"Lupakan Taehyung, aku ingin dirimu malam ini."
***
Kim Hyera terhenyak— merasa bahwa benda kenyal dan lembut telah menempel sempurna pada bibirnya dengan tiba-tiba, terlampau lembut hingga Hyera tak sadar bahwa Seokjin telah memangkas habis jarak yang dia ciptakan, merengkuhnya ke dalam pelukan dan memagut kedua bibir mereka. Tanpa paksaan—tak banyak menuntut—hanya melumatnya lembut.
"Bisa tidak, kau tetap disisiku malam ini?" Seokjin kembali bertanya. Omong-omong, seluruh pertahanan yang telah Hyera buat runtuh seketika; pertahanan untuk tetap membenci lelaki itu saat ini, dan tentu saja pertahanan untuk tidak menangis—semuanya runtuh hingga menjadi puing-puing.
"Jika aku menjawab tidak?" Hyera masih saja bersusah payah untuk tak mengeluarkan air mata sialan yang kini menumpuk di kelopak mata. Dia tidak boleh menangis lagi di hadapan lelaki itu, bisa-bisa Seokjin akan benar-benar kembali mengambil hatinya jika dia terus menangis.
"Aku tidak ingin ada penolakan, Hye."
"Jangan memaksaku, Kim." Hyera acuh. Tidak seperti drama-drama yang pernah dia tonton, dimana patriarki masih terpatri utuh di sebuah rumah tangga harmonis; Hyera tidak ingin Seokjin lebih mendominasi dirinya, harusnya mereka sama-sama kuat, sama-sama hebat, tak ada yang lebih terampil dan menggagahi yang lain.
"Aku tidak memaksa, aku memohon."
Hyera menggigit bibir bawah, separuh hatinya ternyata ingin tetap tinggal. Wanita itu mencoba menjadi lebih kuat, mungkin efek dari janinnya yang memiliki sifat seperti Seokjin—tidak ingin mengalah, maka ibunya pun akan menuruti si jabang bayi. "Tapi Taehyung sudah menungguku."
"Aku akan menemuinya. Kau cukup duduk di sini saja." Seokjin menuntun Hyera dengan lembut. Seharusnya Hyera berkata 'tidak', namun rupanya sikap Seokjin cukup mampu untuk benar-benar melumpuhkan dinding pertahanannya. Si jabang bayi pun demikian, beralih untuk membela sang ayah—mungkin.
"Tidak usah, biar aku meneleponnya saja." Hyera menahan lengan Seokjin yang hendak beranjak—menatap lelaki itu dan mengeluarkan ponsel. Alih-alih duduk tenang dan mendengarkan istrinya menelepon, Seokjin dengan cukup lembut merebut benda pipih hitam itu dari tangan sang lawan.
"Taehyung, Ini aku. Hyera tidak jadi pergi, katanya dia sangat mencintaiku." Seokjin melirik dari sudut mata bagaimana ekspresi kekesalan terlihat jelas dari rona wajah wanita itu. Lelaki di seberang-pun sama saja, menjawab dengan hati setengah kecewa. Sedang Seokjin hanya tersenyum tipis dan mengembalikan benda pipih itu.
"Siapa bilang aku mencintaimu?"
"Tanpa bicarapun, aku tahu kau masih sangat mencintaiku. Jangan terus menyangkalnya. Lihat, bayi-ku pun setuju kalau ibunya sangat mencintai ayahnya."
Hyera hanya memberi Seokjin satu pukulan di lengan, di balas oleh satu kecupan pada kening, sepertinya Seokjin memang benar-benar berusaha untuk merebut kembali apa yang menjadi hak-nya.
"Jadi, kau memaafkanku?"
"Jangan harap."
"Aku benar-benar meminta maaf. Sungguh, Sheera yang berlari memelukku saat itu. Kau harus percaya bahwa aku dan dia telah selesai—telah benar-benar selesai. Bahkan aku tidak lagi menyimpan nomornya." Seokjin pandai berbohong tentu saja, dia bahkan ingat benar bagaimana sebaris nomor itu melekat erat di otaknya, bahkan dengan mata terpejam, Seokjin dapat dengan mudah menuliskannya tanpa salah.
Namun Hyera lebih pintar, insting wanita memang terlampau tajam, "Kau menghapal nomornya dengan baik, Jin. Jangan menyangkalnya."
Seokjin terdiam, namun dia tidak berbohong ketika mengatakan bahwa dirinya dan Sheera telah benar-benar selesai, dia tidak berbohong, dan cukup jujur untuk mengatakan bahwa nomor wanita itu tidak lagi tersimpan di ponselnya—kan dia benar.
"Tapi, aku akan mencoba untuk memberimu kebebasan. Aku sadar, mencintai seseorang tidak perlu berlebihan, jadi aku akan mengisi cangkir cinta untukmu secukupnya saja." Hyera tersenyum, tangannya menyelipkan rambut Seokjin mulai menutupi telinga, "dan untuk Sheera, sepertinya aku tidak akan membiarkannya merebut apa yang sudah seharusnya menjadi milikku."
"Sekali lagi aku minta maaf. Tidak ada yang bisa kulakukan untuk mengontrol perasaanku."
"Tidak apa-apa. Aku tahu rasanya berada pada perasaan yang membuatmu serba salah. Terkadang, perasaan itu hadir di waktu yang memang benar-benar salah."
"Jadi, kau pernah punya mantan kekasih?"
"Tidak."
"Lalu siapa yang kau maksud."
"Kau tidak perlu tahu, Jin-ah. Aku tidak ingin membahasnya."
Seokjin bergumam pelan, sejatinya dirinya cemburu karena Hyera memiliki sebuah rahasia yang tak dia ketahui, perasaan Hyera yang benar di waktu yang salah itu seperti apa? Dan bagian paling krusialnya adalah 'kepada siapa'? Namun Seokjin tak ingik ambil pusing, dirinya memilih untuk membuat Hyera kembali mengisi cangkir cinta untuknya hingga penuh—jika perlu hingga meluber kemana-mana, agar Hyera tetap tinggal di sisinya.
"Baiklah aku tidak akan bertanya lebih jauh. Jadi, apa kau memaafkanku?"
KAMU SEDANG MEMBACA
PRICELESS | KSJ ✔️
FanfictionCOMPLETED Kim Seok Jin terpaksa jatuh pada pilihan-pilihan rumit yang mengharuskannya memilih satu takdir yang pantas digenggam. Kembali memutar ulang ingatan jangka panjang tentang wanita yang pernah singgah hingga mengabur karena cinta yang...