Sisi

165 11 0
                                    

"My beautiful daughter. Stay healthy and don't get sick. I love you."
Kalimat yang selalu daddy ucapkan sambil mengecup kening ku. Kenapa sih mereka punya umur pendek banget, dan ninggalin aku sendiri.

Raline duduk ditepi pantai beralaskan kain selendang yang ia bawa. Menikmati matahari yang kian menghilang menyisakan cahaya jingga kelam dilangit.
Leo dan Vivi belum pulang. Entah mereka kemana saja seharian ini meninggalkan seorang perempuan malang sendirian. Yang sayangnya tak pandai memasak dan sedang kelaparan. Raline kemudian keluar dan mencari sesuatu yang bisa mengenyangkan perutnya. Sambil jalan-jalan nostalgia menikmati bali kota lahirnya. Ia senang bali punya banyak tempat makan yang semuanya enak. Perutnya kenyang, namun ia malas pulang kembali ke rumah.

Ia duduk sendiri ditepi pantai. Memandang laut dengan gelombang tenangnya, langit dengan pancaran jingga mentari, angin yang berhembus tenang, suara bahagia disekelilingnya. Kata orang ke bali tanpa ke pantainya itu sama sekali tidak asik. Tapi Raline benci pantai apalagi lautan.

Namun kali ini dan esok, atau mungkin selamanya. Ia akan belajar melepaskan semua kebenciannya. Merelakan tanpa harus menanam rasa benci dan marah.

*

"Eh raline mana?." Tanya Leo.
"nggak tau, mungkin lagi keluar. Nggak papa dia nggak bakalan kesasar." Jawab Vivi sambil duduk ditepi kolam.
"Eh loe belum cerita yang tadi!."
"Yang tadi yang mana?."
"yang itu, orang tuanya Raline yang meninggal. Gue penasaran tau!." Leo gusar.
"Oh, tapi apa gue harus cerita? Nggak ah gue nggak enak."
"Harus! Loe harus cerita."
"Ok! Gue ceritain."

*

Flashback
Ayah Raline adalah seorang pengusaha dari Denmark yang menetap di Bali. Sedangkan ibunya orang Indonesia. Raline punya adik kecil laki-laki. Mereka ber-empat hidup bahagia. Mungkin tidak ada kekurangan dalam hidup mereka. Kasih sayang satu sama lain sangat erat, mereka saling mencintai sebagai keluarga dan mereka tidak pernah kekurangan apapun. Ayah Raline sangat penyayang begitu juga Ibunya. Tetapi karena kewajiban Ayah Raline, ia harus bolak-balik Denmark dan Bali karena bisnis. Mereka jadi jarang bertemu. Sampai satu waktu Ayah Raline pulang dan mereka pergi berlibur.

"Ra, tasnya udah diisi?."
"Udah Mom." Jawab Raline kecil.
"Daddy, kenapa kita liburan harus naik kapal. Raline males ah, nggak suka."
"Kenapa, naik kapal seru kok. Kita bisa liat laut yang indah."
"I don't want to go, Dad."
"Raline nggak boleh ngomong gitu." Ibu Raline menenangkannya.
"Kalau adek, seneng nggak liburan?."
"Seneng dong!."

Liburan mereka diisi dengan berlayar kapal feri mewah bak hotel bintang 5.

*

"Tunggu-tunggu, jangan bilang kapalnya tenggelam." Jelas Leo.
"Iya emang bener."
"Hah! Serius!."
"Mereka seharusnya berlayar sampai 5 hari, tapi sayang cuma sampai 2 hari karena tiba-tiba ada masalah dengan kapalnya. gue nggak tau masalah apa. Tapi yang pastinya mereka tenggelam. Orang tua dan adik Raline ikut jadi korban."
"Kenapa Raline bisa selamat?."
"mungkin itu takdirnya. Dia beruntung bisa selamat dan bisa hidup sampai sekarang. Tapi yang ada, dia sekarang kesepian. Raline bilang dia diselamatkan sama tim sar. Setelah kecelakaan itu, dia juga sempat tinggal di panti. Sampai om dan tantenya yang dari Denmark datang buat adopsi dia."
"Terus loe, kenapa bisa kenal sama Raline?."
"Gue ketemu dia di Bali. Waktu itu gue liburan bareng temen-temen. Lo kan tau gue udah lama didunia per-modelan ini. Gue jalan-jalan dan ketemu Raline yang masih berumur 16 tahun waktu itu. Anaknya cantik, tinggi, gue liat dia berbakat. Makanya waktu itu gue langsung tawarin dia buat ikut latihan modeling. Lagian waktu itu, kita butuh talent anak kecil."
"Dia langsung terima?."
"Nggaklah, butuh waktu lama buat dia mau. Karena harus dapat izin dari om sama tante bule nya itu. Sampai dia setuju dan jadilah Raline yang sekarang."
"Gue nggak tau, cerita Raline semenyedihkan itu. Jadi, mayat orang tua dan adik Raline ditemuin?. "
"Gue nggak tau, tapi gara-gara itu Raline males kepantai. Raline benci lautan, apalagi pulang ke Bali itu yang paling Raline benci."
"Terus kenapa dia kesini kalau dia nggak suka?."
"Nggak tau alasan jelasnya apa. Tapi gue yakin, dia rindu dan pengen buang jauh-jauh rasa bencinya."

*

"Aku pulangg.. Nih aku bawa makanan. "
"Tau aja kalau kita lagi laper."
"Kemana aja Ra?."
"jalan-jalan."

Setiap orang punya rahasia masing-masing.

Dia adalah RALINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang