktu dan penempatan situasinya aja yang kurang tepat waktu kalian pertama ketemu."
"gue nggak tau kalau soal jodoh, tapi... " entahlah ada sesuatu yang mengganjal dihatiku dan aku sulit mengungkapkannya juga aku bingung ini apa.
Aku kembali menatap tiket itu.
"ck udahlah datang aja, susah amat. Itung-itung kamu semangatin dia."
Aku berpikir sejenak.
"je, lo dulu ngerasain apa waktu jatuh cinta sama Adila."
"elahh tiba-tiba nanya cinta lo bujank... Gimana yah, gue kenal Adila waktu masih dipesantren dulu. Biasa lah bocah cinta monyet. Liatin dia aja langsung senyum-senyum. Tapi yang gue rasain bener-bener itu yah pas udah jadi suami istri, gue makin cinta sama Dila. Yah walaupun dia doyan ngomel." jelas Jefri sambil cengar-cengir.
"idihhh."
"yeeeeee daripada lo JOUMBLOO!"
Tertohok kenyataan.~
Fashion show telah usai, aku melakukan wawancara singkat dengan beberapa media. Event ini berjalan lancar dan sukses. Fashion show kali ini juga ada yang berbeda, ada seseorang ditengah kerumunan manusia asing yang sebelumnya aku benci menatap penonton kali ini ada yang selalu setia melempar senyum saat aku berjalan diatas panggung. Aku senang tentunya, belum pernah ada satu orang pun yang menyaksikan aku dalam pekerjaan ku yang melelahkan ini, hanya sekedar tersenyum dan bertepuk tangan padaku. Itu sungguh sangat manis.
Setelah usai wawancara, aku berlari kearah kerumunan penonton, media, para model dan orang-orang yang memenuhi ruangan ini. Ada banyak sekali orang, aku mencari dia. Dia tidak terlihat, orang-orang terlalu banyak dan sulit melihatnya ditengah kerumunan. Aku mengangkat gaun merah yang kukenakan karena panjangnya yang menjuntai sampai menyentuh lantai. Aku masih sibuk mengedarkan pandanganku. Dia tidak ada. Apa dia sudah pulang? Aku belum menyapanya, aku belum berterima kasih padanya. Aku berjalan kesana kemari, bahkan aku sudah tidak bisa menghitung berapa banyak orang yang bertubrukan denganku. Aku mengabaikan semua orang yang meminta tanda tanganku, meminta berfoto. Aku hanya fokus mencarinya.
"Ohh high heels ini bener-bener!."
Aku melepaskan high heels yang memperlambat langkahku. Aku menentengnya, setengah berlari. Dia dimana?!"Ra.."
Aku langsung berbalik.
"Rey!."
Rey menaikkan sebelah alisnya bingung, menatapku yang sangat kacau.
Dan entah kenapa aku tiba-tiba saja memeluknya. Tenggelam dalam pelukannya, merasakan rasa aman dan nyaman yang pertama kali kurasakan setelah sekian lama. Sekarang aku tidak peduli lagi dengan kata orang-orang.
Aku ingin dia
Aku ingin dia!~
Acaranya sudah selesai. Ternyata keren juga event kayak gini. Apalagi Raline tadi keren banget, profesional banget dia jadi model. Nggak kalah sama model yang lain. Aku berjalan menuju belakang panggung. Membawa sebuket bunga tulip untuk Raline.
"Maaf permisi, apa saya boleh bertemu dengan Raline?"
"oh Raline kayaknya masih wawancara didepan."
"ok, makasih yah."Oh itu dia, dia sedang sibuk berlarian kesana kemari. Lagi ngapain dia? Aku menahan tawaku saat melihatnya menabrak orang dan tak hentinya meminta maaf. Kemudian ia melepaskan heels nya dan kembali celingak-celinguk lagi. Ngapain sih dia? Tak hentinya aku memperhatikan dia yang tampak lucu bagiku. Gaunnya yang panjang tampak merepotkan, ia selalu saja mengangkatnya dengan gusar dan merutuki gaunnya.
Aku berjalan kearahnya. Dia yang masih sibuk seakan mencari sesuatu. Aku memanggilnya dari balik punggungnya. Ia berbalik sambil memanggil namaku. Dia kenapa?
Ekspresinya membuatku gemas, dia lucu sekali. Dia tampak kacau, bahkan anak rambutnya sudah basah dengan keringat.
Dia menatapku intens, anak ini kenapa sih? Seperti baru melihatku saja.
Tiba-tiba ia menjatuhkan heelsnya dari genggamannya dan langsung memelukku.Orang-orang yang masih ramai memenuhi ruangan ini beralih bersorak riuh kepadaku. Kami jadi bahan perhatian orang-orang, bahkan semua orang yang ada mengambil foto kami berdua. Ya Allah malu banget gue.
"Jangan kemana-mana. Jangan tinggalin aku sendiri."
Sahut Raline yang mengeratkan pelukannya.Aku mengelus puncak kepalanya. Kamera tak hentinya menyoroti kami. Bahkan wartawan mulai melemparkan banyak pertanyaan padaku. Suasana makin keruh saja. Aku melepaskan pelukan Raline.
Raline yang kaget menatapku sedih. Aku menggenggam tangannya.
"Kita pergi darisini."
Aku membawanya keluar dari kerumunan ini.Aku juga tidak tau apa yang ada dikepalaku. Raline yang tiba-tiba memelukku, membuat otakku koslet.
.
.
.
Assalamualaikum
Holaa
Menurut kalian kapal kita ini bakalan berlabuh nggak sih? 😂
Jangan lupa vote komen kritik dan saran yah
Makasih
Syukron
KAMU SEDANG MEMBACA
Dia adalah RALINE
Romance_A new part of~'Jodoh Aisyah' "Ketika dia yang datang seakan merubah hidupku memberikanku secercah kebahagiaan dan juga cinta." -Raline. Raline seorang model terkenal dan Rey seorang CEO yang menjalin hubungan yang tidak pernah mereka bayangkan se...