POV Carly...
Aku mendudukkan pantatku di atas sofa berwarna coklat tua yang terlihat senada dengan rak-rak buku besar milik pria tampan itu, sambil membaca novel dengan judul yang tidak aku ketahui dan kuambil secara acak di rak buku milik Jordan, beberapa kali aku melirik kearah pria itu dan tampaknya Jordan benar-benar sangat fokus dengan tumpukan dokumen yang berada di atas meja kantornya bahkan ia sampai-sampai tidak menyadari jika aku sedari tadi terus memperhatikan gerak-gerinya.
"Apakah semua orang kaya yang bekerja di perusahaan elit akan melakukan pekerjaan ini semua?" tanyaku dalam hati dan aku mulai memperhatikan Jordan.
Sekarang ini pria itu sedang memegang pulpen mahal miliknya lalu ia mulai memberikan coretan demi coretan atau menandatangani berkas-berkas itu dengan wajah serius. Namun, aksi dari Jordan terus membuatku lelah sendiri bahkan aku sudah tidak tau berapa kali aku terus membuang nafas dengan kasar selama berada di dalam ruangan sebagus ini. Ya, aku memang akui ruangan ini sangat indah dan di tambah sentuhan-sentuhan seni yang indah tetapi entah mengapa aura yang terpancar di dalam ruangan ini lebih terasa seperti perpustakaan kota dan itu membuatku merasa kurang nyaman.
Rasanya sangat bosan, aku dari tadi hanya duduk manis sambil membaca novel ini. Aku kembali melirik kearah Jordan dan tidak terasa dokumen-dokumen itu sudah selesai ia tanda tangani, aku memperhatikan Jordan yang mulai meregangkan otot-otot lengannya dan ia sesekali memijat pelipisnya sambil mengusap wajah tampannya itu dengan kasar. Bisa di lihat dari mana pun pria itu memang terlihat sangat kelelahan.
"Mau aku buatkan teh?" tanyaku sambil meletakkan novel yang kubaca tadi di atas meja.
"Tidak perlu..." jawabnya singkat.
"Bagaimana dengan kopi?"" tawarku sambil berjalan mendekati meja kerja Jordan dan saat sampai di depan pria itu bisa aku lihat ia tersenyum tipis.
"Tidak usah, apa kau bisa memijat pundakku?" tanyanya dan dengan cepat aku langsung berjalan mendekati pundak pria itu, kuletakkan kedua tanganku di pundak berotot miliknya. Ada rasa aneh yang menjalar keseluruh tubuhku seperti ada aliran listrik ringan yang menyengat permukaan kulitku, jantungku berdebar sangat kencang dan aku mulai memijat pundaknya dengan kekuatanku.
"Apa aku terlalu kuat?" tanyaku sambil memelankan pijatan di pundaknya.
"Tidak..." gumamnya singkat, sekitar sepuluh menit aku memijat pundaknya tiba-tiba saja tangan kananku di tarik oleh Jordan dan membuat tubuhku terduduk di atas pangkuan pria itu.
"Akhhh..." teriakku sambil mendorong dada pria tampan tidak tau diri di hadapanku ini.
Aroma maskulin dan hembusan nafas pria itu membuat diriku terlena apa lagi dari jarak sedekat ini aku bisa melihat dengan jelas wajah sempurna itu, aku yang sebagai seorang perempuan sampai merasa sangat iri karena wajah Jordan benar-benar putih bersih tanpa ada bekas jerawat atau bekas luka lainnya, selain itu pori-pori wajahnya sungguh kecil, di tambah hidung mancung dan bibir yang menggoda itu. Astaga, wajahku bahkan jauh dari kata mulus. Aku jadi tau mengerti sekarang mengapa orang kaya suka pergi kedokter atau tempat kecantikan lainnya, karena mereka ingin mendapatkan wajah serta tubuh yang indah.
"Kau sangat cantik..." gumam pria itu dan terdapat senyuman lebar di sana membuat wajahku memanas, bagaimana bisa pria itu terus-terusan memujiku. Rasanya aku ingin berteriak di telinga pria itu dan mengatakan jika wajahku jauh dari kalimat manis yang ia katakan barusan.
"Berhenti mengatakan itu..." gumamku lalu membuang pandanganku kearah lain, wajahku sudah tidak kuat lagi untuk melihat kearah pria di depanku ini.
"Aku tidak akan berhenti, aku akan terus mengatakan itu." tegas Jordan dan sepontan aku langsung menatapnya dengan raut wajah kesal.
"Boleh aku bertanya?" tiba-tiba saja ada sebuah pertanyaan yang terus berputar-putar di dalam pikiranku, awalnya aku tidak ingin bertanya kepada pria di depanku ini tetapi rasa penasaran membuatku ingin terus mengutarakan pertanyaan yang sudah lama aku simpan di dalam kepalaku.

KAMU SEDANG MEMBACA
Untouched Werewolves
Manusia Serigala"Kau tidak perlu menjelaskan semua hal baik tentang dirimu kepada orang yang membenci dan tidak menyukaimu, karena semua itu akan sia-sia." Suara guntur terdengar dengan sangat jelas dan rintik hujan masih terlihat membasahi semua yang ada di bawahn...