05

4.3K 372 12
                                    

POV Jordan...




Suasana meeting kali ini terlihat sama seperti biasa hanya saja sedari tadi aku sama sekali tidak konsen untuk menyerap semua yang di katakana oleh pria berkacamata tebal itu, berulang kali aku memainkan bolpoin pemberian ayahku dan pikiranku selalu melayang kepada seorang gadis yang sekarang ini berada di dalam kamar hotel milikku. Aku menghembuskan nafas gusar saat salah satu clien-ku melakukan sesi tanya jawab, aku benar-benar tidak menikmati meeting kali ini. Entah mengapa pikiranku selalu tertuju kepada gadis manusia itu, aku benar-benar mengkhawatirkan dirinya.

Berulang kali aku melirik kearah jam tanganku, yang masih menunjukkan pukul 10 pagi. Sepertinya meeting kali ini akan berjalan lama, kulihat Dary kembali mengajukan pertanyaan-pertanyaan sambil menimbang-nimbang jawaban dari pria berkacamata tebal yang menjabat sebagai Manager keuangan perusahaan Once Aieling.

"Harus sampai kapan lagi aku berada di sini?" aku membuka mulutku sambil memasang wajah datar.

Seketika semua orang yang berada di dalam ruangan ini langsung terdiam "Ma...maaf, tapi meeting kali ini sangat penting untuk membahas masalah keuangan ketika kita melakukan investasi di Negara tetangga." pria berkacamata itu terlihat gugup dan dia terlihat berulang kali memperbaiki kacamatanya yang longgar.

"Dary gantikan aku. Aku ada urusan yang lebih penting," aku langsung berdiri dan selama aku berjalan mereka semua hanya diam sambil menundukkan kepala mereka dalam-dalam.

Aku berjalan dengan santai keluar dari ruangan meeting dan beberapa kali ada karyawan yang menyapaku tetapi aku hanya diam tidak berminat membahas sapaan para bawahanku itu, bukannya sombong tapi aku males berlama-lama dengan mereka yang hanya mencari muka di depanku. Suara dering ponselku terdengar aku mengerutkan keningku saat melihat nomor tidak di kenal masuk kedalam ponselku "Hallo..." seruku dan terdengar suara seorang perempuan di seberang sana.

"A..apa tuan, yang menolongku tadi malam?" tanyanya dengan kalimat terputus-putus.

Aku tersenyum tipis "Iya..." jawabku singkat sambil menunggu kalimat yang akan gadis itu katakan lagi.

"A...aku i..ingin berterima kasih karena tuan sudah menolong saya. Tuan begitu baik kepada saya," Kembali aku tersenyum mendengar suara gadis itu dan sepertinya gadisku itu benar-benar gugup.

"Gadisku? Jordan jangan konyol, ingat tentang penyakit yang ada di dalam tubuhmu." suara dalam hatiku menyadarkanku dari angan-anganku.

"Tuan apa kau mendengarkanku?" tanya gadis itu yang sepertinya tadi dia menanyakan sebuah pertanyaan kepadaku.

"Aku mendengarkanmu, aku akan datang kesana sekitar 10 menit lagi. Tunggu aku," setelah itu aku langsung mematikan ponselku dan pintu lift terbuka, aku masuk kedalam lift yang kosong. Jelas saja kosong karena lift ini hanya di pakai khusus oleh para pertinggi di perusahan ayahku ini.

"Tunggu aku? yang benar saja. Omong kosong apa yang baru saja aku katakana, ahh.. Jordan kau memang bodoh," makiku sendiri sambil memikirkan omonganku tadi.

Lift terbuka dan aku langsung berjalan menuju pintu utama, banyak orang-orang yang berada di sini menatapku dengan raut wajah yang berbeda-beda, tetapi sebagian besar dari mereka menatapku dengan tatapan kagum mereka. Aku berjalan terus sampai di depan pintu utama, mobil kesayangaku sudah berada disana untuk menyambutku, dengan cepat aku masuk kedalam mobil lalu mengendarai mobilku menuju hotel.

Baru saja aku sampai di hotel aku sudah di kagetkan dengan suara seorang wanita yang berteriak memaki seseorang, namun yang membuatku tertarik untuk mendekat kearah kerumbunan itu adalah aroma menenangkan yang di miliki oleh perempuan semalam yang kuclam sebagai mateku itu. Kedua mataku membulat saat melihat gadisku itu terduduk menyedihkan sambil menundukkan kepalanya dalam-dalam, dengan kasar aku membela kerumbunan para manusia yang hanya menjadi penonton.

Untouched WerewolvesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang