Pilihan

268 8 0
                                    

Aku jadi bahan perbincangan lagi.
Tapi kali ini beda, wajahku dengan jelas terlihat dilayar televisi. Bahkan kata Jefri dikantor sekarang wartawan tengah ramai-ramainya. Usai insiden kemarin, aku mulai banyak diincar media. Mereka bahkan mencari tahu profile ku dengan sangat rinci. Kepalaku pening sejak kemarin, Jefri menyarankan ku agar dirumah saja untuk saat ini. Aku jadi malas menonton tv aku juga malas membuka sosial media. Yang ada sekarang aku cuma duduk mengenaskan sambil mengurut kepalaku.

"REYYYYYYY!" teriakan mami yang menggema spontan mengagetkanku.
Aku menatap mami bingung. Hari ini mami baru pulang dari malaysia, sekitar dua hari tepatnya. ia mengatakan padaku ada acara reuni dengan teman sesama dokter nya.
Dengan napas yang masih memburu. Mami duduk disampingku dengan tatapan tajam andalannya.
Aku bisa menebak, dia pasti sudah melihat berita gosip tentangku.
"KENAPA KAMU NGGAK BILANG!"
"maaf mi, rey bisa...
Tiba-tiba mami memelukku. Kemudian menatapku sambil cengengesan. Ada apa sih?!
"kamu kenapa nggak bilang sekarang udah punya pacar? Kok nggak dikenalin ke mami sih! Jahat kamu, eh dia artis yah? Orangnya gimana? Kalau mami liat di tv orangnya cantik banget ihhh! Bawa kerumah donggg yahh yahhh." rengek mami.
Aku menghela napas.
"bukan pacar mi." jawabku pelan.
"terus kenapa mesra gitu! Peluk peluk, gandengan tangan segala!?."
"nggak tau mi."
"kok nggak tau? Owhh masih pdkt yah?."
"nggak tau mi."
"iiiiihhhhhh kok nggak tau mulu! Ini anak bujang satu kok ngeselin banget sih! Yah kamu tembak aja kali kalau kamu suka." mami makin gemes denganku.
"anak orang nanti mati kalau aku tembak."
"MAMI LAGI SERIUS REY! Jangan becanda."
"rey juga lagi serius, siapa yang becanda?."
Mami menatapku sambil memicingkan matanya.
"POKOKNYA kamu harus bawa dia kerumah, mami mau kenalan. Nggak ada bantahan, nggak ada penolakan, hukumnya wajib, TITIK!." Mami meninggalkanku yang sama sekali tak bisa menyanggah perkataannya.
"oh satu lagi, minggu ini kamu ajak dia kerumah."

Oh mami... andai aja mami tau aku juga bingung hubungan apa yang terjalin antara aku dan raline.
Dan KENAPA SIH MAMI NGEBET BANGET AJAK RALINE KERUMAH!? Kan gue bingung harus ngomong apa ke raline. Ah pusing gue.

"Rey." Sahut papi dari balik punggungku.
"Ke ruangan kerja papi. Papi mau bicara sama kamu." Papi berjalan pergi menaiki satu-persatu tangga.
aku harus menyiapkan alasan yang kuat untuk papi. Dari raut wajahnya saja menandakan ketidaksukaan.

~

"raline raline raline... Apa yang kamu buat kali ini tuh aduhhh aku pusing deh!." Vivi sedari tadi tak hentinya menceramahi ku.
"maaf Vi jadi buat kamu repot dan pusing kayak gini. Tapi aku nggak tau, aku ngerasa kehilangan kalau dia jauh-jauh sama aku."
Vivi menatapku dengan berkacak pinggang.
"kamu suka sama dia?!." tanya vivi mengintimidasi.
Aku diam, bingung mau menjawab apa.
"diam aku anggap iya. Tapi apa dia juga suka sama kamu? Aku takut dia itu cuma laki-laki brengsek yang manfaatin kamu aja."
"aku yakin dia baik kok Vi."
"jangan menyimpulkan sesuatu yang belum kamu tau dengan jelas. Udah berapa lama kamu kenal sama dia?"
Aku kembali diam.
"belum lama kan Ra! Apalagi inget kejadian kemarin yang arghhhh lupain. Apa kamu nggak belajar dari pengalaman Ra!"
Diam
Diam
Dan
Diam
Semua yang vivi katakan benar. Aku tidak bisa membantahnya sama sekali. Aku juga menyalahkan diriku yang dengan mudahnya luluh begitu saja. Ada apa denganmu Ra? Kenapa kamu mudah banget jatuh hati?

Vivi duduk dihadapanku masih menatapku intens. Vivi kalau sedang marah mengerikan sekali. Dia bahkan tidak segan untuk membentakku. Aku hanya pasrah dan diam saja. Aku cukup banyak merepotkan dirinya. Dan sekarang aku menambah satu masalah lagi.
Dia melepaskan kacamatanya dan mengurut batang hidungnya.
"Ra.. "
Aku mendongakkan kepalaku menatapnya.
"jangan temui laki-laki itu lagi."
Kenapa? Lirihku dalam hati.

~

"ada apa Pi?."
Papi yang sudah duduk dikursi kerjanya menatapku sekilas.
"apa hubungan kamu sama perempuan itu?."
Sudah kuduga papi akan menanyakan ini. Berbeda dengan tanggapan positif dan menyenangkan dari mami, papi seakan tidak suka dan membenci Raline.
"aku juga masih bingung dengan hubungan ku dan Raline itu disebut apa, aku bingung mau jelasin apa ke papi." jawabku yang memang sejujurnya.
"owh, .... jadi apa ini bisa menjelaskan semua kebingungan kamu?." jawab papi sambil melemparkan beberapa foto diatas mejanya.
Sontak aku terkejut dengan apa yang kulihat.
"pa papi dapat darimana foto ini?."
"kamu nggak usah tanya papi dapat darimana. Sebenarnya papi sudah tau sejak lama. Tapi papi nggak percaya dengan semua foto nggak jelas ini dan lebih percaya kepada putra papi. Tapi lihat berita yang ada di tv, papi makin percaya dengan semua hal bodoh yang kamu ternyata lakukan. Apa kamu anggap ini main-main rey? Ini bahaya banget kalau sampai orang lain tau, jabatan kamu bisa terancam, perusahaan kita juga, belum lagi nama keluarga kita, kamu mau tanggung resikonya?. Papi sudah sangat percaya kalau kamu sudah berubah. Jadi anak yang papi banggakan. Tapi kenapa kamu ulangi lagi kelakukan kamu yang dulu. Yang selalu buat papi tidak habis pikir dan marah sampai keubun-ubun. Rey papi sudah berharap banyak sama kamu. Tap..

"Papi, rey minta maaf kalau buat papi kecewa. Rey jujur apa yang ada difoto itu semua benar. Sekali lagi Rey bener-bener minta maaf."

"terus...

Aku menatap Papi dengan manik matanya yang sangat tergambar jelas adanya kemarahan besar disana.

"oke kamu minta maaf. Papi maafin, tapi apa maaf bisa menyelesaikan semuanya?." tanya papi dengan ekspresi datarnya.

Aku diam, mengacak rambutku gusar.
"Papi tau kamu sering ketemu sama perempuan itu."
"Kenapa? Kamu suka sama dia?."

Aku menatap papi tak percaya. Apa selama ini papi bayar orang untuk mata-mata in gue?

"KALAU IYA KENAPA? Apa papi bayar orang buat ngikutin aku selama ini? Apa papi masih belum percaya sama aku? Aku bukan lagi anak-anak! Jadi stop atur hidup aku Pi!."

Senyum singkat mengembangkan diwajah papi sesaat. Walaupun papi sudah berumur, tapi aku akui papi masih saja terlihat awet muda. Namun, karena sifatnya tang terlalu pemaksa dan pengatur membuat ku kadang risih dan jengkel karenanya.

"Papi sebenarnya bicara sama kamu sekarang ini karena papi mau maksud baik buat hapus semua berita buruk tentang kamu dimedia. Apalagi soal foto ini, papi yakin nggak lama lagi semua ini bakalan kebongkar. Apalagi kalau mami kamu tau, kamu nggak mau kan dicap laki-laki nakal lagi."

"Papi maunya apa sih!" Jujur aku tidak tahan lagi.

"Tinggalkan perempuan itu, jangan temui dia lagi, kamu harus bicara didepan media bahwa kalian cuma teman biasa aja. Dan satu lagi besok kita bakalan ketemu sama keluarga Pram. Papi mau jodohin kamu sama anaknya."

"Apa!?."


.
.
.
Assalamualaikum
Haloo
🤦‍♀ribet amat dahhhhhh
Makasih yah udah baca jangan lupa vote komen kritik dan saran yah...
Love you.
Syukron

Dia adalah RALINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang