POV Carly…
Saat itu usiaku masih lima tahun, aku baru pertama kali mengendarai sepeda roda dua. Keseimbanganku perlahan memudar saat ban depan sepedaku melewati batu seukuran gempalan tangan orang dewasa, tubuh mungilku jatuh di atas tanah dengan luka di bagian lututku. Aku hanya bisa menangis saat itu lalu ayahku datang dan mengendongku lalu ia membawa tubuhku kedalam pelukan hangatnya, ayahku langsung berlari masuk kedalam rumah sederhana milik kami.
Tubuhku di dudukkannya di atas sofa sederhana yang selalu menemani hari-hariku, ayahku berjalan menuju kamarnya lalu ia membawa beberapa obat untuk mengobati lukaku. Beberapa kali aku meringis menahan rasa sakit tetapi dengan sabar ayahku terus berusaha menenangkanku, seorang wanita cantik berdiri di ambang pintu sambil tersenyum manis kearahku. Wanita cantik itu adalah ibuku, ia berjalan mendekatiku lalu berlutut tepat di depanku dan hebatnya tangisanku redah.
“Apa masih sakit sayang?” suara lembut khas ibuku selalu membuat tenang.
Aku menggelengkan kepalaku “Tidak, ayah sudah mengobatiku,” jawabku sambil tersenyum.
“Anak pintar, ibu akan membuatkan bubur kesukaanmu…” aku langsung berteriak kesenangan mendengar apa yang di katakana ibuku.
Aku berdiam diri di dalam ruang keluarga sambil menunggu ibuku selesai membuatkanku bubur, ayahku berada di luar sambil memperbaiki mobil tuanya. Aroma masakan yang begitu menggoda selera membuatku tersenyum lebar, aku berdiri untuk melihat ibuku. Dari sini aku bisa melihat ibuku sedang membelakangiku dan sepertinya ia terlihat sangat kerepotan, aku berniat untuk membantunya jadi dengan cepat aku mengambil mangkuk kecil untukku sendiri.
Aku meletakkan mangkukku di atas meja dan ibuku tersenyum sambil menatapku “Terima kasih sayang…” aku hanya tersenyum lebar menanggapi ucapan ibuku itu.
Sekarang aku duduk di atas meja makan sambil melahap bubur yang di buatkan oleh ibuku, beberapa kali ia membelai rambutku dan aku tersenyum kearahnya “Ibu mau?” tawarku sambil memberikannya sesendok bubur hasil karyanya.
Ibuku menggelengkan kepalanya dengan pelan “Tidak, ibu tidak lapar. Kau yang harus makan banyak agar cepat besar…” gumam ibuku dan aku langsung menganggukan kepalaku.
Tetapi kehangatan dan kebahagian yang aku rasakan saat itu tidak bertahan lama, semuanya berubah saat ibuku terbaring lemah di atas tempat tidur di salah satu rumah sakit, aku berdiri di ambang pintu dengan wajah sedih. Saat itu aku sadar ibuku tidak bisa lagi menemaniku di setiap langkah yang aku langkahkan, ibuku tidak bisa lagi melihatku tumbuh besar dan ibuku tidak bisa lagi berada di dekatku saat aku merasa takut.
Ibuku melihat kearahku dengan wajah pucat yang ia paksakan untuk membuat senyuman manis di wajahnya, aku berjalan mendekat kearahnya sambil memasang wajah sedih. Dokter yang berbicara kepada ibuku pergi entah kemana, ibuku memberikanku isyarat agar aku duduk di atas tempat tidurnya. Aku duduk dan ibuku membelai pipi kananku dengan air mata yang mengalir di sudut matanya.
“Ibu apa sangat sakit?” tanyaku dengan polos sambil ikut menangis karena melihat ibuku mengeluarkan air matanya.
“Tidak, ibu tidak kesakitan. Ibu hanya merasa sangat senang melihatmu berada di sini bersama dengan ibu,” suara merdu ibuku yang selalu aku dengar kini terganti dengan suara lemahnya.
“Ibu akan pergi kesuatu tempat dan jaraknya sangat jauh, berjanjilah kepada ibu untuk menjaga ayahmu. Jadilah perempuan hebat, pemberani dan baik kepada semua orang…” seru ibuku sambil memegang kedua tanganku dengan lembut.
“Kapan ibu akan pulang?” tanyaku sambil menatap kedua matanya.
“Ibu juga tidak tau kapan, yang jelas ibu akan berada di sana dalam waktu yang sangat lama. Kau adalah anak ibu yang kuat, jadi jangan pernah kecewakan ayahmu. Apa kau mau berjanji kepada ibu, nak?” tanya ibuku dengan suara yang semakin terdengar pelan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Untouched Werewolves
Werewolf"Kau tidak perlu menjelaskan semua hal baik tentang dirimu kepada orang yang membenci dan tidak menyukaimu, karena semua itu akan sia-sia." Suara guntur terdengar dengan sangat jelas dan rintik hujan masih terlihat membasahi semua yang ada di bawahn...