2. Edaphic

5.1K 498 44
                                    

            Empat orang lelaki duduk berhadapan dengan empat gelas dan sebotol wine pekat di atas meja sembari sesekali melontarkan guyonan klasik khas lelaki dewasa. Mereka mengobrolkan seputar idol papan atas yang menjadi berita utama di dalam koran karena kasus narkoba dan prostitusi. Ataupun obrolan tentang artis wanita yang berpakaian sangat terbuka hingga menampilkan belahan-belahan yang menggoda.

             "Jadi, kapan kita akan mulai pemotretan?" Lelaki dengan rambut biru dengan anting yang tersemat di telinga kirinya terlihat berkedip, tangannya bergerak menyulut rokok untuk kemudian menghisapnya dalam-dalam hingga kabut kepulan asap menyebar di seluruh penjuru ruangan.

            "Bukankah kau sedang sibuk dengan tour dunia Park Jimin?"

             Lelaki dengan rambut biru yang di panggil Park Jimin hanya tertawa renyah sebelum menghisap kembali rokok yang berada di sela-sela dua jari. "Ya, tapi bukankah kita harus bersikap profesional?"

             Lelaki dengan rambut hitam di depan mengulum senyum asimetris pada sudut bibir. "Itu mudah, yang penting kita telah sepakat dan kau telah menandatangani kontrak."

             "Baiklah. Biar manajerku yang akan mengabarimu Kim Seok Jin."

             "Sure. Kalau begitu kami permisi dulu." Dua orang lelaki kemudian bangkit dan pergi dari ruangan itu kendati semua urusannya telah selesai.

             "Hyung. Kenapa tidak secepatnya saja kita adakan pemotretan?"

            "Tenang saja Myungsuk, aku tau apa yang harus dilakukan." Kim Seok Jin berjalan cepat, disusul Myungsuk di belakangnya. Mendadak Seokjin berbalik dan tangannya kini tengah sibuk mengeluarkan kunci mobil dari saku celana. "Ah benar. Kau boleh membawa mobilku. Aku ada urusan dengan Noona."

             Lelaki itu menyerahkan kunci mobil ke tangan besar Myungsuk seraya melirik jam sekilas dan membelalakkan mata sebelum berjalan cepat ke arah basemen, pasti Noona akan mengomel karena telah menunggunya selama hampir satu jam.

            Matilah dia.

            "Noona, kau sudah lama menunggu?" Dengan bodohnya pria itu menanyakan hal yang tidak seharusnya ditanyakan. Seokjin meringis dan menepuk bibirnya sendiri; berharap cemas menatap Noona dengan memasang ekspresi menggemaskan— berharap bahwa Noonanya tidak akan menerkam dan menjadikannya daging cincang saat ini juga.

             "Kau— dasar adik kurang ajar." Noona terlihat bersusah payah untuk menahan luapan emosi karena adiknya yang membuat darahnya mendidih.

            "Noona, maaf. Aku yang akan menyetir." 

            Seokjin hanya meringis dan menggigit bibir bawahnya, lalu bergegas menyalakan mesin mobil sebelum Noona bertambah kesal. Musik mengalun pelan, sebuah lagu sendu melesak ke dalam telinga masing-masing mengisi atmosfer kecanggungan diantara mereka. Dan pada detik itu juga raut wajah Seokjin berubah menjadi terluka— sudut matanya melirik sekilas ke perempuan di sebelah dan mendapati Noona sedang menatapnya.

            Tangan Noona dengan cepat bergerak mengganti lagu yang dirasa membuat adiknya memasang raut wajah tidak menyenangkan itu. Ekspresi terkejut terulas jelas di wajah Seokjin karena melihat reaksi Noona yang tiba-tiba.

            "Noona, aku tidak apa-apa." Seokjin memaksakan sebuah senyuman yang malah menjadikan wajahnya terasa hambar.

            "Kau, belum bisa melupakannya?"

           Seokjin hanya menatap jalanan di depannya dengan datar tanpa menjawab pertanyaan Noona. Aduan argumen antara hati dan otaknya yang menginginkan hal berlawanan membuatnya cukup kelabakan. Hatinya masih menginginkan gadis itu namun otaknya berpikir seperti 'sebaiknya lepaskan saja dia'.

PRICELESS | KSJ ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang